Demak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak, Jawa Tengah, menggandeng semua pihak untuk bersama-sama menurunkan angka kasus kematian ibu dan anak, yang tahun ini masih terjadi dengan jumlah kasus cenderung meningkat.
"Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) hingga Agustus 2024 sebanyak 101 kasus atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini ada tujuh kasus," kata Bupati Demak Eisti'anah didampingi Kepala Dinas Kesehatan Ali Maimun saat ditemui usai acara Diseminasi Penurunan AKI dan AKB di Demak, Selasa.
AKB, kata dia, disebabkan berat badan bayi saat lahir yang rendah, salah satu faktornya karena saat ibu hamil mengalami anemia dan kurang energi, sehingga badannya kurus. Sedangkan AKI, lanjutnya, karena adanya penyakit penyerta seperti hipertensi, jantung, dan gagal ginjal.
"Setelah melihat penyebabnya, akhirnya didiskusikan bahwa penanganan untuk pencegahan tidak hanya saat hamil, tetapi upaya sebelum menikah juga harus dilakukan," ujarnya.
Karena itu pihaknya mengundang Kantor Kementerian Agama (Kemenag) untuk memberikan edukasi terhadap calon pengantin. Sedangkan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan berkoordinasi soal program tambah darah untuk siswa guna menekan AKI.
Menurut dia. tren kenaikan AKI dan AKB harus segera dihentikan dengan melakukan sejumlah upaya, salah satunya menggandeng banyak pihak untuk terlibat dalam upaya pencegahan.
Ia berharap ibu hamil memanfaatkan posyandu di daerahnya masing-masing, karena akan mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan dan edukasi, sehingga mengetahui kondisi kesehatan diri maupun bayi yang dikandung.
"Jangan lupa mempelajari buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) karena di dalamnya memberikan panduan yang lengkap untuk bisa memantau perkembangan kesehatan bagi ibu dan bayi," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Demak Ali Maimun menambahkan penyebab tingginya AKB karena penyebab langsung seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, demam berdarah, maupun kelainan kongenital. Sedangkan penyebab tidak langsung karena kondisi ibu yang kekurangan gizi, persalinan, hingga karena mengalami infeksi. Sementara AKB karena pola perawatan yang kurang tepat dan adanya penyakit pada bayi.
"Penyebab mendasar karena pengetahuan atau perilaku ibu tentang kesehatan yang masih kurang, faktor ekonomi sehingga tidak ada dana yang cukup untuk pemeriksaan kesehatan, serta faktor karena keluarga menolak rujukan," ujarnya.
Sementara penyebab ibu meninggal, kata dia, juga banyak faktor, mulai dari kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, serta bisa juga karena keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit atau terlambat dalam menerima penanganan.
Ia berharap melalui acara diseminasi penurunan AKI dan AKB dapat menyadarkan semua pihak untuk bersama-sama terlibat guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Baca juga: Ada ruang ibu menyusui bayi di 16 stasiun Daops Semarang
"Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) hingga Agustus 2024 sebanyak 101 kasus atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini ada tujuh kasus," kata Bupati Demak Eisti'anah didampingi Kepala Dinas Kesehatan Ali Maimun saat ditemui usai acara Diseminasi Penurunan AKI dan AKB di Demak, Selasa.
AKB, kata dia, disebabkan berat badan bayi saat lahir yang rendah, salah satu faktornya karena saat ibu hamil mengalami anemia dan kurang energi, sehingga badannya kurus. Sedangkan AKI, lanjutnya, karena adanya penyakit penyerta seperti hipertensi, jantung, dan gagal ginjal.
"Setelah melihat penyebabnya, akhirnya didiskusikan bahwa penanganan untuk pencegahan tidak hanya saat hamil, tetapi upaya sebelum menikah juga harus dilakukan," ujarnya.
Karena itu pihaknya mengundang Kantor Kementerian Agama (Kemenag) untuk memberikan edukasi terhadap calon pengantin. Sedangkan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan berkoordinasi soal program tambah darah untuk siswa guna menekan AKI.
Menurut dia. tren kenaikan AKI dan AKB harus segera dihentikan dengan melakukan sejumlah upaya, salah satunya menggandeng banyak pihak untuk terlibat dalam upaya pencegahan.
Ia berharap ibu hamil memanfaatkan posyandu di daerahnya masing-masing, karena akan mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan dan edukasi, sehingga mengetahui kondisi kesehatan diri maupun bayi yang dikandung.
"Jangan lupa mempelajari buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) karena di dalamnya memberikan panduan yang lengkap untuk bisa memantau perkembangan kesehatan bagi ibu dan bayi," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Demak Ali Maimun menambahkan penyebab tingginya AKB karena penyebab langsung seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, demam berdarah, maupun kelainan kongenital. Sedangkan penyebab tidak langsung karena kondisi ibu yang kekurangan gizi, persalinan, hingga karena mengalami infeksi. Sementara AKB karena pola perawatan yang kurang tepat dan adanya penyakit pada bayi.
"Penyebab mendasar karena pengetahuan atau perilaku ibu tentang kesehatan yang masih kurang, faktor ekonomi sehingga tidak ada dana yang cukup untuk pemeriksaan kesehatan, serta faktor karena keluarga menolak rujukan," ujarnya.
Sementara penyebab ibu meninggal, kata dia, juga banyak faktor, mulai dari kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, serta bisa juga karena keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit atau terlambat dalam menerima penanganan.
Ia berharap melalui acara diseminasi penurunan AKI dan AKB dapat menyadarkan semua pihak untuk bersama-sama terlibat guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Baca juga: Ada ruang ibu menyusui bayi di 16 stasiun Daops Semarang