Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menyebut bahwa pembentukan karakter anak didik membutuhkan kreativitas para pendidik.
"Di sekitar banyak tempat untuk belajar seperti 'in house training' (pendidikan dan pelatihan internal) untuk guru SD, untuk membentuk karakter untuk anak-anak," katanya dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang diterima di Magelang, Selasa.
Ia mengatakan hal itu terkait dengan pengukuhan Kartono sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kota Magelang Periode 2023-2027 di Pendopo Pengabdian Rumah Jabatan Wali Kota Magelang, Senin (4/3).
Ia juga mengemukakan tentang sebutan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) dalam proses pendidikan, terutama untuk pembentukan karakter anak didik.
"Pendidikan membutuhkan juga ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), bagaimana melihat sosok yang sukses, kita bisa contoh mereka," katanya.
Ia mengakui bahwa mengatasi persoalan pendidikan memang tidak mudah sehingga membutuhkan kreativitas berbagai pemangku kepentingan.
Pada kesempatan itu, Nur Aziz juga mengemukakan bahwa generasi Z yang meskipun memiliki sikap tidak mudah diatur namun mau diajak berdiskusi.
Pada Pemilu 2024, jumlah pemilih dari generasi Z mencapai 50 persen dari total pemilih di Kota Magelang.
Mereka, kata dia, termasuk generasi yang antipraktik politik uang.
"Di tangan generasi Z lah yang masa depan bangsa ditentukan," ujarnya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Magelang Kartono mengemukakan berbagai tantangan pendidikan saat ini, termasuk di daerah setempat, antara lain terkait dengan aspek pemerataan, akses, kualitas, dan biaya.
"Salah satu masalah yang jadi perhatian. Kondisi ini tidak berbeda di Kota Magelang masih perlu pemerataan, akses, dan peningkatan kualitas," katanya.
Pihaknya siap berkontribusi dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pendidikan di daerah itu.
"Dalam waktu dekat, kami akan menyelenggarakan rapat untuk merumuskan kebijakan, merumuskan rekomendasi untuk menentukan langkah-langkah strategis menangani pendidikan di wilayah ini," katanya.
Ia menyatakan bersyukur karena pemkot setempat telah berhasil melakukan langkah startegis bahkan menorehkan prestasi bidang pendidikan.
Dalam hal itu, katanya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang yang Tuntas Madya penghargaan tertinggi Standar Pelayanan Minimum bidang pendidikan pada 2023 dan menjadi satu-satunya di Jateng.
Selain itu, katanya, predikat Level Melembaga yang dinilai berdasarkan aspek perencanaan berbasis data.
"Ingat permasalahan pendidikan masih banyak yang perlu dituntaskan, bahkan saat ini kita dihadapkan kondisi dan fenomena faktual, yakni berkaitan dengan kenakalan remaja, 'bullying' (perundungan) peserta didik di SD, SMP, SMA/SMK, ini tentu kita harus prihatin," ujarnya.
Ia menilai generasi Z di Indonesia yang lemah terhadap nilai religi dan nasionalisme.
"Ini menjadi kerja besar bagi Disdikbud Kota Magelang dan Cabang Disdikbud Provinsi Jateng Wilayah 8. Dewan Pendidikan Kota Magelang siap berkontribusi, untuk bekerja sama mencari solusi terhadap permasalahan tersebut," katanya.
"Di sekitar banyak tempat untuk belajar seperti 'in house training' (pendidikan dan pelatihan internal) untuk guru SD, untuk membentuk karakter untuk anak-anak," katanya dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang diterima di Magelang, Selasa.
Ia mengatakan hal itu terkait dengan pengukuhan Kartono sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kota Magelang Periode 2023-2027 di Pendopo Pengabdian Rumah Jabatan Wali Kota Magelang, Senin (4/3).
Ia juga mengemukakan tentang sebutan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) dalam proses pendidikan, terutama untuk pembentukan karakter anak didik.
"Pendidikan membutuhkan juga ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), bagaimana melihat sosok yang sukses, kita bisa contoh mereka," katanya.
Ia mengakui bahwa mengatasi persoalan pendidikan memang tidak mudah sehingga membutuhkan kreativitas berbagai pemangku kepentingan.
Pada kesempatan itu, Nur Aziz juga mengemukakan bahwa generasi Z yang meskipun memiliki sikap tidak mudah diatur namun mau diajak berdiskusi.
Pada Pemilu 2024, jumlah pemilih dari generasi Z mencapai 50 persen dari total pemilih di Kota Magelang.
Mereka, kata dia, termasuk generasi yang antipraktik politik uang.
"Di tangan generasi Z lah yang masa depan bangsa ditentukan," ujarnya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Magelang Kartono mengemukakan berbagai tantangan pendidikan saat ini, termasuk di daerah setempat, antara lain terkait dengan aspek pemerataan, akses, kualitas, dan biaya.
"Salah satu masalah yang jadi perhatian. Kondisi ini tidak berbeda di Kota Magelang masih perlu pemerataan, akses, dan peningkatan kualitas," katanya.
Pihaknya siap berkontribusi dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pendidikan di daerah itu.
"Dalam waktu dekat, kami akan menyelenggarakan rapat untuk merumuskan kebijakan, merumuskan rekomendasi untuk menentukan langkah-langkah strategis menangani pendidikan di wilayah ini," katanya.
Ia menyatakan bersyukur karena pemkot setempat telah berhasil melakukan langkah startegis bahkan menorehkan prestasi bidang pendidikan.
Dalam hal itu, katanya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang yang Tuntas Madya penghargaan tertinggi Standar Pelayanan Minimum bidang pendidikan pada 2023 dan menjadi satu-satunya di Jateng.
Selain itu, katanya, predikat Level Melembaga yang dinilai berdasarkan aspek perencanaan berbasis data.
"Ingat permasalahan pendidikan masih banyak yang perlu dituntaskan, bahkan saat ini kita dihadapkan kondisi dan fenomena faktual, yakni berkaitan dengan kenakalan remaja, 'bullying' (perundungan) peserta didik di SD, SMP, SMA/SMK, ini tentu kita harus prihatin," ujarnya.
Ia menilai generasi Z di Indonesia yang lemah terhadap nilai religi dan nasionalisme.
"Ini menjadi kerja besar bagi Disdikbud Kota Magelang dan Cabang Disdikbud Provinsi Jateng Wilayah 8. Dewan Pendidikan Kota Magelang siap berkontribusi, untuk bekerja sama mencari solusi terhadap permasalahan tersebut," katanya.