Momen bulan puasa tidak hanya dinikmati oleh kalangan pengusaha di bidang konfeksi maupun makanan modern yang biasanya dijadikan suguhan selama bulan puasa maupun Lebaran.
Bahkan, jenang yang menjadi makanan khas di Kabupaten Kudus dan lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat luar Kudus juga cukup laris.
"Mayoritas pembeli jenang Kudus memang bukan orang Kudus, melainkan orang dari luar Kudus," kata salah seorang pengusaha jenang Kudus, Zaenal Arifin di Kudus, Senin.
Hal itu, kata dia, ditunjukkan dengan peningkatan jumlah pesanan yang diterima dari sejumlah pedagang di luar Kudus jelang bulan puasa.
Pengalaman tahun sebelumnya, kondisi serupa juga terjadi hingga mendekati Lebaran.
Untuk melayani permintaan jenang dari berbagai daerah di Tanah Air, katanya, produksinya juga ditingkatkan hingga 200 persen lebih, karena ada satu pedagang yang memesan hingga ratusan kilogram jenang yang pemesanannya dilakukan secara bertahap.
Sebelumnya, kata dia, tingkat produksi jenang per hari hanya delapan kali masakan dengan kapasitas setiap kuali sebanyak 35 kilogram hingga 60 kilogram jenang, kini mencapai 30 kali masak setiap harinya.
Adapun jumlah kuali untuk memasak jenang sebanyak empat buah yang prosesnya secara manual, sedangkan dua kuali menggunakan mesin pengolah.
Untuk dua kuali dengan menggunakan mesin, katanya, setiap kali masak menghasilkan jenang hingga 120 kilogram.
Bulan puasa merupakan peluang terbesar bagi pengusaha jenang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di banding hari-hari biasa karena adanya lonjakan permintaan yang cukup signifikan.
Peluang serupa, katanya, tidak hanya dinikmati kalangan pengusaha jenang kelas menengah dan besar, melainkan pengusaha kelas menengah dan kecil juga memiliki peluang yang sama mendapatkan keuntungan yang lebih besar memanfaatkan momen serupa.
Ia mengakui momen bulan puasa menjadi kesempatan setiap pengusaha jenang untuk meningkatkan usahanya menjadi lebih berkembang.
Untuk itu, kata dia, stok bahan baku mulai diperbanyak, karena setiap memasuki bulan puasa selalu mengalami kenaikan harga.
Bahkan, lanjut dia, saat ini ada beberapa bahan baku yang mengalami kenaikan harga, seperti harga tepung ketan naik Rp17.000 per bungkus 10 kilogram dari harga jual sebelumnya Rp100.000 menjadi Rp117.000.
Demikian halnya, harga gula kelapa juga naik menjadi Rp13.000/kg dari harga sebelumnya Rp11.000/kg, serta gula pasir juga berfluktuasi karena sebelumnya sempat menembus harga Rp12.500/kg.
Untuk mengimbangi kenaikan ongkos produksinya, kata dia, harga jualnya terpaksa dinaikkan Rp1.000 per kg dari harga jual sebelumnya antara Rp19.000 hingga Rp20.000/kg sesuai varian rasanya.
Usahanya yang berkembang cukup bagus, salah satunya karena ditunjang pemasukan saat bulan puasa dan Lebaran.
Awalnya, kata dia, usahanya yang dirintis oleh orang tuanya sejak tahun 1970-an hanya mengandalkan satu kuali untuk memasak jenang, kemudian berkembang menjadi tiga kuali berukuran kecil pada tahun 2000.
Pada tahun 2009, katanya, usahanya mengalami peningkatan, sehingga memberanikan diri membeli mesin pemroses jenang atau mixer sebanyak dua unit serta jumlah kuali untuk proses produksi secara manual bertambah menjadi empat unit.
Kepala Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kudus, Suyadi mengungkapkan, momen menyambut datangnya bulan puasa dan Lebaran memang dinanti para pengusaha jenang dari kelas rumahan hingga industri atau kelas menengah besar.
Desa Kaliputu, kata dia, memang dikenal sebagai sentranya jenang Kudus karena sejarah kemunculan jenang dimulai dari desa ini.
Saat ini, kata dia, terdapat 30-an pengusaha jenang dari berbagai tingkatan usaha.
"Menghadapi bulan puasa dan Lebaran, masing-masing pengusaha jenang di Kudus meningkatkan produksinya dua kali lipat lebih di banding hari-hari biasanya," ujarnya.
