Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menegaskan kepala pasar atau biasa disebut "lurah pasar" menjadi garda terdepan dalam upaya pengendalian inflasi di daerah.
"'Lurah-lurah pasar' ini garda terdepan pengendalian inflasi," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, saat kegiatan "Rilis Inflasi bulan Mei dan Mitigasi Pengendalian Inflasi" di Balai Kota Semarang, Kamis.
Menurut dia, "lurah pasar" bertugas memantau harga komoditas pangan, terutama kebutuhan pokok masyarakat di pasar tradisional setiap hari karena selalu terjadi perubahan harga.
Ketika terjadi kekurangan atau kelangkaan stok komoditas tertentu di pasaran, kata dia, "lurah pasar" akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Dinas Ketahanan Pangan.
Kalau untuk ketersediaan komoditas bahan pangan beras di Kota Semarang, kondisinya relatif aman karena bisa bertahan sampai lima bulan ke depan, apalagi sentra beras saat ini sedang panen.
"Lalu, komoditas lain, seperti cabai dan bawang merah, bawang putih perlu segera dipenuhi. Terutama, untuk cabai yang stoknya hanya untuk lima hari kedepan, jangan sampai terjadi kekosongan stok dan memicu kenaikan harga di pasaran," katanya.
Namun, diakuinya ada beberapa "lurah pasar" yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) sehingga nantinya akan diberangkatkan studi banding ke pasar tradisional di Bandung.
"Saya tadi tanya 'lurah pasar', tugasnya apa? Bingung. Makanya, nanti kami dibantu Bank Indonesia akan melakukan supervisi peran 'lurah pasar'. Karena mereka ini berperan dalam pengendalian inflasi," katanya.
Studi banding ke pasar tradisional di Bandung itu, kata dia, sekaligus apresiasi karena Kota Semarang pada periode Mei 2024 mengalami deflasi seiring dengan turunnya harga sejumlah komoditas pokok.
Sementara, Pimpinan Perum Bulog Cabang Semarang Rendy Ardiansyah menyebutkan bahwa stok beras sampai saat ini di Kota Semarang mencapai total sekitar 22 ribu ton, terdiri atas beras komersial 3.770,05 ton, dan beras CBP (cadangan beras pemerintah) 18.246,42 ton.
"Kami juga menyerap beras dari petani lokal sekitar dengan total sebanyak 14.700 ton, yakni Demak, Grobogan, Kabupaten Ungaran. Terdiri atas beras PSO 8.600 ton, dan 6.100 ton beras premium," katanya.
Lalu, kata dia, untuk penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan harga Pangan (SPHP) ke masyarakat total mencapai 1.800 ton, yang disalurkan ke pasar tradisional dan pasar modern di Kota Semarang.
Baca juga: Pj Bupati Magelang resmikan Toko Kendali Inflasi di Pasar Muntilan
"'Lurah-lurah pasar' ini garda terdepan pengendalian inflasi," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, saat kegiatan "Rilis Inflasi bulan Mei dan Mitigasi Pengendalian Inflasi" di Balai Kota Semarang, Kamis.
Menurut dia, "lurah pasar" bertugas memantau harga komoditas pangan, terutama kebutuhan pokok masyarakat di pasar tradisional setiap hari karena selalu terjadi perubahan harga.
Ketika terjadi kekurangan atau kelangkaan stok komoditas tertentu di pasaran, kata dia, "lurah pasar" akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Dinas Ketahanan Pangan.
Kalau untuk ketersediaan komoditas bahan pangan beras di Kota Semarang, kondisinya relatif aman karena bisa bertahan sampai lima bulan ke depan, apalagi sentra beras saat ini sedang panen.
"Lalu, komoditas lain, seperti cabai dan bawang merah, bawang putih perlu segera dipenuhi. Terutama, untuk cabai yang stoknya hanya untuk lima hari kedepan, jangan sampai terjadi kekosongan stok dan memicu kenaikan harga di pasaran," katanya.
Namun, diakuinya ada beberapa "lurah pasar" yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) sehingga nantinya akan diberangkatkan studi banding ke pasar tradisional di Bandung.
"Saya tadi tanya 'lurah pasar', tugasnya apa? Bingung. Makanya, nanti kami dibantu Bank Indonesia akan melakukan supervisi peran 'lurah pasar'. Karena mereka ini berperan dalam pengendalian inflasi," katanya.
Studi banding ke pasar tradisional di Bandung itu, kata dia, sekaligus apresiasi karena Kota Semarang pada periode Mei 2024 mengalami deflasi seiring dengan turunnya harga sejumlah komoditas pokok.
Sementara, Pimpinan Perum Bulog Cabang Semarang Rendy Ardiansyah menyebutkan bahwa stok beras sampai saat ini di Kota Semarang mencapai total sekitar 22 ribu ton, terdiri atas beras komersial 3.770,05 ton, dan beras CBP (cadangan beras pemerintah) 18.246,42 ton.
"Kami juga menyerap beras dari petani lokal sekitar dengan total sebanyak 14.700 ton, yakni Demak, Grobogan, Kabupaten Ungaran. Terdiri atas beras PSO 8.600 ton, dan 6.100 ton beras premium," katanya.
Lalu, kata dia, untuk penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan harga Pangan (SPHP) ke masyarakat total mencapai 1.800 ton, yang disalurkan ke pasar tradisional dan pasar modern di Kota Semarang.
Baca juga: Pj Bupati Magelang resmikan Toko Kendali Inflasi di Pasar Muntilan