Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menegaskan bahwa keikutsertaan dalam ajang Kota Sehat 2025 bukan sekadar memperebutkan penghargaan, melainkan juga membangun budaya hidup sehat bagi seluruh warga.
"Target untuk menang itu nomor dua. Target pertama adalah bagaimana warga kita memiliki budaya hidup sehat. Kalau hanya memburu penghargaan, kadang setelah lomba selesai kita kembali ke budaya lama," katanya di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikannya saat memimpin Rapat Koordinasi Forum Kota Sehat di RSUD KRMT Wongsonegoro (RSWN) Semarang.
Dalam rapat tersebut, dibahas strategi dan kesiapan lintas sektor dalam penilaian Kota Sehat "Swasti Saba", yang digelar dua tahun sekali oleh pemerintah pusat.
Ia mengharapkan, budaya hidup sehat bisa menjadi kebiasaan, menjadi kesadaran, dan tindakan bersama menuju kota yang sehat.
Menurut dia, kota sehat harus menjadi kesadaran bersama seluruh elemen masyarakat, bukan sekadar proyek pemerintah.
Karena itu, Agustina juga memberi apresiasi khusus kepada para relawan dalam Forum Kota Sehat yang selama ini bekerja secara senyap tanpa sorotan publik.
"Mungkin belum mendapat apresiasi apa pun, tapi kerja 'panjenengan' sangat berarti dan Saya yakin apresiasi tertinggi kawan-kawan adalah saat predikat Wistara dapat kita raih kembali," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam menyebutkan bahwa keberhasilan Forum Kota Sehat bergantung pada kekompakan dan pemberdayaan masyarakat.
"Forum ini independen, namun tidak bisa berdiri sendiri. Kami masih punya PR (pekerjaan rumah) di beberapa tatanan, termasuk kehidupan masyarakat sehat mandiri dan penanggulangan bencana," katanya.
Sementara itu, Ketua Forum Kota Sehat Prof Hanifa Maher Denny menekankan pentingnya perubahan budaya sebagai inti kota sehat
"Semarang itu kota cantik, tapi kalau masih ada TBC (tuberkulosis), Bu Wali pasti tidak tenang. Kota sehat bukan soal anggaran, tapi kesadaran kolektif," katanya.
Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong lintas sektor, ia yakin Semarang dalam menatap "Swasti Saba Wistara" bukan sebagai akhir, melainkan sebagai pengakuan atas komitmen nyata membangun kota sehat.