Semarang (ANTARA) - UOB Indonesia memberikan pengenalan dunia perbankan kepada belasan siswa SMA sekolah luar biasa (SLB) Negeri Semarang. Mereka antusias mendengarkan penjelasan tim UOB serta bertanya dengan dipadu dua guru pendamping dari sekolah setempat.

Sejumlah pertanyaan mulai apa itu ATM sampai bercerita mengenai mereka pernah menggunakan QRIS dari telepon genggam mereka saat berbelanja, serta pengakuan senangnya mereka berada di sebuah bank dengan customer service yang bisa berkomunikasi juga menggunakan bahasa isyarat.

"Ini pertama kali ke UOB. Kaget karena sangat bagus. Banyak pengalaman baru yang sebelumnya belum tahu misalnya UOB bisa transfer gratis. Saya senang sekali ketemu customer service dan teller. Mereka bicaranya pelan, pakai bahasa isyarat, jadi bisa berkomunikasi," kata Charisya Apta Maydian (16) kelas XI SLB Negeri Semarang yang bercita-cita menjadi chef serta memiliki restoran sendiri.

Hal sama juga disampaikan Bagus yang juga diamini oleh teman-teman yang duduk di sekitarnya bahwa mereka senang bisa ke UOB karena hal baru dan banyak yang dipelajari seperti bagaimana cara teller menghitung uang sampai kemudahan transaksi digital.

Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia Maya Rizano mengatakan kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata dukungan UOB terhadap lingkungan inklusif, bahkan sebelumnya telah dilaksanakan kelas bahasa isyarat untuk para karyawan UOB di Kantor Cabang Semarang.

Sekitar 40 karyawan mengikuti materi pelatihan bahasa isyarat di antaranya mengenal huruf alfabet isyarat, angka, nama-nama hari, dan percakapan sederhana sehari-hari, sehingga saat mereka mengenalkan dunia perbaikan kepada para siswa, sesekali menggunakan bahasa isyarat..

Pelatihan bahasa isyarat tersebut dimaksudkan sebagai pembekalan karyawan terhadap kemampuan bahasa isyarat agar ke depan mampu memberikan pelayanan prima kepada semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara.

"Karyawan UOB ditekankan memberikan pelayanan prima kepada semua kalangan, termasuk disabilitas tuna rungu wicara. Pembekalan bahasa isyarat adalah salah satu bentuk komitmen kami memberikan pelayanan prima kepada penyandang tuna rungu wicara," katanya.

Guru SLB Nergeri Semarang Sulisnuryati menceritakan kegiatan tersebut merupakan pertama kali dilakukan dan pihaknya berharap UOB bisa menjadikan kegiatan tersebut berkelanjutan. Ia melihat seluruh anak didiknya antusias dan senang sampai kegiatan usai.

"Ini baru pertama kali dan memberikan banyak pengetahuan baru untuk anak-anak. Kurikulum di SLB sendiri 60 persen adalah ketrampilan seperti tataboga,tata busana, desain grafis, menjahit, salon atau kecantikan, serta sisanya 40 persen baru akademik," kata Sulisnuryati yang menyebutkan ada peserta didiknya yang menjuarai sejumlah perlombaan tingkat nasional.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024