Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan sarana dan prasarana ketahanan pangan berupa alat pengering cabai kepada dua kelompok wanita tani (KWT) di Wonosobo dan Ambarawa. Alat pengering tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi cabai kering.
"Kami membantu alat pengering juga greenhouse ke para petani di daerah penghasil cabai agar dapat mendukung produksi cabai kering. Harapannya bisa menjaga pasokan saat musim panen raya dan mengurangi risiko fluktuasi harga di pasar," kata Rahmat, di Semarang, Minggu (17/11).
Bank Indonesia, kata Rahmat, sebelumnya bersama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah juga telah mengembangkan new champion lokal seluas 50 hektare secara end to end di tujuh kabupaten yakni Wonosobo, Blora, Temanggung, Semarang, Batang, Boyolali, dan Cilacap.
"Langkah tersebut untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas, teknologi pascapanen, perluasan akses pasar, serta pengaturan pola dan waktu tanam," kata Rahmat.
Rahmat memastikan pemanfaatan produk olahan cabai kering dan bawang merah pasta memiliki rasa yang sama dengan produk bawang merah dan cabai merah dalam bentuk raw, justru lebih praktis dari sisi penggunaannya.
Adanya Aksi ASN Peduli Inflasi yang diselenggarakan Pemprov Jateng untuk membeli produk cabai kering, lanjut Rahmat, Bank Indonesia berharap mereka dapat menjadi motor penggerak dalam mendorong konsumsi produk lokal hasil hilirasi pertanian, sekaligus membantu stabilisasi harga komoditas pangan.
"Langkah ini tidak hanya akan membantu meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menjaga ketahanan pangan di daerah Jawa Tengah," kata Rahmat.
Sun'an, petani cabai dari Kabupaten Semarang yang juga Ketua Kelompok Tani Champion Jateng mengaku senang dan berterima kasih kepada Bank Indonesia atas bantuan alat pengering cabai.
Jika biasanya dirinya dan petani-petani yang lain mengeringkan cabai secara manual di bawah terik sinar matahari membutuhkan waktu hingga tiga hari, dengan alat pengering cukup 18 jam untuk 50 kg cabai.
"Setiap empat kilogram cabai segar menghasilkan satu kilogram. Dijual ke industri dalam bentuk bubuk cabai harganya Rp40 ribu, sedangkan kalau eceran kemasan per ons harganya Rp10ribu," kata Sun'an.
"Kami membantu alat pengering juga greenhouse ke para petani di daerah penghasil cabai agar dapat mendukung produksi cabai kering. Harapannya bisa menjaga pasokan saat musim panen raya dan mengurangi risiko fluktuasi harga di pasar," kata Rahmat, di Semarang, Minggu (17/11).
Bank Indonesia, kata Rahmat, sebelumnya bersama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah juga telah mengembangkan new champion lokal seluas 50 hektare secara end to end di tujuh kabupaten yakni Wonosobo, Blora, Temanggung, Semarang, Batang, Boyolali, dan Cilacap.
"Langkah tersebut untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas, teknologi pascapanen, perluasan akses pasar, serta pengaturan pola dan waktu tanam," kata Rahmat.
Rahmat memastikan pemanfaatan produk olahan cabai kering dan bawang merah pasta memiliki rasa yang sama dengan produk bawang merah dan cabai merah dalam bentuk raw, justru lebih praktis dari sisi penggunaannya.
Adanya Aksi ASN Peduli Inflasi yang diselenggarakan Pemprov Jateng untuk membeli produk cabai kering, lanjut Rahmat, Bank Indonesia berharap mereka dapat menjadi motor penggerak dalam mendorong konsumsi produk lokal hasil hilirasi pertanian, sekaligus membantu stabilisasi harga komoditas pangan.
"Langkah ini tidak hanya akan membantu meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menjaga ketahanan pangan di daerah Jawa Tengah," kata Rahmat.
Sun'an, petani cabai dari Kabupaten Semarang yang juga Ketua Kelompok Tani Champion Jateng mengaku senang dan berterima kasih kepada Bank Indonesia atas bantuan alat pengering cabai.
Jika biasanya dirinya dan petani-petani yang lain mengeringkan cabai secara manual di bawah terik sinar matahari membutuhkan waktu hingga tiga hari, dengan alat pengering cukup 18 jam untuk 50 kg cabai.
"Setiap empat kilogram cabai segar menghasilkan satu kilogram. Dijual ke industri dalam bentuk bubuk cabai harganya Rp40 ribu, sedangkan kalau eceran kemasan per ons harganya Rp10ribu," kata Sun'an.