Semarang (ANTARA) - UNS mengelar Festival Gebyar Memanen bersama Petani Cilik (Gemericik) yang telah diadakan pada Kamis, 24 Oktober 2024 di area Wisata Embung Setumpeng, Ngampel, Gentungan, Mojogedang, Karanganyar. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang melibatkan kerja lintas kepakaran dan institusi pendidikan yang bertujuan untuk mengenalkan pertanian tradisional kepada generasi muda terutama anak-anak, selain itu juga menyisipkan kegiatan mitigasi bencana melalui games (permainan) dan pameran edukasi pertanian.
"Cinta pertanian harus dikenalkan sejak sedini mungkin pada generasi muda agar pertanian menjadi lestari. Kegiatan festival di Gentungan ini bukan kali pertama dilakukan, namun yang menjadi pembeda dari kegiatan ini adalah adalah adanya series pameran poster edukasi, pemutaran video animasi edukasi pertanian dan instalasi bamboo di area Rumah Tani Mulyo. Selain kegiatan edukasi pameran pertanian, event ini juga mengajak peserta tani cilik secara aktif untuk mengikuti permainan yang berisi pengetahuan tanggap bencana dengan sistem peringatan dini,” kata Hasyim selaku perwakilan dari Kelompok Tani Mulyo 1 dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Gentungan.
Kegiatan ini diinisiasi oleh tim mahasiswa dan dosen Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT), Urban Rural Design & Conservation Lab (URDC Labo), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Mereka melakukan seting area Rumah Tani di kawasan wisata Embung Setumpeng menjadi area pameran yang interaktif. Materi pameran merupakan hasil lintas kerja antar-fakultas di UNS di antaranya, bekerja sama dengan tim KALIMEJA exhibition – Delanggu yang diketuai oleh Pandu Purwandaru, S.Ds, M.Ds., Ph. dari Prodi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS sekaligus peer group Pusat Studi Jepang (PSJ), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari beragam rangkaian kegiatan Pemberdayaan Desa Binaan (PBD) 2024 dengan judul: Pengembangan Kawasan Eduwisata Terintegrasi dengan Pertanian dan Peternakan di Desa Gentungan, Karanganyar, didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang diketuai oleh Prof. Dr. Eng Syamsul Hadi, ST., MT (FT UNS) beranggotakan, Kusumaningdyah NH (FT UNS), Emi Widiyanti Wianto (Fakultas Pertanian UNS), dan Ari Prasetyo (FT UNS). Adapun mitra kerja sama menggandeng Universitas Muhammadiyah Karanganyar dan Pemerintah Desa Gentungan.
Kegiatan tersebut melibatkan aktif jejaring komunitas masyarakat setempat yaitu Pokdarwis Embung Setumpeng, Kelompok Tani Mulyo 1, Tani Cilik, dan Taruna Tani. Acara diawali dengan sambutan oleh Sutrisno selaku Camat Mojogedang, Sutarno selaku kepala Dusun Ngampel, Prof. Dr. Eng. Syamsul Hadi, S. T., M. T. selaku Ketua Pengusul Kegiatan PBD 2024, dan Hasyim selaku perwakilan dari Kelompok Tani Mulyo 1 dan Pokdarwis.
Kegiatan selanjutnya, panitia mengarahkan peserta yang berasal dari SMPN 2 Mojogedang, SDN 1 Gentungan, SDN 2 Gentungan, dan SDN 3 Gentungan, serta Tani Cilik, untuk turun ke area persawahan guna melakukan praktek memanen secara langsung. Hasyim menjelaskan teknis mengenai cara memotong padi menggunakan sabit serta cara kerja tiga alat pemecah padi yaitu tersebut yaitu kepyek, engkol, dan erekdos. Para peserta melakukan praktek memanen dari proses pemotongan hingga perontokan padi. Antusiasme terlihat dari anak-anak yang semangat dan berebutan untuk menggunakan alat-alat panen.
