"Harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang cenderung turun menyebabkan permintaan truk di segmen tersebut tidak tumbuh," kata Direktur Eksekutif Pemasaran PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), agen pemegang merek (APM, Rizwan Alamsjah, di Medan, Sumatera Utara, Selasa.

Di sela-sela peresmian Mitsubishi Fuso Truck Center, ia menjelaskan selama ini segmen perkebunan dan pertambangan memberikan kontribusi sekitar 20-30 persen dari penjualan kendaraan niaga, khususnya Mitsubishi yang memimpin penjualan kendaraan niaga di Indonesia.

"Bila penjualan di segmen perkebunan dan pertambangan tidak tumbuh atau cenderung menurun, maka penjualan kendaraan niaga secara keseluruhan terganggu," kata Rizwan.

Oleh karena itulah, ia memproyeksikan pertumbuhan konvensional pasar kendaraan niaga sebesar 5-10 persen.

Segmen infrastruktur dan logistik menguasai penjualan kendaraan niaga secara nasional sebesar 70-80 persen.

"Jadi pertumbuhan kendaraan niaga tahun ini lebih banyak mengandalkan permintaan dari pertumbuhan investasi, infrastruktur, dan logistik," katanya.

Apalagi tahun lalu, lanjut dia, investasi di Indonesia tumbuh dan tahun ini juga diproyeksi masih tumbuh. Berdasarkan data BKPM Tahun 2012 investasi tumbuh 24,6 persen menjadi Rp313,2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp251,3 triliun.

"Selain itu banyak kendala domestik lainnya yang menyebabkan kendaraan niaga tidak tumbuh signifikan tahun ini," ujar Rizwan.

Ia melihat kendala tersebut antara lain defisit perdagangan, kebijakan uang muka kredit kepemilikan kendaraan yang tinggi, dan bunga yang mahal.

Target
Lebih jauh Rizwan mengatakan KTB menargetkan total penjualan kendaraan niaga dan penumpang sekitar 155 ribu unit tahun ini.

"Dengan asumsi pertumbuhan pasar otomotif sebesar 5-10 persen, proyeksi penjualan Mitsubishi sekitar 155 ribu unit tahun ini," katanya.

Tahun lalu penjualan Mitsubishi mencapai sekitar 148.819 unit yang sekitar 70-80 persen di antaranya berasal dari segmen kendaraan niaga.

Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024