Ketua Himpunan Kerukunan Petani Cengkih Kabupaten Pekalongan, Mudasir Sinaga, di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa virus yang menyerang tanaman cengkih tersebut sudah berlangsung dua tahun silam.

Akan tetapi, katanya, serangan virus tersebut sulit dibasmi sehingga hama itu terus berkembang hingga mengakibatkan tanaman cengkih tidak berproduktif dan mati.

"Tanda tanaman cengkih yang terserang virus ini, yaitu daun cengkih 'meranggas' dan mengering sehingga tersisa pohonnya saja serta akhirnya mati," katanya.

Ia mengatakan bahwa selain serangan hama virus, para petani cengkih dihadapkan pada persoalan musim kemarau yang mengakibatkan tanamam cengkih kekurangan air.

"Sebenarnya, petani sudah berusaha menyedot air dengan menggunakan mesin diesel untuk menyiram tanaman cengkih itu. Akan tetapi akibat musim kemarau, air yang disedot tidak keluar secara maksimal," katanya.

Menurut dia, sebanyak 57.334 populasi cengkih pada lahan 286,67 hektare di Kecamatan Paninggaran kini terancam punah jika virus tersebut menyerang tanaman cengkih.

Ia mengatakan bahwa akibat serangan virus tanaman cengkih ini maka harga cengkih di pasaran naik sekitar 40 persen.

"Saat ini harga cengkih basah mencapai Rp27.000,00-Rp28.000,00 per kilogram atau naik 40 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp17.000,00 per kilogram," katanya.

Pewarta : Kutnadi
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024