"Kegiatan bersifat massal Grebeg Getuk sampai sekarang telah menjadi ikon Kota Magelang saat perayaan hari jadi," kata Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang Condro Bawono di Magelang, Rabu.

Prosesi "Grebeg Getuk" digelar pada Minggu (14/4) dari Masjid Agung Kauman menuju Alun-Alun Kota Magelang dengan melibatkan 348 personel berasal dari berbagai komunitas seniman dan warga setempat yang tersebar di 17 kelurahan di kota itu. Jumlah warga kota setempat saat ini tercatat 130.696 jiwa.

Ia mengatakan dua gunungan getuk khas Magelang yang masing-masing seberat 150 kilogram akan diusung oleh 25 anggota komunitas "Kartiko Budoyo" Kota Magelang dalam prosesi itu, untuk selanjutnya makanan tersebut diperebutkan oleh masyarakat. Tata artistik gunungan getuk yang akan dibawa dalam kirab digarap oleh anggota Komunitas Malanggati Kota Magelang.

Sekitar 60 anggota kesenian kuda lumping berasal dari enam sanggar kesenian tradisional di kota itu bakal mengiring prosesi "Grebeg Getuk". Mereka, antara lain kelompok "Cahyo Turonggo" Kampung Dumpoh, "Turonggo Kencono Mudho" Nambangan Wetan, "Turonggo Putra Rama" Bogeman, "Turonggo Sakti Mudho" Baben, "Turonggo Saputro" Nambangan Kulon, dan "Wahyu Satrio Mudho" Ngentak.

Pada kesempatan itu, katanya, seorang pegiat seni budaya Soekiman akan membacakan ringkasan sejarah Kota Magelang dalam bahasa Jawa. Selain itu, perwakilan warga berasal dari 17 kelurahan, masing-masing mengusung kemasan produk usaha kecil dan menengah kelurahannya, antara lain lain tahu, getuk, selondok, dan palawija.

"'Grebeg Getuk" ini juga ajang promosi produk khas Kota Magelang melalui kegiatan seni budaya. Tahun ini penyelenggaraannya dirangkai juga dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yakni Visit Jateng 2013," katanya.

Agenda budaya "Grebeg Getuk" dirintis sejak 2006 oleh Dewan Kesenian Kota Magelang.

"Waktu itu, kita ingin di kota ini ada 'image' agenda budaya yang selalu diingat masyarakat, melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan, dan berdampak terhadap pengembangan ekonomi kreatif dan kepariwisataan. Tentunya juga terkait dengan nilai historis kota, yakni bertepatan dengan hari jadi," kata satu di antara empat penggagas "Grebeg Getuk" pada 2006 yang juga seniman Kota Magelang "Gepeng" Nugroho.

Ia menjelaskan prosesi budaya itu, selain ungkapan syukur masyarakat atas Kota Magelang yang telah berumur cukup tua, juga menguatkan kebanggaan mereka terhadap daerahnya.

Getuk, katanya, dipilih para penggagas agenda budaya itu karena salah satu produk industri rumah tangga yang khas daerah setempat, sehingga nama "Grebeg Getuk" bisa dengan mudah diingat oleh masyarakat.

Hari Jadi Ke-1.107 Kota Magelang jatuh pada Kamis (11/4). Penentuan hari jadi kota setempat berdasarkan penelusuran terhadap tiga prasasti di atas lempengan tembaga, yakni Prasasti Mantyasih, Poh, dan Gilikan.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024