Setelah memanen, acara dilanjutkan dengan memasuki zona pameran. Pada zona pameran poster ini, terdapat tiga materi utama yaitu pameran Kalimeja dari Delanggu berisi pengetahuan menanam padi. Materi kedua adalah video animasi menanam padi yang berada di instalasi ruang bamboo. Materi ketiga berisi poster edukasi pertanian di Mojogedang.
Peserta dapat memahami mengenai proses awal bertani khususnya mengenalkan varian Padi Rojolele dan memainkan mainan figure tokoh-tokoh pertanian seperti Dewi Sri, Mbah Tanem, dan lain-lain. Setelah itu, peserta dapat menonton video animasi pertanian mulai dari cara menanam, merawat, panen, dan memasak. Peserta menonton video di dalam struktur bambu yang berbentuk lingkaran dan dikelilingi oleh jerami padi yang di desain oleh arsitek professional Sony Indrawan dari Draw Workroom.
Struktur bambu tersebut menggunakan pendekatan eco-design, sehingga dibuat tanpa menggunakan paku. Setelah menonton animasi, peserta mendapat penjelasan materi pameran Mojogedang. Pameran ini memiliki lima konten di antaranya, definisi pertanian organik dan pertanian tradisional, pariwisata di Embung Setumpeng, manajemen air pada pertanian, mitigasi bencana pada area pertanian, dan penjelasan komunitas tani di Mojogedang.
"Di area Wisata Embung Setumpeng, kita punya beberapa atraksi yang menarik seperti embung, omah tani, greenhouse, dan juga view sawah pertanian padi organik. Peserta juga bisa memainkan games puzzle clip dimana peserta mencocokkan antara gambar dengan tulisan sesuai dengan materi yang ada di festival. Selain itu, di sini juga sudah menggunakan panel surya sebagai sumber listrik," kata Agung, mahasiswa arsitektur UNS 2021 yang merupakan panitia dan anggota MBKM.
Tidak hanya menikmati pameran, peserta diajak untuk melakukan permainan. Materi permainan interaktif mitigasi bencana menjadi upaya pembeda dalam kegiatan Festival Gemericik. Sebanyak 200 pelajar diajak secara bergantian untuk melakukan permainan games interaktif. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap potensi bencana alam seperti gempa dan tanah longsor yang umumnya terjadi di daerah pertanian, serta mengajarkan langkah-langkah praktis yang dapat mereka lakukan dalam kondisi darurat. Permainan ini dibuat agar sesuai dengan dunia anak-anak dan berbentuk simulasi, sehingga mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan.
Terdapat tiga games yang dimainkan, yaitu ular tangga, twister, dan shuffle card. Tiap permainan mengandung informasi edukasi pertanian, peringatan dini terhadap gempa dan tanah longsor. Permainan ini dirancang dengan level deteksi bahaya dan level siaga bencana
“Anak-anak adalah bagian dari komunitas pertanian yang berharga dan kami ingin memastikan mereka memahami pentingnya sistem peringatan dini sejak dini. Oleh karenanya konten dan peralatan permainan edukasi mitigasi bencana ini dikembangkan merujuk pada referensi desain Iza Kaeru Caravan yang dikembangkan oleh NPO Art Plus, Kobe Jepang. Bagaimana informasi dikemas secara grafik menarik kawai bunka. Melalui supervisi desain bersama Tissa Florika (Profesional Illustrasi Desain dan pernah magang di NPO Art Plus) peralatan permainan games ini dikembangkan bersama-sama,” jelas Ketua PSJ LPPM UNS sekaligus ketua panitia kegiatan Festival GEMERICIK, Dr. Eng Kusumaningdyah NH.
Ia percaya pelatihan tersebut dapat memperkuat keterampilan generasi muda dalam menghadapi bencana dan memberi mereka pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan di perdesaan. Rangkaian kegiatan Festival Gemericik ditutup dengan acara diskusi bersama dengan petani lokal. Pleun De Vries, mahasiswa magang di URDC laboratorium Prodi Arsitektur UNS yang berasal Program Water Management- Rotterdam University, Belanda berbagi pengalaman terkait dengan pertanian dan pengelolaan air di Belanda.
