"Saya sungguh tidak mengerti mengapa. Saya sangat kecewa sehingga tidak tahu harus berbuat apa," kata Saori Yoshida, ratu gulat Jepang di Tokyo, Rabu.

Yoshida, ratu gulat Jepang, saat ini memegang rekor 13 juara di tingkat Olimpiade dan kejuaraan dunia dalam sepuluh tahun terakhir.

Yoshida, pegulat gaya bebas kelas 55kg yang tahun lalu menerima penghargaan dari pemerintah berkat prestasinya, juga dalam dilibatkan dalam kampanye Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade 2020.

Keputusan untuk mencoret gulat yang diambil oleh 15 anggota Dewan Eksekutif Komite Olimpiade Internasional, memang belum disahkan oleh seluruh anggota.

Tapi setidaknya gulat harus berjuang lagi bersama tujuh cabang olahraga lainnya agar dipertandingkan di Olimpiade 2020 mendatang.

Tomiaki Fukuda, ketua Federasi Gulat Jepang, menyatakan frustrasi dengan keputusan Dewan Eksekutif IOC tersebut.

"Saya benar-benar terpukul. Saya tidak tahun mengapa mereka mengambil keputusan itu," kata Fukuda dalam sebuah wawancara dengan TT Asahi.

Melalui situs resmi federasi gulat Jepang, Fukuda juga menulis: "Saya tidak puas dan bingung. Saya ingin tahu apa alasan IOC mencoret gulat."
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga juga menyatakan kekecewaannya dengan keputusan IOC.

"Gulat adalah salah satu olahraga andalan Jepang dan disebut-sebut sebagai olahraga tertua di dunia. Keputusan itu sangat mengecewakan," kata Suga.

Pencoretan gulat adalah pukulan kedua bagi dunia olahraga Jepang menyusul mundurnya pelatih gulat putri setelah mengaku memukuli atlet dengan tongkat bambu dengan alasan untuk mendisplinkan mereka.

Skandal tersebut mencuat hanya berselang beberapa minggu setelah seorang pelajar bunuh diri gara-gara tidak tahan dengan kekerasan yang dilakukan oleh pelatih basketnya.


Pewarta : -
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024