Wonosobo (ANTARA) - Gizi menjadi salah satu aspek mendasar yang dibutuhkan manusia dalam mendukung pertumbuhan dan kesehatan tubuhnya, karena itu hal ini juga diperlukan dalam upaya penurunan stunting, kata Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar.
Menurut dia di Wonosobo Kamis, permasalahan stunting mendesak untuk diselesaikan, tidak hanya untuk mengejar capaian target nasional 14 persen di tahun 2024, tapi juga untuk mempersiapkan generasi emas pembawa kemajuan bangsa.
Ia menyampaikan hal tersebut saat membuka acara Hari Gizi Nasional ke-64 Kabupaten Wonosobo.
"Di Wonosobo berdasarkan sistem elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat -e-PPGBM-, pada tahun 2023 prevalensi balita stunting masih sebesar 17,12%. Data ini sepatutnya menjadi sebuah pendorong bagi kita, untuk bersama-sama melakukan perbaikan dan pemenuhan gizi masyarakat, yang dilakukan secara berkelanjutan dan diharapkan bermuara pada tumbuh kembang anak yang optimal," katanya.
Menurut dia, berbagai program telah dilaksanakan dalam mengentaskan masalah gizi, terutama stunting, dengan menyasar kelompok remaja, ibu hamil, bayi, dan balita.
Salah satunya melalui program Sobo Hebat Sedulur Selawase, berupa pemberian dua butir telur per hari selama 90 hari kepada 7.774 balita.
"Program ini menjadi sebuah peluang yang sangat strategis, sebagai implementasi riil konvergensi intervensi penanganan stunting, yang kita harapkan dapat menurunkan angka stunting secara signifikan di Wonosobo," katanya.
Peringatan HGN ini sebagai langkah untuk menggaungkan pentingnya pemenuhan gizi dalam rangka mencegah stunting, dan menjadi momentum dalam menggalang kepedulian dan komitmen semua pihak, termasuk para ahli gizi Wonosobo dan stakeholders terkait.
Bersama-sama membangun kesadaran masyarakat atas pentingnya pemberian dan pemenuhan gizi yang berkualitas dalam rangka mewujudkan generasi emas, menuju Wonosobo yang sehat dan berprestasi.
Ketua DPC Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Wonosobo Natalia Haryanti menyampaikan, komitmen pencegahan stunting juga tercermin dalam tema Hari Gizi Nasional tahun 2024, "MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting", pemenuhan gizi melalui konsumsi protein hewani menjadi jalur yang tepat bagi pembangunan generasi berkualitas.
"Berbagai rangkaian kegiatan HGN ini bertujuan menyebarluaskan informasi dan promosi kepada masyatakat pentingnya MP-ASI yang kaya akan protein hewani untuk mencegah stunting. Meningkatkan kerja sama dengan pemkab dalam rangka pencegahan stunting," katanya.
Menurut dia, selain program Sobo Hebat Sedulur Selawase, berbagai upaya lainnya juga dilakukan Pemkab Wonosobo. Pertama, program aksi bergizi dilaksanakan dengan menyasar remaja putri, melalui kegiatan sarapan bersama di sekolah, konsumsi tablet tambah darah, dan melakukan aktivitas fisik bersama. Selain itu, juga dilakukan skrining anemia dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
Kemudian menyasar kalangan ibu hamil, dilaksanakan program ANC (Antenatal Care) terintegrasi, dengan pemberian makanan tambahan berbahan dasar pangan lokal, pemantauan ibu hamil oleh kader pendamping ibu hamil, serta perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
"Selain itu adalah program pada kelompok bayi dan balita di antaranya adalah inisiasi menyusui dini -IMD-, ASI eksklusif selama enam bulan, pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal pada balita dengan masalah gizi, serta stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang," katanya.
Ia berharap dari berbagai program tersebut akan tercipta generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas di masa depan, serta terwujudnya Indonesia yang sejahtera melalui perhatian terhadap gizi dan kesehatan anak-anak.
