"Saat ini kita baru mampu mengekspor ikan dengan nilai sekitar 4,5 miliar dollar AS setiap tahunnya. Relatif sedikit dibandingkan dengan Thailand dan Vietnam," katanya di Semarang, Jumat.

Hal itu diungkapkan politisi Partai Golongan Karya tersebut usai membuka pertemuan "International Conference of Aquaculture Indonesia" (ICAI) 2012 yang berlangsung di Hotel Novotel Semarang.

Ia memperkirakan nilai ekspor perikanan dari Thailand setidaknya sudah mencapai 8 miliar dollar AS, sementara nilai ekspor ikan dari Vietnam sekarang ini sudah melebihi 5 miliar dollar AS.

Padahal, kata dia, potensi perikanan yang dimiliki Indonesia sangat besar, terutama potensi perikanan budi daya dibandingkan perikanan tangkap karena populasi ikan di laut kian menipis.

Produktivitas perikanan budi daya Indonesia, kata dia, setidaknya saat ini sudah mencapai 6-7 juta ton setiap tahun dan cenderung mengalami kenaikan setiap tahun dengan melampaui target produksi.

Pada 2010, ia menyebutkan produksi perikanan budi daya sebesar 4,78 juta ton, kemudian naik menjadi 7,9 juta ton pada 2011 dari target Kementerian Perikanan dan Kelautan sebesar 6,8 juta ton.

"Tahun ini, kami menargetkan produksi perikanan budi daya mencapai 9,42 juta ton, naik 35 persen dibandingkan produksi tahun 2011. Perikanan budi daya salah satu penyumbang pangan dunia," katanya.

Karena itu, kata dia, KKP terus berupaya meningkatkan produktivitas perikanan budi daya untuk mendongkrak ekspor ikan ke negara lain dengan berbagai cara dan meningkatkan kerja sama antarkementerian.

Ia mencontohkan kerja sama KKP dengan Kementerian Pekerjaan Umum dalam revitalisasi tambak dengan perbaikan irigasi, pembangunan jalan primer dan sekunder untuk memperlancar akses transportasi.

"Kementerian PU membangun jalan primer dan sekunder, sementara KKP yang memfasilitasi jalan tersiernya," katanya.

Untuk meningkatkan produktivitas perikanan budi daya, kata dia, pihaknya menggandeng berbagai pihak terkait di daerah, mulai pemerintah daerah, perbankan, asosiasi petani tambak, hingga petambak.

"Sebesar 70 persen industri juga berada di wilayah pesisir sehingga perlu ditata, jangan sampai merusak alam. Selain itu, komoditas unggulan, seperti bandeng dan rumput laut terus dipacu," kata Sharif.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024