Yang ada mungkin hanya beruntung ketika sudah tiba di Bukit Dagi. Sambil menyeruput seduhan teh atau kopi hangat dengan aneka camilan atau menu sarapan khas setempat, siapa saja disuguhi pemandangan alam yang menghias megahnya bangunan peradaban dunia, peninggalan sekitar abad ke-8 Masehi.
Boleh jadi, pengunjung Bukit Dagi beruntung meraih pemandangan matahari terbit dengan sinar menerpa batuan Candi Borobudur. Matahari terbit yang dinikmati dari tempat itu bagai mengantar keindahan temaram menuju pagi terang berhawa segar kawasan candi tersebut.
Kalau toh tidak begitu, seperti halnya saat Kamis (19/7) pagi, mereka yang telah tiba di Bukit Dagi mendapatkan pementasan awan tebal di langit Borobudur dengan sesekali meneteskan gerimis kecil-kecil yang tak mengkhawatirkan sebab pada Juli 2012 sedang kemarau.
Puncak-puncak Menoreh yang berbalut arak-arakan kabut tebal pun menjadi makin mengesankan karena posisi Candi Borobudur di bagian lembah di depan pegunungan itu.
Dan di Bukit Dagi-lah, tempat yang barangkali bakal favorit untuk memandang ketakjuban pemandangan alam kawasan candi yang dibangun dari tatanan sekitar dua juta batuan andesit dengan "arsitek" Gunadharma pada zaman Pemerintahan Dinasti Syailendra.
Kicauan pagi burung-burung dan lambaian dedaunan pohon cemara serta kelapa diterpa angin, seakan menyambut serombongan berjumlah kira-kira 50 orang peserta "Breakfast Experience in Dagi Hill" pada pagi buta, Kamis (19/7), menapaki 204 anak tangga menuju puncak bukit berjarak sekitar 300 meter di barat stupa induk Candi Borobudur.
Sejumlah warga laki-laki setempat dengan kaki-kaki kuatnya memanjat pohon-pohon kelapa dengan bumbung dari potongan bambu diikat di pinggangnya, untuk wadah nira. Mereka adalah warga sekitar Candi Borobudur, para penderes nira untuk membuat gula Jawa. Aktivitas mereka memanjat pohon kelapa untuk mengambil nira itu, menjadi satu atraksi penghidup orisinil kepariwisataan Candi Borobudur, terutama untuk pengunjung Bukit Dagi, seperti pagi hari itu.
Bukit yang tingginya kira-kira sama dengan tinggi lokasi Candi Borobudur, sekitar 265 meter dari permukaan air laut itu, tempat yang sedang dijajaki oleh pengelola PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko khususnya Unit Manohara Center of Borobudur Study di kompleks Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk pengembangan aktivitas kepariwisataan setempat.
Sejak beberapa tahun terakhir, Bukit Dagi menjadi satu tempat eksklusif salah satu pengelola hotel berbintang di kawasan Candi Borobudur, dalam menjamu sarapan tamu yang oleh penyair Magelang Dorothea Rosa Herliany melalui puisinya "Ancana dalam Kala" disebut sebagai tamu "jet set". Maksudnya, tamu kalangan istimewa berasal dari berbagai belahan dunia.
"Selama ini memang belum dikenal luas, kami menjajaki untuk mengembangkannya karena Bukit Dagi ini tempat yang luar biasa untuk menikmati keindahan Candi Borobudur dengan pemandangan alam di sekitarnya. Bisa sambil minum teh, kopi, dan camilan, serta sarapan," kata Kepala Unit Manohara PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Satu perusahaan di bawah badan usaha milik negara), Sarbilan.
Hadir pada kesempatan "Breakfast Experience in Dagi Hill", antara lain Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur, Bambang Irianto, dan para peserta kegiatan itu yang kalangan pelaku wisata seperti pengelola hotel dan agen perjalanan wisata baik dari Yogyakarta maupun Magelang.
Ia menyebut wisata matahari terbit di puncak stupa Candi Borobudur sudah dikenal luas, bahkan hingga para wisatawan dari luar negeri, setelah dirintis sejak 1994.
Beberapa waktu terakhir, setiap hari ada sekitar 70 wisatawan menikmati keindahan matahari terbit di puncak Candi Borobudur, dan bahkan selama Juni 2012 jumlah mereka mencapai sekitar 2.000 orang.
Wisatawan paket matahari terbit Candi Borobudur yang terletak di kawasan pertemuan antara aliran Kali Elo dengan Progo itu, selama 2011 mencapai sekitar 14.000 orang, dengan tarif untuk wisatawan mancanegara Rp335.000 per orang dan wisatawan nusantara Rp230.000.
