"Kalau mengandalkan dari APBD jelas tidak mungkin sehingga satu-satunya jalan adalah dengan mengandalkan pada sponsor dan memaksimalkan pemasukan hasil penjualan tiket setiap kali tim memainkan laga kandang," kata General Manager PSIS Ferdinan Hindiarto di Semarang, Rabu.
Menurut dia, pihak investor sudah menghentikan kucuran dana kepada PSIS sejak Februari 2013 sehingga praktis setelah itu tim harus membiayai sendiri untuk menyelesaikan musim kompetisi ini.
Pihak investor sebenarnya memberikan kucuran dana kepada tim Rp5,5 miliar tetapi yang turun ke PSIS baru Rp1 miliar. "Kalau nantinya mereka kembali memberikan kucuran dana kepada tim, kami merasa bersyukur," katanya.
Tetapi yang jelas, lanjut dia, manajemen tetap menjaga agar kondisi di tim tetap baik dan selama ini tidak ada persoalan dengan pemain seperti gaji atau konsumsi pemain. "Para pemain tetap nyaman dan tidak ada keluhan soal gaji atau konsumsi," katanya.
Ia menambahkan mulai laga kandang pertama pada putaran kedua ini tim mendapat sponsor dari PT Djarum dan lain sebagainya. "Nantinya board PT Djarum kita pasang di pinggir lapangan," katanya.
Selain itu, kata dia, untuk membiayai tim maka tiket tanda masuk ke Stadion Jatidiri saat tim asuhan Pelatih Firmandoyo tersebut menjamu tim lain dinaikkan dari harga pada putaran pertama beberapa waktu lalu.
Ketua Panpel PSIS Dedi Satria Budiman mengatakan, tiket tanda masuk rata-rata naik Rp5.000 per lembar yaitu untuk tribune utara-selatan yang semula Rp10 ribu naik jadi Rp15 ribu, tribune timur dari Rp15 ribu menjadi Rp20 ribu.
Kemudian tribune barat yang semula Rp35 ribu menjadi Rp40 ribu, sedangkan tribune VIP yang semula Rp40 ribu menjadi Rp60 ribu. "Kita juga mengambil berbagai langkah untuk meminimalkan calo," katanya.
Menurut dia, tiket bisa dibeli H-1 di loket yang berada di Stadion Citarum dan sekretariat PSIS Semarang dengan menyertakan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP. "Setiap penonton hanya dibatasi membeli maksimal lima lembar saja," katanya.