Baca juga: Pemkab Batang segera tuntaskan 4.501 balita stunting
Menurut dia di Wonosobo Kamis, permasalahan stunting mendesak untuk diselesaikan, tidak hanya untuk mengejar capaian target nasional 14 persen di tahun 2024, tapi juga untuk mempersiapkan generasi emas pembawa kemajuan bangsa.
Ia menyampaikan hal tersebut saat membuka acara Hari Gizi Nasional ke-64 Kabupaten Wonosobo.
"Di Wonosobo berdasarkan sistem elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat -e-PPGBM-, pada tahun 2023 prevalensi balita stunting masih sebesar 17,12%. Data ini sepatutnya menjadi sebuah pendorong bagi kita, untuk bersama-sama melakukan perbaikan dan pemenuhan gizi masyarakat, yang dilakukan secara berkelanjutan dan diharapkan bermuara pada tumbuh kembang anak yang optimal," katanya.
Menurut dia, berbagai program telah dilaksanakan dalam mengentaskan masalah gizi, terutama stunting, dengan menyasar kelompok remaja, ibu hamil, bayi, dan balita.
Salah satunya melalui program Sobo Hebat Sedulur Selawase, berupa pemberian dua butir telur per hari selama 90 hari kepada 7.774 balita.
"Program ini menjadi sebuah peluang yang sangat strategis, sebagai implementasi riil konvergensi intervensi penanganan stunting, yang kita harapkan dapat menurunkan angka stunting secara signifikan di Wonosobo," katanya.
Peringatan HGN ini sebagai langkah untuk menggaungkan pentingnya pemenuhan gizi dalam rangka mencegah stunting, dan menjadi momentum dalam menggalang kepedulian dan komitmen semua pihak, termasuk para ahli gizi Wonosobo dan stakeholders terkait.
Bersama-sama membangun kesadaran masyarakat atas pentingnya pemberian dan pemenuhan gizi yang berkualitas dalam rangka mewujudkan generasi emas, menuju Wonosobo yang sehat dan berprestasi.
Ketua DPC Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Wonosobo Natalia Haryanti menyampaikan, komitmen pencegahan stunting juga tercermin dalam tema Hari Gizi Nasional tahun 2024, "MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting", pemenuhan gizi melalui konsumsi protein hewani menjadi jalur yang tepat bagi pembangunan generasi berkualitas.
"Berbagai rangkaian kegiatan HGN ini bertujuan menyebarluaskan informasi dan promosi kepada masyatakat pentingnya MP-ASI yang kaya akan protein hewani untuk mencegah stunting. Meningkatkan kerja sama dengan pemkab dalam rangka pencegahan stunting," katanya.
Menurut dia, selain program Sobo Hebat Sedulur Selawase, berbagai upaya lainnya juga dilakukan Pemkab Wonosobo. Pertama, program aksi bergizi dilaksanakan dengan menyasar remaja putri, melalui kegiatan sarapan bersama di sekolah, konsumsi tablet tambah darah, dan melakukan aktivitas fisik bersama. Selain itu, juga dilakukan skrining anemia dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
Kemudian menyasar kalangan ibu hamil, dilaksanakan program ANC (Antenatal Care) terintegrasi, dengan pemberian makanan tambahan berbahan dasar pangan lokal, pemantauan ibu hamil oleh kader pendamping ibu hamil, serta perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
"Selain itu adalah program pada kelompok bayi dan balita di antaranya adalah inisiasi menyusui dini -IMD-, ASI eksklusif selama enam bulan, pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal pada balita dengan masalah gizi, serta stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang," katanya.
Ia berharap dari berbagai program tersebut akan tercipta generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas di masa depan, serta terwujudnya Indonesia yang sejahtera melalui perhatian terhadap gizi dan kesehatan anak-anak.
Baca juga: Pemkab Batang segera tuntaskan 4.501 balita stunting