Boyolali (ANTARA) - Sejumlah warga di Lereng Gunung Merbabu melakukan tradisi ritual yang perlu dilestarikan untuk memohon keabadian sumber air Tuk Babon di Desa/Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Tuk Babon adalah sumber mata air yang terletak di lereng Gunung Merbabu Desa Selo yang diyakini oleh warga sekitar sebagai mata air abadi yang tidak pernah habis meski musim kemarau tiba, kata Juru Kunci Tuk Babon, Kasno Semiaji, di Desa Selo, Boyolali, Rabu.
Menurut Kasno Samiaji Tuk Babon mampu mencukupi kebutuhan air untuk masyarakat khususnya Desa Selo, Samiran, Lencoh, dan Suroteleng. Sumber mata air ini, bisa mencukupi masyarakat di empat desa daerah itu.
Menurut dia, ritual Memetri Tuk Babon tersebut merupakan agenda tahunan yang selalu dilakukan oleh warga Desa Selo untuk memohon berkah dari sumber mata air itu, pada bulan Sapar Jawa. Ritual yang diawali dengan arak-arakan sesaji menyusuri jalan Desa Selo dibawa ke Tuk Babon yang berjarak sekitar tiga kilometer.
Dia mengatakan ritual tersebut bertujuan untuk memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa (YME) agar air dari Tuk Babon ini akan selalu abadi dan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat hingga ke generasi selanjutnya.
"Tujuannya satu, keabadian air tetap dicukupi oleh Allah SWT, beserta para-para punggawa nanti bisa melestarikan budaya yang satu kali jangan sampai ditinggalkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Supana mengatakan Tuk Babon tersebut merupakan mata air terbesar di Kecamatan Selo.
Pihaknya mengungkapkan ritual tersebut harus terus dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya yang ada di Kabupaten Boyolali.
"Bagi kami karena ini adalah sebuah prosesi nilai tradisi pasti akan dipelihara, ini bagian dari kebudayaan, bagian dari prosesi masyarakat yang sama-sama harus dilestarikan, yang harus diabadikan, ini adalah sebuah cara masyarakat untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME dengan melakukan kegiatan ritual di Tuk Babon ini," katanya.
Baca juga: Tradisi penjamasan keris Sunan Kudus masih dilestarikan
Tuk Babon adalah sumber mata air yang terletak di lereng Gunung Merbabu Desa Selo yang diyakini oleh warga sekitar sebagai mata air abadi yang tidak pernah habis meski musim kemarau tiba, kata Juru Kunci Tuk Babon, Kasno Semiaji, di Desa Selo, Boyolali, Rabu.
Menurut Kasno Samiaji Tuk Babon mampu mencukupi kebutuhan air untuk masyarakat khususnya Desa Selo, Samiran, Lencoh, dan Suroteleng. Sumber mata air ini, bisa mencukupi masyarakat di empat desa daerah itu.
Menurut dia, ritual Memetri Tuk Babon tersebut merupakan agenda tahunan yang selalu dilakukan oleh warga Desa Selo untuk memohon berkah dari sumber mata air itu, pada bulan Sapar Jawa. Ritual yang diawali dengan arak-arakan sesaji menyusuri jalan Desa Selo dibawa ke Tuk Babon yang berjarak sekitar tiga kilometer.
Dia mengatakan ritual tersebut bertujuan untuk memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa (YME) agar air dari Tuk Babon ini akan selalu abadi dan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat hingga ke generasi selanjutnya.
"Tujuannya satu, keabadian air tetap dicukupi oleh Allah SWT, beserta para-para punggawa nanti bisa melestarikan budaya yang satu kali jangan sampai ditinggalkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Supana mengatakan Tuk Babon tersebut merupakan mata air terbesar di Kecamatan Selo.
Pihaknya mengungkapkan ritual tersebut harus terus dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya yang ada di Kabupaten Boyolali.
"Bagi kami karena ini adalah sebuah prosesi nilai tradisi pasti akan dipelihara, ini bagian dari kebudayaan, bagian dari prosesi masyarakat yang sama-sama harus dilestarikan, yang harus diabadikan, ini adalah sebuah cara masyarakat untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME dengan melakukan kegiatan ritual di Tuk Babon ini," katanya.
Baca juga: Tradisi penjamasan keris Sunan Kudus masih dilestarikan