"Penundaan ini dilakukan sejak 2 Januari 2013, padahal 2 juta DOC tersebut akan didistribusikan untuk ribuan peternak di Banyumas," kata Sekretaris Pusat Informasi Peternakan Banyumas, Hardyat Heru Nugroho, di Purwokerto, Senin.

Ia mengatakan bahwa peternak akan merugi jika jutaan DOC tersebut tetap didatangkan saat harga elpiji mengalami kenaikan yang signifikan.

Menurut dia, elpiji tersebut dibutuhkan untuk mengatur suhu anak ayam selama proses pembesaran.

"Padahal, untuk mengatur suhu dibutuhkan sedikitnya 81 tabung elpiji 12 kilogram per 10 ribu DOC. Kondisi ini akan menyiksa peternak, sehingga pengiriman DOC tersebut ditunda," kata dia menjelaskan.

Menurut dia, kenaikan harga elpiji 12 kilogram menambah penderitaan peternak karena sebelumnya, beberapa kebutuhan pembesaran ayam telah mengalami kenaikan harga.

Dia mencontohkan harga konsentrat yang naik dari Rp4.000 per kilogram menjadi Rp4.600 per kilogram.

"Saat ini, biaya produksi sudah tidak sebanding dengan harga jual ayam potong maupun telur," katanya.

Ia mengatakan bahwa harga telur saat ini sebesar Rp15 ribu per kilogram, sehingga tidak sesuai "break event point" (BEP) yang mencapai Rp16.500.

Selain itu, kata dia, harga ayam pedaging pun cenderung turun, sehingga peternak semakin merugi.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah harus segera mengantisipasi permasalahan tersebut agar tidak terjadi kekosongan pasokan ayam di pasaran karena waktu yang dibutuhkan untuk panen berkisar 35-40 hari.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024