"Koleksi batik saat ini kami satukan dalam zona khusus di lantai dua Gedung C museum ini. Ini dilakukan pascarenovasi museum," kata Penanggung Jawab Zona Koleksi Batik Museum Ranggawarsita, Laela di Semarang, Kamis.

Menurut dia, koleksi batik yang dimiliki museum tersebut berasal dari berbagai daerah, baik dari kawasan pesisir, kawasan pedalaman, dan batik hasil akulturasi antara kebudayaan tradisional, China dan Belanda.

Ia menjelaskan bahwa setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam mengkreasikan batik, seperti dari corak motif dan warna sehingga para pecinta batik bisa membedakan hasil kreasi batik dari berbagai daerah.

"Kalau batik pedalaman, seperti Solo biasanya cenderung memilih warna gelap, misal hitam dan coklat, sementara batik dari daerah pesisir lebih berani bermain warna. Bahkan, cenderung berwarna-warni," katanya.

Laela menyebutkan bahwa setidaknya ada 28 koleksi batik yang ditampilkan, terdiri atas 10 batik pesisir, batik pedalaman sebanyak delapan koleksi, sementara batik akulturasi Indonesia, China dan Belanda 10 koleksi.

Dari deretan batik yang ditampilkan, kata dia, ada pula beberapa batik kuno, seperti Batik Buketan dari Pekalongan yang dibuat tahun 1980 dan batik tulis dari Pemalang yang dibuat kisaran tahun 1928 dan 1930.

Dengan koleksi batik yang ditampilkan itu, ia mengatakan pengunjung bisa menyaksikan keindahan corak batik yang kian berkembang seiring waktu, termasuk keterbukaannya menerima pengaruh China, Belanda dan Islam.

"Sebenarnya, kami masih memiliki ribuan koleksi batik, tapi tentunya tidak semua bisa ditampilkan sekaligus. Karena itu, setiap tiga bulan sekali akan kami lakukan rotasi koleksi sebagai bentuk 'penyegaran'," kata Laela.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024