Purbalingga (ANTARA) - Pemerintah Desa Serang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), memastikan Festival Gunung Slamet (FGS) VII Tahun 2024 siap digelar di Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) pada 12-14 Juli.
"Insya Allah persiapannya sudah mencapai lebih dari 80 persen, dan kebetulan saya baru saja mengikuti rapat secara virtual dengan Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) untuk membahas rencana kegiatan tersebut," kata Kepala Desa Serang Sugito, di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Rabu.
Ia mengaku bersyukur karena FGS yang dirintis Pemdes Serang bersama salah satu tokoh masyarakat setempat, yakni almarhum Tridaya Kartika dan Komunitas Hijau sejak tahun 2018 itu, pada tahun ketujuh dapat diakui sebagai bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf.
Dengan demikian, kata dia, penyelenggaraan kegiatan tersebut mendapat dukungan dana dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga, di samping adanya dukungan dari Bank Indonesia serta sejumlah sponsor.
"Kami tetap konsisten, apa yang sudah dirintis dari awal tetap dilaksanakan setiap tahunnya dengan sungguh luar biasa menguras tenaga, pikiran, maupun material," katanya.
Kendati demikian, dia mengaku tidak pernah putus asa dan ternyata usaha yang tidak pernah berhenti tersebut bisa membuahkan hasil, sehingga FGS VII Tahun 2024 bisa menjadi bagian dari KEN.
Lebih lanjut, dia mengatakan berbagai kegiatan yang digelar dalam FGS VII Tahun 2024 tetap seperti tahun-tahun sebelumnya, di antaranya berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah, perang tomat, pawai budaya, dan Serang Carnival.
"Kami menargetkan pergelaran FGS VII Tahun 2024 dapat dikunjungi sekitar 30.000 pengunjung seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Insya Allah bisa terealisasi karena kegiatan ini gratis," katanya lagi.
Ia mengharapkan kehadiran pengunjung dalam FGS VII Tahun 2024 dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.
Menurut dia, hal itu terlihat dari pemesanan tempat untuk menginap, baik berupa homestay maupun penginapan lainnya yang menunjukkan adanya peningkatan.
"Saat ini ada 60 rumah warga yang sudah kami siapkan untuk homestay selain penginapan-penginapan milik investor dari luar daerah. Alhamdulillah sudah mulai ada yang memesan homestay untuk kegiatan FGS," kata Sugito.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga R Budi Setiawan mengatakan persiapan penyelenggaraan FGS VII Tahun 2024 hingga saat ini terus berjalan sesuai rencana, karena kegiatan wisata tahunan yang akan digelar di Desa Serang pada 12-14 Juli itu telah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Tahun 2024.
"Kami juga mengundang kabupaten-kabupaten sekitar untuk ikut meramaikan kegiatan tersebut," katanya.
Ia memastikan Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) tetap aman dikunjungi wisatawan, karena berada jauh di luar radius bahaya erupsi Gunung Slamet yang saat ini masih berstatus Waspada.
Menurut dia, D'LAS berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Slamet, sedangkan radius bahaya erupsi Gunung Slamet berjarak 3 kilometer dari kawah puncak gunung.
Baca juga: Mahasiswa KKN UNS buat masterplan desa wisata di Jatim
"Insya Allah persiapannya sudah mencapai lebih dari 80 persen, dan kebetulan saya baru saja mengikuti rapat secara virtual dengan Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) untuk membahas rencana kegiatan tersebut," kata Kepala Desa Serang Sugito, di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Rabu.
Ia mengaku bersyukur karena FGS yang dirintis Pemdes Serang bersama salah satu tokoh masyarakat setempat, yakni almarhum Tridaya Kartika dan Komunitas Hijau sejak tahun 2018 itu, pada tahun ketujuh dapat diakui sebagai bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf.
Dengan demikian, kata dia, penyelenggaraan kegiatan tersebut mendapat dukungan dana dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga, di samping adanya dukungan dari Bank Indonesia serta sejumlah sponsor.
"Kami tetap konsisten, apa yang sudah dirintis dari awal tetap dilaksanakan setiap tahunnya dengan sungguh luar biasa menguras tenaga, pikiran, maupun material," katanya.
Kendati demikian, dia mengaku tidak pernah putus asa dan ternyata usaha yang tidak pernah berhenti tersebut bisa membuahkan hasil, sehingga FGS VII Tahun 2024 bisa menjadi bagian dari KEN.
Lebih lanjut, dia mengatakan berbagai kegiatan yang digelar dalam FGS VII Tahun 2024 tetap seperti tahun-tahun sebelumnya, di antaranya berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah, perang tomat, pawai budaya, dan Serang Carnival.
"Kami menargetkan pergelaran FGS VII Tahun 2024 dapat dikunjungi sekitar 30.000 pengunjung seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Insya Allah bisa terealisasi karena kegiatan ini gratis," katanya lagi.
Ia mengharapkan kehadiran pengunjung dalam FGS VII Tahun 2024 dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.
Menurut dia, hal itu terlihat dari pemesanan tempat untuk menginap, baik berupa homestay maupun penginapan lainnya yang menunjukkan adanya peningkatan.
"Saat ini ada 60 rumah warga yang sudah kami siapkan untuk homestay selain penginapan-penginapan milik investor dari luar daerah. Alhamdulillah sudah mulai ada yang memesan homestay untuk kegiatan FGS," kata Sugito.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga R Budi Setiawan mengatakan persiapan penyelenggaraan FGS VII Tahun 2024 hingga saat ini terus berjalan sesuai rencana, karena kegiatan wisata tahunan yang akan digelar di Desa Serang pada 12-14 Juli itu telah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Tahun 2024.
"Kami juga mengundang kabupaten-kabupaten sekitar untuk ikut meramaikan kegiatan tersebut," katanya.
Ia memastikan Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) tetap aman dikunjungi wisatawan, karena berada jauh di luar radius bahaya erupsi Gunung Slamet yang saat ini masih berstatus Waspada.
Menurut dia, D'LAS berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Slamet, sedangkan radius bahaya erupsi Gunung Slamet berjarak 3 kilometer dari kawah puncak gunung.
Baca juga: Mahasiswa KKN UNS buat masterplan desa wisata di Jatim