Promosi Lewat Pameran
Untuk menjaga kelanjutan usahanya agar tidak hanya sekadar memanfaatkan momen bulan puasa dan Lebaran, pengusaha jenang juga rutin mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah setempat, provinsi maupun pusat.
Zaenal mengakui, sering mengikuti pameran produk makanan khas daerah tingkat lokal hingga nasional, sebagai ajang promosi produk jenangnya yang diberi merek Karomah.
Selain itu, lanjut dia, inovasi produk juga dikembangkan terus, agar konsumen tidak jenuh dengan rasa jenang yang selama ini dijual di pasaran.
Awalnya, kata dia, jenang yang dijual hanya rasa wijen, kemudian dikembangkan menjadi rasa kacang hijau, kacang tanah, melon, ketan hitam, coklat susu, durian, dan nangka.
Perusahaan Jenang Karomah yang ada di Jalan Sosrokartono Kudus, tepatnya di Desa Kaliputu tersebut, juga memproduksi dodol tape dikombinasi dengan sirsak, dodol tape dikombinasi dengan melon dan strawbery, serta madu mongso.
Hal serupa juga dilakukan pengusaha jenang PR Muria Jaya, Ma'ruf Irsyad mengaku, sering mengikuti pameran tingkat lokal hingga nasional sekaligus untuk memasarkan produk jenang Kudus hingga ke sejumlah daerah di Tanah Air.
Pemasaran jenang hasil produksinya, tidak terbatas di wilayah Jawa, bahkan mencapai Bali, Sumatera Utara dan Medan.
"Kami juga siap memasarkannya hingga ke luar negeri," ujarnya.
Selain menciptakan varian produk, PR Muria juga membuat kemasan yang lebih menarik, seperti memanfaatkan anyaman bambu yang dianggap lebih alami dan memiliki daya tarik tersendiri.
PR Muria juga menyambut bulan puasa dan Lebaran dengan menggenjot produksinya hingga beberapa kali lipat guna mengimbangi lonjakan permintaan dari para pelanggan maupun konsumen yang membeli lewat sejumlah gerai yang ada di beberapa daerah di Kudus.
Peziarah Turut Berperan
Keberadaan peziarah yang tidak pernah surut mendatangi dua makam wali di Kudus, yakni Makam Sunan Kudus dan Sunan Muria turut mendukung pertumbuhan usaha jenang Kudus karena bisa dijadikan oleh-oleh khas dari Kudus.
"Kehadiran para peziarah di Kudus, memang menguntungkan pengusaha jenang karena bisa dijadikan oleh-oleh khas Kudus," ujar Zaenal.
Bahkan, lanjut dia, mendekati bulan-bulan tertentu, ketika terjadi peningkatan jumlah peziarah juga ikut memberikan keuntungan bagi pengusaha jenang, terutama yang memiliki tempat usaha di tepi jalan karena sering menjadi tempat tujuan untuk membeli oleh-oleh.
Sebelum memasuki bulan puasa, katanya, jumlah peziarah memang mengalami lonjakan. Puncaknya beberapa hari jelang puasa, sehingga pengusaha jenang juga ikut menikmati kedatangan mereka karena sebagian memang membeli jenang sebagai oleh-oleh.
Kasi Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) pada Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus Nurjaman mengungkapkan, jumlah pengusaha jenang serta makanan lain yang tergolong dalam kelompok kue basah mencapai 204 unit usaha.
Sedangkan jumlah usaha jenang sesaui izin, katanya, hanya 26 unit usaha yang tersebar di berbagai wilayah di Kudus, namun yang paling banyak di Desa Kaliputu.
"Jika dilakukan pendataan secara riil, jumlah pengusaha jenang di Kudus memang cukup banyak," ujarnya.
Akan tetapi, lanjut dia, ada sebagian yang muncul ketika memanfaatkan momen-momen tertentu, seperti musim ziarah maupun bulan puasa dan Lebaran.
Informasi yang diperoleh, katanya, pekan ini mulai bermunculan pembuat jenang musiman karena permintaan pada saat ini hingga mendekati Lebaran cenderung meningkat.
"Wajar, jika banyak memulai usaha pada momen seperti ini, sekaligus menjadi ajang uji coba produknya diterima pasar atau tidak," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, masyarakat yang hanya memanfaatkan momen tertentu tidak mau mengurus izin, karena produksinya tidak kontinyu.
Pertumbuhan usaha jenang di Kudus, kata dia, salah satunya karena didukung keberadaan dua tempat wisata religi, sehingga banyak pengusaha jenang yang membuka gerai di tepi jalan yang dilalui para peziarah.