"Luas tanaman padi yang mengalami puso mencapai 108 hektare. Kalau rata-rata setiap hektare bisa menghasilkan 5,4 ton gabah, berarti potensi yang hilang sekitar 583 ton," kata Widarso di Purwokerto, Rabu.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sedang mengupayakan penyelamatan ratusan hektare tanaman padi yang mengalami kekeringan.

Menurut dia, sawah yang mengalami kekeringan di Banyumas umumnya berada pada wilayah tadah hujan.

Secara terpisah, Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHP) Dinas Pertanian Jawa Tengah Wilayah Banyumas Tri Gunawan mengatakan, sawah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara semakin meluas jika dibanding kondisi awal Agustus.

"Penyebabnya adalah hujan yang tidak turun di wilayah tersebut. Sebenarnya sudah dilakukan upaya penyelamatan, tetapi karena tidak adanya sumber air sehingga ada lahan padi yang tidak dapat diselamatkan," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, berdasarkan pendataan yang dilakukan petugas penyuluh lapangan, luas keringan pada akhir Agustus telah mencapai 11 ribu hektare lebih.

Sementara pada awal Agustus, kata dia, luas kekeringan baru mencapai 10 ribu hektare.

Menurut dia, dari luas lahan 11 ribu hekare yang kekeringan, 1.370 hektare di antaranya dinyatakan puso.

Ia mengatakan, kekeringan yang paling parah terjadi di Kabupaten Cilacap karena mencapai 8.621 hektare dan 1.176 hektare di antaranya puso.

Kekeringan di Kabupaten Purbalingga mencapai 1.306 hektare dan 86 hektare di antaranya puso, luasan kekeringan di Banyumas mencapai 872 hektare dan 108 hektare di antaranya puso, serta kekeringan di Banjarnegara mencapai 303 hektare.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024