Prestasi yang dicatat pejudo asal Tengarang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tersebut sudah seabrek, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Di tingkat Olimpiade, putra pelatih judo Jawa Tengah tersebut, Amin Pambudi, sudah mewakili kontingen Merah Putih pada pesta olahraga 'multievent' empat tahunan tingkat dunia.
Kiprah pertama Kresna Bayu adalah saat membela Indonesia pada Olimpiade Atlanta 1996, kemudian dilanjutkan dengan Olimpiade Sydney 2000, dan terakhir adalah Olimpiade Athena 2004.
Memang, dalam tiga kali Olimpiade tersebut, prestasi Kresna Bayu belum bisa menembus babak 16 besar dunia, tetapi setidaknya pejudo spesialis kelas 100 kilogram tersebut merupakan satu-satunya pejudo terkuat di Indonesia pada waktu itu.
Prestasi terbaik Kresna Bayu adalah saat masuk babak ketiga pada Olympiade Sydney 2000.
Kemudian di tingkat Asia, Kresna Bayu juga tiga kali membela Indonesia pada pesta olahraga multievent empat tahunan tingkat Asia atau Asian Games.
Prestasi tertinggi yang dicapai Kresna Bayu adalah bisa bermain sebanyak tiga kali saat Asian Games di Doha, Qatar. "Kalau dua kali pelaksanaan Asian Games, prestasi saya masih jelek tetapi di Qatar sudah lumayan," kata Kresna Bayu.
Kemudian di tingkat Asia Tenggara, nama Kresna Bayu juga paling disegani karena sudah 12 kali yang bersangkutan tampil membawa Indonesia meraih prestasi tertinggi di cabang olahraga judo.
Yang masih dalam ingatan masyarakat tentunya saat Kresna Bayu berjuang sekuat tenaga untuk menundukkan pejudo Singapura dengan teknik ippon untuk meraih medali emas pada SEA Games XXV 2009 Laos.
Kemudian yang terakhir yaitu pada SEA Games XXVI 2011 di Indonesia (Palembang dan Jakarta). Memang pada saat itu dia gagal menyumbangkan medali emas, tetapi di sisa-sisa tenaga akibat usia yang tidak muda lagi, yang bersangkutan masih bisa menyumbangkan medali perunggu bagi Indonesia.
Di tingkat nasional, nama Kresna Bayu menjadi "momok" bagi pejudo dari daerah lain, mengingat dalam enam kali keikutsertaannya di Pekan Olahraga Nasional (PON) hampir pasti menyumbangkan medali emas bagi daerah yang dibelanya.
Pada PON XVI/2004 Sumatra Selatan, Kresna Bayu berhasil menyumbangkan medali emas bagi Jawa Barat (saat itu masih membela Jabar) di kelas 100 kilogram.
Kemudian, pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur, Kresna Bayu juga berhasil menyumbangkan dua medali emas dari kelas 100 kilogram dan beregu putra bagi Jawa Tengah.
Belum lagi, pada kejuaraan olahraga multievent tingkat Asia lainnya seperti Asian Martial Art of Games (AMAG) di Bangkok, Thailand, 2009, Kresna Bayu juga meraih medali emas setelah menang dengan teknik ippon atas pejudo India.
Pensiun
Tetapi, setelah PON XVIII di Riau, 9-20 September 2012, masyarakat Indonesia tentunya sudah tidak akan melihat kiprah Kresna Bayu sebagai atlet, karena Kresna Bayu yang dibesarkan di lingkungan pejudo (ayah, kakak, dan adiknya juga sebagai pejudo) akan mengundurkan diri dari hingar-bingar di matras.
"Usia saya sudah tidak muda lagi, yaitu 38 tahun, sehingga sudah saatnya saya harus memberikan kesempatan kepada pejudo muda untuk menunjukkan kiprahnya," kata Kresna Bayu.
Meskipun sudah berhenti sebagai atlet, Kresna Bayu ternyata tidak bisa lepas dari cabang olahraga yang sudah membesarkan namanya tersebut.
"Saya tetap akan menggeluti olahraga ini, tetapi bukan lagi sebagai atlet, tetapi akan berdiri di belakang layar untuk turut serta mencetak pejudo-pejudo yang diharapkan bisa meraih prestasi terbaik baik tingkat nasional maupun internasional," katanya.
Menurut dia, dirinya akan mendirikan suatu wadah organisasi bagi cabang olahraga beladiri bernama "Kresna Bayu Foundation".
Ia mengakui memang hampir semua cabang olahraga beladiri utamanya judo akan menjadi target pembinaan bagi atlet-atlet muda.
"Usai membela Jateng pada PON di Riau mendatang, saya pensiun dari atlet, namun segera merancang berdirinya Kresna Bayu Foundation," katanya.