Semarang (ANTARA) - Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut perubahan cara seseorang dalam belajar dan menimba ilmu pengetahuan.

Seorang trainer guru dari Amerika Serikat, Yuta Otake, menyampaikan bahwa pembelajar atau mahasiswa lebih mengharapkan hadirnya seorang guru yang dapat menjalin ikatan emosional, bukan sekadar sosok yang dapat memberikan informasi pengetahuan.

Demikian disampaikan Yuta dalam lokakarya yang diselenggarakan di Bina Bahasa Jaya (BBJ) Universitas Semarang (USM).

Lokakarya yang mengusung tema “Empowering Educators through Storytelling” digelar selama 2 hari pada hari Rabu dan Kamis (29-30/5) di Ruang Teleconference, Gedung Menara USM lantai 8. 

Yuta mengatakan bahwa storytelling atau bercerita merupakan salah satu media yang efektif dalam pembelajaran khususnya dalam berinteraksi antara guru dengan siswanya.

“Pandemi COVID-19 yang terjadi secara tiba-tiba menuntut perubahan pada sistem pendidikan yang harus beralih dari pembelajaran di dalam kelas secara luring menjadi pembelajaran secara daring dan membutuhkan internet sebagai penyedia informasi, hal ini menjadikan kurang relevannya peran guru dalam kegiatan belajar mengajar jika dilakukan hanya satu arah karena siswa sudah terbiasa mendapatkan pengetahuan dan informasi secara mandiri,” tutur Yuta.

Yuta percaya bahwa guru harus dapat memberikan sesuatu yang berbeda kepada siswanya yang berada di rumah ketika ada tantangan baru dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pendekatan intensif, menurutnya, dapat membangun hubungan yang kuat antara guru dan siswa. Ini dapat dicapai melalui motivasi, keterlibatan emosional, dan komunikasi yang lebih personal. 

“Untuk alasan ini, saya ingin berkonsentrasi pada penguatan elemen bercerita storytelling   yang ditawarkan guru kepada siswanya. Karena setiap orang memiliki cerita yang berbeda, saya percaya bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang dapat bergerak tanpa cerita di dalamnya. Hal ini dapat membuat siswa merasa dekat dan dapat menjadi tauladan bagi mereka,” ungkapnya.

Selain itu, CEO Mangrove Education ini menyatakan bahwa melalui lokakarya ini, ia berharap setiap guru dapat berlatih untuk mengoptimalkan kemampuan bercerita mereka sebagai cara untuk membangun hubungan dan berinteraksi antara guru dengan siswanya melalui cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hasil lokakarya ini dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran mereka di dalam kelas.

Pelaksanaan kegiatan lokakarya ini dipromotori oleh Forum Institusi Layanan Bahasa (Filba) bekerja sama dengan mangrove education.

Bina Bahasa Jaya (BBJ) Universitas Semarang (USM) yang menjadi salah satu tuan rumah dari rangkaian lokakarya ini mengundang dosen dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, di antaranya dari UMK, Unissula, Unisnu, Unika  Soegijapranata, dan USM untuk hadir dengan total peserta sekitar 65 yang terdiri atas dosen hingga mahasiswa. ***

Pewarta : Nur Istibsaroh/ksm
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024