Purbalingga (ANTARA) - Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Dinkopukm) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, terus meningkatkan literasi keuangan digital bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah di wilayah itu meskipun secara umum telah mengalami peningkatan.
"Untuk literasi keuangan digital di Purbalingga ini berkembang cukup pesat, terutama dengan adanya program-program QRIS dari Bank Indonesia maupun perbankan telah merambah ke hampir semua sektor di Purbalingga," kata Sekretaris Dinkopukm Kabupaten Purbalingga Adi Purwanto di Purbalingga, Selasa.
Ia mengatakan, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, di Kabupaten Purbalingga terdapat sekitar 92.000 UMKM.
Dari jumlah tersebut, kata dia, sekitar 70-80 persen pelaku UMKM yang didominasi usaha olahan makanan dan minuman telah menggunakan QRIS dalam melakukan transaksi keuangan.
Menurut dia, hal itu karena penggunaan QRIS dinilai sangat memudahkan pelaku usaha dalam bertransaksi.
"Pelaku usaha tidak perlu pegang uang tunai karena dalam pembayaran bisa menggunakan QRIS. Jadi dengan adanya literasi digital, saat sekarang yang sedang membumi di Purbalingga adalah penggunaan QRIS," katanya menegaskan.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan terus meningkatkan literasi keuangan digital terutama bagi para pelaku UMKM yang belum menggunakan QRIS dalam bertransaksi.
Terkait dengan keberadaan UMKM olahan makanan dan minuman, dia mengakui sektor usaha tersebut cukup banyak menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purbalingga karena mencapai kisaran 50 persen dari semua sektor yang ada di wilayah itu.
"Semua sektor itu 'kan membutuhkan makanan dan minuman. Jadi ini perkembangannya cukup bagus, sehingga tidak heran jika Purbalingga itu PDRB-nya 50 persen dari sektor makanan dan minuman," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya hingga akhir tahun 2024 terus berupaya meningkatkan penjualan produk-produk UMKM ke luar wilayah Purbalingga.
Menurut dia, hal dilakukan untuk mendatangkan uang atau pemasukan dari luar daerah ke Purbalingga.
"Kalau produk-produknya hanya dijual di Purbalingga, itu hanya memutar uang saja, memindah uang dari satu sektor ke sektor yang lain di satu daerah. Tapi kalau kita dorong mereka untuk bisa menarik uang dari luar Purbalingga, itu berarti menambah uang berputar di Purbalingga," katanya menjelaskan.
Dengan demikian, kata dia, pihaknya akan mendorong pemasaran produk-produk UMKM yang sekiranya dapat dijual di luar wilayah Purbalingga melalui berbagai upaya seperti pemasaran secara daring atau digital maupun kegiatan konvensional berupa pameran di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
Dalam hal ini, lanjut dia, pihaknya memfasilitasi para pelaku UMKM untuk mengikuti pameran agar mereka bisa langsung bertemu dengan pembeli (buyer).
"Kita tetap melaksanakan cara-cara konvensional itu karena cukup efektif juga dalam memperluas pasar, selain juga pemasaran secara digital atau online (daring)," kata Adi.
Baca juga: Kerugian akibat investasi ilegal lebih dari Rp130 triliun
"Untuk literasi keuangan digital di Purbalingga ini berkembang cukup pesat, terutama dengan adanya program-program QRIS dari Bank Indonesia maupun perbankan telah merambah ke hampir semua sektor di Purbalingga," kata Sekretaris Dinkopukm Kabupaten Purbalingga Adi Purwanto di Purbalingga, Selasa.
Ia mengatakan, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, di Kabupaten Purbalingga terdapat sekitar 92.000 UMKM.
Dari jumlah tersebut, kata dia, sekitar 70-80 persen pelaku UMKM yang didominasi usaha olahan makanan dan minuman telah menggunakan QRIS dalam melakukan transaksi keuangan.
Menurut dia, hal itu karena penggunaan QRIS dinilai sangat memudahkan pelaku usaha dalam bertransaksi.
"Pelaku usaha tidak perlu pegang uang tunai karena dalam pembayaran bisa menggunakan QRIS. Jadi dengan adanya literasi digital, saat sekarang yang sedang membumi di Purbalingga adalah penggunaan QRIS," katanya menegaskan.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan terus meningkatkan literasi keuangan digital terutama bagi para pelaku UMKM yang belum menggunakan QRIS dalam bertransaksi.
Terkait dengan keberadaan UMKM olahan makanan dan minuman, dia mengakui sektor usaha tersebut cukup banyak menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purbalingga karena mencapai kisaran 50 persen dari semua sektor yang ada di wilayah itu.
"Semua sektor itu 'kan membutuhkan makanan dan minuman. Jadi ini perkembangannya cukup bagus, sehingga tidak heran jika Purbalingga itu PDRB-nya 50 persen dari sektor makanan dan minuman," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya hingga akhir tahun 2024 terus berupaya meningkatkan penjualan produk-produk UMKM ke luar wilayah Purbalingga.
Menurut dia, hal dilakukan untuk mendatangkan uang atau pemasukan dari luar daerah ke Purbalingga.
"Kalau produk-produknya hanya dijual di Purbalingga, itu hanya memutar uang saja, memindah uang dari satu sektor ke sektor yang lain di satu daerah. Tapi kalau kita dorong mereka untuk bisa menarik uang dari luar Purbalingga, itu berarti menambah uang berputar di Purbalingga," katanya menjelaskan.
Dengan demikian, kata dia, pihaknya akan mendorong pemasaran produk-produk UMKM yang sekiranya dapat dijual di luar wilayah Purbalingga melalui berbagai upaya seperti pemasaran secara daring atau digital maupun kegiatan konvensional berupa pameran di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
Dalam hal ini, lanjut dia, pihaknya memfasilitasi para pelaku UMKM untuk mengikuti pameran agar mereka bisa langsung bertemu dengan pembeli (buyer).
"Kita tetap melaksanakan cara-cara konvensional itu karena cukup efektif juga dalam memperluas pasar, selain juga pemasaran secara digital atau online (daring)," kata Adi.
Baca juga: Kerugian akibat investasi ilegal lebih dari Rp130 triliun