Menikmati matahari terbit dari puncak Candi Borobudur sebagai momentum yang sebentar saja, sekitar 30 menit, bertepatan dengan suasana langit temaram berwarna kemerah-merahan saat Sang Surya itu menyembulkan diri dari cakrawala di timur
"Hanya memang kalau menikmati 'sunrise' di Candi Borobudur tidak bisa sambil makan karena tidak boleh naik candi sambil membawa makanan, atau duduk-duduk sembarangan. Kalau di Bukit Dagi kami akan mengemas supaya wisatawan bisa sambil 'breakfast'.
Berwisata ke Borobudur memang tidak hanya naik ke candi, tetapi juga bisa menikmati Candi Borobudur dari kawasannya seperti Bukit Dagi ini. 'View-nya' bagus. Ini tempat yang tepat," katanya.
Waktu yang tepat setiap tahun untuk berwisata matahari terbit Candi Borobudur dan Bukit Dagi pada Juli hingga September, bertepatan dengan musim kemarau atau musim liburan di Eropa.
Unit Manohara selama ini memiliki menu makanan khas American Breakfast dan Continental Breakfast untuk sajian kepada para tamu hotelnya, salah satu usaha kepariwisataan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambangan, dan Ratu Boko di Kompleks Candi Borobudur.
Secara khusus, pihaknya menyediakan menu antara lain "Nasi Goreng Manohara", "Pisang Goreng Manohara", dan "Sup Buntut".
Sejumlah kalangan pelaku wisata yang mengikuti "Breakfast Experience in Dagi Hill" itu menyampaikan apresiasi atas rencana pengembangan Bukit Dagi sebagai lokasi menikmati matahari terbit dari kawasan Candi Borobudur.
Namun, mereka mengusulkan agar pengelolanya membenahi tempat itu menjadi lebih menyamankan pengunjung, termasuk menyediakan berbagai fasilitas pendukung seperti tempat buang air dan akses jalan yang memadai.
"Bukit Dagi ini memang tempat yang bagus, lokasinya dekat dengan Candi Borobudur. Suasana di sini bagus untuk menikmati 'sunrise'. Bisa dikemas menjadi paket 'sunrise'. Tetapi harus tetap disiapkan fasilitas dasar seperti MCK (Mandi, Cuci, Kakus)," kata Sales and Marketing Manager Plataran Borobudur Resort & SPA, Arman Suparman.
Bahkan, katanya, Bukit Dagi bisa juga dikemas menjadi tempat wisatawan menikmati keindahan malam Candi Borobudur dengan dukungan lampu-lampu penyorotnya dari berbagai tempat, sambil mereka menikmati makan malam.
Seorang pelaku wisata dari Harindo Tour, Susy, juga menyatakan perlunya berbagai fasilitas pendukung untuk Bukit Dagi dikembangkan sebagai lokasi wisata kawasan Candi Borobudur.
Pihak Unit Manohara hingga saat ini memang belum menentukan target jumlah wisatawan paket matahari terbit Candi Borobudur dari Bukit Dagi, juga tarif untuk mereka yang ingin berwisata Candi Borobudur dari bukit itu.
"Kami masih akan mengkajinya, menyiapkan fasilitas pendukung. Kalau paket 'sunrise' di puncak Candi Borobudur dirintis cukup lama, tetapi kami kira untuk di Bukit Dagi bisa lebih cepat karena didukung kemajuan teknologi informasi, promosi melalui internet, dan kerja sama dengan para pelaku wisata serta agen perjalanan wisata," kata Sarbilan.
Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur, Bambang Irianto, menyebut Bukit Dagi sebagai satu alternatif menarik dan prospektif untuk pengembangan tempat wisata Candi Borobudur terutama menyangkut wisata matahari terbit.
"Suasana 'sunrise' di Candi Borobudur bisa dinikmati dari Bukit Dagi. Ada juga orang yang menderes, itu juga daya tarik khusus. Memang tinggal pembenahan fasilitas pendukung, penguatan kerja sama dengan 'stakeholders', dan yang pasti promosi tentu saja," katanya.
Wisatawan Candi Borobudur bisa mencapai Bukit Dagi dengan berjalan kaki melalui jalan setapak berupa anak tangga yang telah tersedia atau menggunakan kendaraan baik sepeda motor maupun mobil melalui jalan di bagian barat bukit itu hingga puncak.
Akses jalan itu memang perlu perbaikan agar nyaman mengantarkan para wisatawan menikmati menu pagi Candi Borobudur dari Bukit Dagi.
Menu pagi untuk wisatawan di Bukit Dagi tak sekadar "breakfast", akan tetapi juga sajian pemandangan alam dan pergantian temaram menjadi pagi hari yang menakjubkan di sekitar Candi Borobudur.