Demak (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak, Jawa Tengah, berupaya mengurangi volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dengan memperbanyak tempat pengolahan dan daur ulang sampah dari sumbernya.
"Permasalahan sampah saat ini semakin kompleks dan tidak hanya dialami Kabupaten Demak, melainkan daerah lain juga mengalami permasalahan yang sama," kata Bupati Demak Eisti'anah di sela-sela pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat/komunitas di Ponpes Nurul Azhar Kecamatan Kebonagung, Rabu.
Ia mengingatkan Kabupaten Demak pernah mengalami darurat sampah, karena TPA mengalami kekurangan kapasitas menyusul semakin bertambahnya jumlah penduduk, sehingga produksi sampahnya juga semakin bertambah.
Untuk itulah, kata dia, perlu ada upaya untuk mengurangi sampah dari sumbernya, karena berapapun lahan TPA sampah yang disediakan tetap pada akhirnya akan dipenuhi dengan sampah rumah tangga.
Pemkab Demak juga sudah berupaya melakukan perluasan lahan TPA di Berahan Kulon, namun ketika tidak ada upaya mengurangi sampah dari sumbernya maka dalam waktu 20-25 tahun akan penuh lagi.
"Adanya permasalahan darurat sampah yang sebelumnya terjadi, akhirnya kami mencoba mengedukasi masyarakat cara pengelola sampah. Target kami setiap desa bisa zero sampah karena ada pemilahannya," ujar dia.
Apalagi, lanjutnya, sampah yang terpilah juga bisa menghasilkan pemasukan, karena sampah un-organiknya bisa dijual. Sedangkan sampah organik bisa diubah menjadi pupuk kompos ataupun ekoenzim yang merupakan hasil fermentasi limbah organik dapur menjadi bahan yang mempunyai banyak manfaat.
Program pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat/komunitas, kata dia, tahun ini menyasar pondok pesantren yang memiliki jumlah santri ratusan, sehingga sampah yang dihasilkan tentunya juga banyak, mulai dari sampah organik, nonorganik, dan sampah lainnya.
"Tercatat sudah tujuh pondok pesantren yang dilatih. Mudah-mudahan dengan mengelola sampah secara mandiri, kita dapat mengurangi volume sampah di TPA. Kami juga mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, memanfaatkan barang bekas yang masih bisa digunakan dan mendaur ulang sampah menjadi produk baru yang bernilai ekonomis," ujarnya.
Ia juga berharap melalui pelatihan tersebut, pondok pesantren dapat menjadi pelopor dalam penerapan prinsip hidup bersih dan ramah lingkungan.
Pengasuh Ponpes Nurul Azhar Ahmad Arif menyampaikan terima kasih adanya program pelatihan pengelolaan sampah.
Selama ini, kata dia, sampah memang belum diolah untuk dimanfaatkan kembali, sehingga hanya menunggu dibuang ke TPA. Tetapi, adanya pelatihan ini diharapkan bisa mengubah kebiasaan para santri menjadi lebih peduli dalam mengelola sampah di kompleks pondok.
"Kami juga berharap difasilitasi peralatan pendukungnya, sehingga program pelatihan yang didapatkan bisa dilanjutkan," ujarnya.