Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, memasifkan kegiatan pelatihan pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman kepada masyarakat sebagai upaya mengurangi ketergantungan makanan yang berbahan dari beras.
Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan Darsari Resti Artanti di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa pihaknya memandang perlu untuk meningkatkan pola kebiasaan mengkonsumsi pangan beragam, bergizi, dan seimbang seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan pada warga.
"Untuk skor pola pangan berbahan pangan umbi-umbian dan kacang-kacangan memang masih kurang sehingga perlu ditingkatkan lagi. Beras dan terigu ini juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi sehingga jika masyarakat bisa mengimbangi dengan memvariasikan dengan bahan pangan lokal lain maka bisa menjaga kesehatan tubuh dan menekan inflasi karena tidak bergantung pada satu jenis pangan saja," katanya.
Ia mengimbau warga yang telah menerima pelatihan agar bisa meneruskan ilmunya dan membiasakan mengkonsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kota Pekalongan Inggit Soraya mengatakan selain diikuti oleh kader PKK, pelatihan tersebut juga menyasar kader "Dapur Sehat Atasi Stunting" di 27 kelurahan.
Inggit memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan rutin pelatihan pengolahan pangan yang bersinergi antara Dinas Pertanian dan Pangan dengan Tim Penggerak PKK.
Menurut dia, pemberian wawasan tentang pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman cukup penting bagi masyarakat karena hal tersebut juga menyangkut pada kondisi kesehatan manusia.
"Perlu diingatkan bahwa menyajikan menu makanan untuk keluarga tak cukup hanya mengisi perut sampai kenyang namun juga harus memperhatikan isi piring yang akan dikonsumsi," katanya.
Dikatakan, untuk memberikan menu makanan yang bergizi dan seimbang tidak harus mahal dan bisa menggunakan bahan pangan lokal yang ada di lingkungan sekitar seperti bahan pangan umbi-umbian dan sayuran.
"Saat ini skor pola pangan harapan di angka 93,7 persen memang sudah cukup baik. Akan tetapi, hal itu harus ditingkatkan lagi dengan cara memberikan menu makanan yang lebih beragam seperti bahan makanan bersumber karbohidrat diganti umbian, protein hewani dari ikan gabus dan seratnya dari daun kelor yang lebih murah dan mudah didapat," katanya.
Baca juga: Hortikultura jadi penahan inflasi periode Februari di Jateng
Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan Darsari Resti Artanti di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa pihaknya memandang perlu untuk meningkatkan pola kebiasaan mengkonsumsi pangan beragam, bergizi, dan seimbang seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan pada warga.
"Untuk skor pola pangan berbahan pangan umbi-umbian dan kacang-kacangan memang masih kurang sehingga perlu ditingkatkan lagi. Beras dan terigu ini juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi sehingga jika masyarakat bisa mengimbangi dengan memvariasikan dengan bahan pangan lokal lain maka bisa menjaga kesehatan tubuh dan menekan inflasi karena tidak bergantung pada satu jenis pangan saja," katanya.
Ia mengimbau warga yang telah menerima pelatihan agar bisa meneruskan ilmunya dan membiasakan mengkonsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kota Pekalongan Inggit Soraya mengatakan selain diikuti oleh kader PKK, pelatihan tersebut juga menyasar kader "Dapur Sehat Atasi Stunting" di 27 kelurahan.
Inggit memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan rutin pelatihan pengolahan pangan yang bersinergi antara Dinas Pertanian dan Pangan dengan Tim Penggerak PKK.
Menurut dia, pemberian wawasan tentang pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman cukup penting bagi masyarakat karena hal tersebut juga menyangkut pada kondisi kesehatan manusia.
"Perlu diingatkan bahwa menyajikan menu makanan untuk keluarga tak cukup hanya mengisi perut sampai kenyang namun juga harus memperhatikan isi piring yang akan dikonsumsi," katanya.
Dikatakan, untuk memberikan menu makanan yang bergizi dan seimbang tidak harus mahal dan bisa menggunakan bahan pangan lokal yang ada di lingkungan sekitar seperti bahan pangan umbi-umbian dan sayuran.
"Saat ini skor pola pangan harapan di angka 93,7 persen memang sudah cukup baik. Akan tetapi, hal itu harus ditingkatkan lagi dengan cara memberikan menu makanan yang lebih beragam seperti bahan makanan bersumber karbohidrat diganti umbian, protein hewani dari ikan gabus dan seratnya dari daun kelor yang lebih murah dan mudah didapat," katanya.
Baca juga: Hortikultura jadi penahan inflasi periode Februari di Jateng