"Kami memiliki greenhouse berteknologi dimana kami dapat menanam apa yang kita mau dan memilih tanah yang kita mau, greenhouse ini dapat menyesuaikan suhu, udara, kelembaban, dan lain-lain walaupun cuaca di luar sedang tidak bersahabat,” jelas Pleun mengenai salah satu teknologi pertanian di Belanda.
"Cinta pertanian harus dikenalkan sejak sedini mungkin pada generasi muda agar pertanian menjadi lestari. Kegiatan festival di Gentungan ini bukan kali pertama dilakukan, namun yang menjadi pembeda dari kegiatan ini adalah adalah adanya series pameran poster edukasi, pemutaran video animasi edukasi pertanian dan instalasi bamboo di area Rumah Tani Mulyo. Selain kegiatan edukasi pameran pertanian, event ini juga mengajak peserta tani cilik secara aktif untuk mengikuti permainan yang berisi pengetahuan tanggap bencana dengan sistem peringatan dini,” kata Hasyim selaku perwakilan dari Kelompok Tani Mulyo 1 dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Gentungan.
Kegiatan ini diinisiasi oleh tim mahasiswa dan dosen Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT), Urban Rural Design & Conservation Lab (URDC Labo), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Mereka melakukan seting area Rumah Tani di kawasan wisata Embung Setumpeng menjadi area pameran yang interaktif. Materi pameran merupakan hasil lintas kerja antar-fakultas di UNS di antaranya, bekerja sama dengan tim KALIMEJA exhibition – Delanggu yang diketuai oleh Pandu Purwandaru, S.Ds, M.Ds., Ph. dari Prodi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS sekaligus peer group Pusat Studi Jepang (PSJ), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari beragam rangkaian kegiatan Pemberdayaan Desa Binaan (PBD) 2024 dengan judul: Pengembangan Kawasan Eduwisata Terintegrasi dengan Pertanian dan Peternakan di Desa Gentungan, Karanganyar, didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang diketuai oleh Prof. Dr. Eng Syamsul Hadi, ST., MT (FT UNS) beranggotakan, Kusumaningdyah NH (FT UNS), Emi Widiyanti Wianto (Fakultas Pertanian UNS), dan Ari Prasetyo (FT UNS). Adapun mitra kerja sama menggandeng Universitas Muhammadiyah Karanganyar dan Pemerintah Desa Gentungan.
Kegiatan tersebut melibatkan aktif jejaring komunitas masyarakat setempat yaitu Pokdarwis Embung Setumpeng, Kelompok Tani Mulyo 1, Tani Cilik, dan Taruna Tani. Acara diawali dengan sambutan oleh Sutrisno selaku Camat Mojogedang, Sutarno selaku kepala Dusun Ngampel, Prof. Dr. Eng. Syamsul Hadi, S. T., M. T. selaku Ketua Pengusul Kegiatan PBD 2024, dan Hasyim selaku perwakilan dari Kelompok Tani Mulyo 1 dan Pokdarwis.
Kegiatan selanjutnya, panitia mengarahkan peserta yang berasal dari SMPN 2 Mojogedang, SDN 1 Gentungan, SDN 2 Gentungan, dan SDN 3 Gentungan, serta Tani Cilik, untuk turun ke area persawahan guna melakukan praktek memanen secara langsung. Hasyim menjelaskan teknis mengenai cara memotong padi menggunakan sabit serta cara kerja tiga alat pemecah padi yaitu tersebut yaitu kepyek, engkol, dan erekdos. Para peserta melakukan praktek memanen dari proses pemotongan hingga perontokan padi. Antusiasme terlihat dari anak-anak yang semangat dan berebutan untuk menggunakan alat-alat panen.
Setelah memanen, acara dilanjutkan dengan memasuki zona pameran. Pada zona pameran poster ini, terdapat tiga materi utama yaitu pameran Kalimeja dari Delanggu berisi pengetahuan menanam padi. Materi kedua adalah video animasi menanam padi yang berada di instalasi ruang bamboo. Materi ketiga berisi poster edukasi pertanian di Mojogedang.
