"Kami ke sini untuk mengumpulkan data sedetail mungkin terkait dengan bangunan (bungker, red.) yang ditemukan ini," kata arkeolog BP3 Jateng Muhammad Junawan di Semarang, Kamis.
Di sela proses pengumpulan data bungker itu, ia mengatakan bahwa data-data tersebut selanjutnya akan dikaji oleh BP3 untuk menggali nilai-nilai penting bangunan tersebut, serta kemungkinannya sebagai bangunan cagar budaya.
Tim BP3 Jateng yang datang mengumpulkan data berjumlah dua orang, yakni Junawan didampingi Iwuk Trika, staf bagian publikasi yang nampak memotret bagian-bagian bungker dan mengukur detail struktur bangunan, seperti panjang, luas, dan tinggi.
Berdasarkan data yang dikumpulkan tim BP3 Jateng, bungker itu memiliki tinggi mencapai tiga meter, panjang 4,12 meter, dan lebar sebesar 1,97 meter, dengan ketebalan dinding 42 centimeter. Sementara, pintu bungker memiliki ketinggian 190 cm dan lebar 76 cm.
Menurut Junawan, penentuan sebuah bangunan sebagai peninggalan sejarah atau bukan membutuhkan proses panjang, mulai analisis aspek bangunan sendiri, aspek ke wilayahan ditemukannya bangunan tersebut, dan nilai penting bangunan tersebut bagi pelestarian sejarah dan budaya.
"Kalau bangunan yang ditemukan ini disebut bungker ya ciri-cirinya memang sesuai. Secara etimologis, bungker merupakan suatu lubang perlindungan dari serangan musuh. Lubang ini memiliki ruang terbatas, bisa di lereng bukit. Biasanya, bungker merupakan kesatuan struktur militer," katanya.
Ia menduga bungker itu bisa bangunan peninggalan zaman Belanda atau Jepang, namun dilihat dan diamati dari ciri-ciri fisik bangunan tersebut kemungkinan besar merupakan bangunan peninggalan Belanda.
Ditanya keluarnya hasil pengkajian, Junawan mengatakan analisa aspek-aspek bangunan bungker itu sampai ditentukan sebagai bangunan cagar budaya atau bukan membutuhkan waktu sekitar 1-2 minggu, setelah itu BP3 Jateng memberikan rekomendasi ke RSUP dr Kariadi Semarang.