Temanggung (ANTARA) - Penjabat Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo bersama pihak terkait membuat pernyataan sikap mengenai singgahnya Bhiksu Thudong ke Masjid Bengkal, Kecamatan Kranggan, dalam perjalanan menuju Candi Borobudur pada Ahad (19/5).
Agung di Temanggung, Selasa, menyampaikan kegiatan tersebut memang rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh Bhiksu Thudong, mulai dari perbatasan Kecamatan Kaloran sampai dengan perbatasan Kabupaten Magelang.
Dalam pernyataan sikap tersebut, Pj Bupati didampingi oleh pihak terkait, di antaranya panitia Thudong 2024, Asisten II Sekda, Kabag Kesra Setda, Plt. Camat Kranggan, Polres, Kepala Kemenag, FKUB, Kepala Desa Bengkal dan takmir Masjid Bengkal.
Sebagai informasi, lokasi masjid ini berada di pinggir Jalan Raya Magelang - Temanggung, serta posisinya dekat dengan perbatasan wilayah Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
"Di perbatasan Kaloran sudah kita terima bersama forkopimda, dan di sana juga ada kegiatan seremonial, dan setelah itu, mereka berjalan kaki. Setiap lima kilometer, mereka berhenti untuk istirahat, karena kondisi setiap biksu bervariasi. Ada yang sudah tua dan ada juga yang masih muda," katanya.
Titik istirahat rombongan bhiksu berada di Desa Bengkal. Sebelumnya, panitia dan kepala desa, serta takmir masjid sudah melakukan kesepakatan untuk tempat singgah rombongan dipusatkan di kawasan masjid. Meskipun demikian, rombongan bhiksu hanya singgah di serambi masjid, bukan di dalam masjid untuk beristirahat sejenak.
"Di dalam istirahat bersama itulah, ada saling komunikasi antara takmir masjid dan para bhiksu untuk mendoakan, agar masyarakat Desa Bengkal ini menjadi masyarakat yang sejahtera, makmur, dihindarkan dari malapetaka dan sebagainya," katanya.
Jadi kegiatan yang terjadi, sifatnya hanya mendoakan, karena rombongan Bhiksu Thudong merasa disambut dengan penuh kehangatan oleh takmir masjid dan masyarakat, juga jauh dari proses ritual umat agama Buddha.
Begitu pula sebaliknya, dari takmir masjid pun juga turut mendoakan rombongan bhiksu agar dalam perjalanannya senantiasa diberi kelancaran, kesehatan dan keselamatan.
"Tidak ada ritual-ritual keagamaan. Setelah selesai semuanya, mereka hanya minum saja, terus mereka berjalan melanjutkan perjalanannya ke Kabupaten Magelang," katanya.
Agung di Temanggung, Selasa, menyampaikan kegiatan tersebut memang rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh Bhiksu Thudong, mulai dari perbatasan Kecamatan Kaloran sampai dengan perbatasan Kabupaten Magelang.
Dalam pernyataan sikap tersebut, Pj Bupati didampingi oleh pihak terkait, di antaranya panitia Thudong 2024, Asisten II Sekda, Kabag Kesra Setda, Plt. Camat Kranggan, Polres, Kepala Kemenag, FKUB, Kepala Desa Bengkal dan takmir Masjid Bengkal.
Sebagai informasi, lokasi masjid ini berada di pinggir Jalan Raya Magelang - Temanggung, serta posisinya dekat dengan perbatasan wilayah Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
"Di perbatasan Kaloran sudah kita terima bersama forkopimda, dan di sana juga ada kegiatan seremonial, dan setelah itu, mereka berjalan kaki. Setiap lima kilometer, mereka berhenti untuk istirahat, karena kondisi setiap biksu bervariasi. Ada yang sudah tua dan ada juga yang masih muda," katanya.
Titik istirahat rombongan bhiksu berada di Desa Bengkal. Sebelumnya, panitia dan kepala desa, serta takmir masjid sudah melakukan kesepakatan untuk tempat singgah rombongan dipusatkan di kawasan masjid. Meskipun demikian, rombongan bhiksu hanya singgah di serambi masjid, bukan di dalam masjid untuk beristirahat sejenak.
"Di dalam istirahat bersama itulah, ada saling komunikasi antara takmir masjid dan para bhiksu untuk mendoakan, agar masyarakat Desa Bengkal ini menjadi masyarakat yang sejahtera, makmur, dihindarkan dari malapetaka dan sebagainya," katanya.
Jadi kegiatan yang terjadi, sifatnya hanya mendoakan, karena rombongan Bhiksu Thudong merasa disambut dengan penuh kehangatan oleh takmir masjid dan masyarakat, juga jauh dari proses ritual umat agama Buddha.
Begitu pula sebaliknya, dari takmir masjid pun juga turut mendoakan rombongan bhiksu agar dalam perjalanannya senantiasa diberi kelancaran, kesehatan dan keselamatan.
"Tidak ada ritual-ritual keagamaan. Setelah selesai semuanya, mereka hanya minum saja, terus mereka berjalan melanjutkan perjalanannya ke Kabupaten Magelang," katanya.