Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menggiatkan gerakan menjaga kesehatan diri dan kebersihan lingkungan sebagai upaya mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa belum lama ini kondisi cuaca di daerah cenderung berubah dalam waktu relatif singkat sehingga hal itu bisa menimbun percepatan perkembangbiakan jentik nyamuk demam berdarah dengue.
"Saat kondisi turun hujan yang akan membentuk genangan air, kemudian cuaca panas yang silih berganti bisa mempercepat produksi jentik nyamuk tersebut. Oleh karena itu, kami minta masyarakat menggiatkan gerakan menjaga kesehatan diri dan lingkungan," katanya.
Menurut dia, jika ada warga yang mengalami demam maka sebaiknya langsung dibawa ke layanan kesehatan sebab beberapa kasus DBD meninggal karena terlambat penanganan,” ujarnya.
Selain menjaga kebersihan diri dan lingkungan, Slamet Budiyanto yang didampingi Epidemiolog Kesehatan Muda Opik Taufik memberikan sejumlah tips untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk dengan menanam lavender, perangkap nyamuk elektrik, dan rutin mengganti jenis insektisida (obat anti nyamuk) untuk menghindari resistansi.
Ia menyebutkan hingga pertengahan Juli 2024 terjadi 65 kasus demam berdarah dengue dengan satu kasus korban meninggal dunia.
Jika melihat lima tahunan di daerah, kata dia, memang puncak penyebaran demam berdarah dengu terjadi pada Mei 2024 hingga Juni 2024 karena terjadinya perubahan cuaca.
"Kondisi cuaca pada siang hari panas namun sore dan malam hari terjadi hujan sehingga hal itu berbahaya karena adanya penampungan air dan penularan nyamuk DBD lumayan tinggi. Jadi jangan berhenti menjaga kebersihan lingkungan dan diri agar terhindar dari segala penyakit," katanya.
Baca juga: Penularan DBD di Semarang sentuh 231 kasus
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa belum lama ini kondisi cuaca di daerah cenderung berubah dalam waktu relatif singkat sehingga hal itu bisa menimbun percepatan perkembangbiakan jentik nyamuk demam berdarah dengue.
"Saat kondisi turun hujan yang akan membentuk genangan air, kemudian cuaca panas yang silih berganti bisa mempercepat produksi jentik nyamuk tersebut. Oleh karena itu, kami minta masyarakat menggiatkan gerakan menjaga kesehatan diri dan lingkungan," katanya.
Menurut dia, jika ada warga yang mengalami demam maka sebaiknya langsung dibawa ke layanan kesehatan sebab beberapa kasus DBD meninggal karena terlambat penanganan,” ujarnya.
Selain menjaga kebersihan diri dan lingkungan, Slamet Budiyanto yang didampingi Epidemiolog Kesehatan Muda Opik Taufik memberikan sejumlah tips untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk dengan menanam lavender, perangkap nyamuk elektrik, dan rutin mengganti jenis insektisida (obat anti nyamuk) untuk menghindari resistansi.
Ia menyebutkan hingga pertengahan Juli 2024 terjadi 65 kasus demam berdarah dengue dengan satu kasus korban meninggal dunia.
Jika melihat lima tahunan di daerah, kata dia, memang puncak penyebaran demam berdarah dengu terjadi pada Mei 2024 hingga Juni 2024 karena terjadinya perubahan cuaca.
"Kondisi cuaca pada siang hari panas namun sore dan malam hari terjadi hujan sehingga hal itu berbahaya karena adanya penampungan air dan penularan nyamuk DBD lumayan tinggi. Jadi jangan berhenti menjaga kebersihan lingkungan dan diri agar terhindar dari segala penyakit," katanya.
Baca juga: Penularan DBD di Semarang sentuh 231 kasus