Peserta dapat memahami mengenai proses awal bertani khususnya mengenalkan varian Padi Rojolele dan memainkan mainan figure tokoh-tokoh pertanian seperti Dewi Sri, Mbah Tanem, dan lain-lain. Setelah itu, peserta dapat menonton video animasi pertanian mulai dari cara menanam, merawat, panen, dan memasak. Peserta menonton video di dalam struktur bambu yang berbentuk lingkaran dan dikelilingi oleh jerami padi yang di desain oleh arsitek professional Sony Indrawan dari Draw Workroom.
Struktur bambu tersebut menggunakan pendekatan eco-design, sehingga dibuat tanpa menggunakan paku. Setelah menonton animasi, peserta mendapat penjelasan materi pameran Mojogedang. Pameran ini memiliki lima konten di antaranya, definisi pertanian organik dan pertanian tradisional, pariwisata di Embung Setumpeng, manajemen air pada pertanian, mitigasi bencana pada area pertanian, dan penjelasan komunitas tani di Mojogedang.
"Di area Wisata Embung Setumpeng, kita punya beberapa atraksi yang menarik seperti embung, omah tani, greenhouse, dan juga view sawah pertanian padi organik. Peserta juga bisa memainkan games puzzle clip dimana peserta mencocokkan antara gambar dengan tulisan sesuai dengan materi yang ada di festival. Selain itu, di sini juga sudah menggunakan panel surya sebagai sumber listrik," kata Agung, mahasiswa arsitektur UNS 2021 yang merupakan panitia dan anggota MBKM.
Tidak hanya menikmati pameran, peserta diajak untuk melakukan permainan. Materi permainan interaktif mitigasi bencana menjadi upaya pembeda dalam kegiatan Festival Gemericik. Sebanyak 200 pelajar diajak secara bergantian untuk melakukan permainan games interaktif. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak-anak terhadap potensi bencana alam seperti gempa dan tanah longsor yang umumnya terjadi di daerah pertanian, serta mengajarkan langkah-langkah praktis yang dapat mereka lakukan dalam kondisi darurat. Permainan ini dibuat agar sesuai dengan dunia anak-anak dan berbentuk simulasi, sehingga mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan.
Terdapat tiga games yang dimainkan, yaitu ular tangga, twister, dan shuffle card. Tiap permainan mengandung informasi edukasi pertanian, peringatan dini terhadap gempa dan tanah longsor. Permainan ini dirancang dengan level deteksi bahaya dan level siaga bencana
“Anak-anak adalah bagian dari komunitas pertanian yang berharga dan kami ingin memastikan mereka memahami pentingnya sistem peringatan dini sejak dini. Oleh karenanya konten dan peralatan permainan edukasi mitigasi bencana ini dikembangkan merujuk pada referensi desain Iza Kaeru Caravan yang dikembangkan oleh NPO Art Plus, Kobe Jepang. Bagaimana informasi dikemas secara grafik menarik kawai bunka. Melalui supervisi desain bersama Tissa Florika (Profesional Illustrasi Desain dan pernah magang di NPO Art Plus) peralatan permainan games ini dikembangkan bersama-sama,” jelas Ketua PSJ LPPM UNS sekaligus ketua panitia kegiatan Festival GEMERICIK, Dr. Eng Kusumaningdyah NH.
Ia percaya pelatihan tersebut dapat memperkuat keterampilan generasi muda dalam menghadapi bencana dan memberi mereka pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan di perdesaan. Rangkaian kegiatan Festival Gemericik ditutup dengan acara diskusi bersama dengan petani lokal. Pleun De Vries, mahasiswa magang di URDC laboratorium Prodi Arsitektur UNS yang berasal Program Water Management- Rotterdam University, Belanda berbagi pengalaman terkait dengan pertanian dan pengelolaan air di Belanda.
"Kami memiliki greenhouse berteknologi dimana kami dapat menanam apa yang kita mau dan memilih tanah yang kita mau, greenhouse ini dapat menyesuaikan suhu, udara, kelembaban, dan lain-lain walaupun cuaca di luar sedang tidak bersahabat,” jelas Pleun mengenai salah satu teknologi pertanian di Belanda.