Magelang (ANTARA) - Penjabat Wali Kota Magelang Ahmad Aziz memimpin upacara peringatan Hari Santri Nasional 2024 tingkat daerah setempat di Lapangan SMK Muhammadiyah Kota Magelang, Selasa.
Rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Selasa, menyebutkan kegiatan itu diikuti ratusan santri, pelajar, pendidik dari berbagai pondok pesantren dan sekolah di daerah setempat.
Selain itu, Sekda Kota Magelang Hamzah Kholifi, sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Magelang, Kantor Kementerian Agama Kota Magelang, dan tamu undangan lainnya.
Upacara yang berlangsung khidmat diawali dengan pembacaan doa, diikuti dengan pengibaran bendera Merah Putih dan sajian lagu-lagu oleh paduan suara.
Menteri Agama RI Nasarudin Umar dalam sambutan tertulis yang dibacakan Pjs Wali Kota Magelang Ahmad Aziz menyampaikan Hari Santri yang di peringati setiap 22 Oktober momentum bagi semua untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat bahwa kaum santri salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah. Salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah berupa peristiwa “Resolusi Jihad” pada 22 Oktober 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari.
Ditemui usai upacara, Ahmad Aziz mengatakan, sepatutnya santri era kini mengisi kemerdekaan, sekaligus menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Saya yakin, dengan anak-anak dibekali ilmu agama, ilmu umum, dan budi pekerti, nantinya akan bisa membuat Indonesia jaya di tahun 2045," katanya.
Ia juga menyinggung tantangan yang dihadapi generasi muda, termasuk santri, saat ini berupa arus teknologi informasi digital.
Dia mengajak generasi muda untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi.
"'Handphone' (telepon seluler) kalau dimanfaatkan dengan baik, banyak sekali ilmu yang didapatkan. Tapi kalau buat mainan akan melenakan. Maka tanamkan nilai agama dan Pancasila," katanya.
Selain itu, katanya, krisis etika/budi pekerti di kalangan anak-anak muda juga harus bisa dicegah.
Hal itu, katanya, menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
"Krisis etika/budi pekerti remaja ini jadi keprihatinan, maka jadi tanggung jawab ada di semua lini baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Mari kita bersama perbaiki etika," katanya.
Rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Selasa, menyebutkan kegiatan itu diikuti ratusan santri, pelajar, pendidik dari berbagai pondok pesantren dan sekolah di daerah setempat.
Selain itu, Sekda Kota Magelang Hamzah Kholifi, sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Magelang, Kantor Kementerian Agama Kota Magelang, dan tamu undangan lainnya.
Upacara yang berlangsung khidmat diawali dengan pembacaan doa, diikuti dengan pengibaran bendera Merah Putih dan sajian lagu-lagu oleh paduan suara.
Menteri Agama RI Nasarudin Umar dalam sambutan tertulis yang dibacakan Pjs Wali Kota Magelang Ahmad Aziz menyampaikan Hari Santri yang di peringati setiap 22 Oktober momentum bagi semua untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat bahwa kaum santri salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah. Salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah berupa peristiwa “Resolusi Jihad” pada 22 Oktober 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari.
Ditemui usai upacara, Ahmad Aziz mengatakan, sepatutnya santri era kini mengisi kemerdekaan, sekaligus menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Saya yakin, dengan anak-anak dibekali ilmu agama, ilmu umum, dan budi pekerti, nantinya akan bisa membuat Indonesia jaya di tahun 2045," katanya.
Ia juga menyinggung tantangan yang dihadapi generasi muda, termasuk santri, saat ini berupa arus teknologi informasi digital.
Dia mengajak generasi muda untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi.
"'Handphone' (telepon seluler) kalau dimanfaatkan dengan baik, banyak sekali ilmu yang didapatkan. Tapi kalau buat mainan akan melenakan. Maka tanamkan nilai agama dan Pancasila," katanya.
Selain itu, katanya, krisis etika/budi pekerti di kalangan anak-anak muda juga harus bisa dicegah.
Hal itu, katanya, menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
"Krisis etika/budi pekerti remaja ini jadi keprihatinan, maka jadi tanggung jawab ada di semua lini baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Mari kita bersama perbaiki etika," katanya.