Semarang (ANTARA) - Keterampilan memilah dan memilih serta menyaring informasi di ruang digital menjadi kunci untuk menciptakan pesta demokrasi atau pemilu yang harmonis.
“Sekarang orang-orang kalau mau cari informasi seputar pemilu itu lewat media sosial, makanya literasi digital itu perlu untuk bapak ibu pelajari agar bisa menyikapi perbedaan pendapat dengan teman atau anggota keluarga di dunia nyata maupun dunia maya,” ucap Ketua Komunitas Pemuda Pantang Menyerah Mohamad Irwan.
Hal itu disampaikan Irwan dalam sambutannya pada acara seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah di Wisma Tien Catering, Kabupaten Purbalingga, Senin (15/1).
Irwan menambahkan pentingnya menjaga keharmonisan jelang pemilu agar masyarakat
tidak terpecah belah akibat dari perbedaan pilihan dan sikap toleran juga dapat menjadi solusi untuk mengawal pesta demokrasi agar tetap berjalan dengan damai.
Dalam kesempatan yang sama, Yukendro Pramono selaku Pegiat Literasi Digital mengatakan masyarakat harus dapat menyerap informasi secara bijak di media sosial untuk menghindari hoaks atau disinformasi mengenai informasi tentang Pemilu 2024.
“Kalau bapak ibu dapat informasi di media sosial, harus divalidasi dulu, cek dulu apakah itu berita benar atau tidak. Karena medsos ini kan media yang langsung, dimana semua orang bisa share apa yang dia mau, beda sama wartawan, yang punya kode etik jadi tidak bisa share informasi yang semaunya dia aja,” katanya.
Menurut Yukendro masyarakat harus menerapkan nilai-nilai sosial seperti sopan santun dan saling menghargai di ruang digital. Selain itu, masyarakat juga senantiasa berhati-hati saat menggunakan media sosial agar dapat menjaga ruang digital untuk tetap aman dan damai.
“Menjelang pemilu ini, kita juga harus berhati-hati. Untuk menuju Indonesia Emas 2045, agar
kita bisa berjalan kesana, kita sebagai pengguna media sosial juga harus berhati-hati dalam memanfaatkannya,” tambahnya.
Perwakilan Bawaslu Kabupaten Purbalingga, Setyawati menanggapi pernyataan dari Yukendro mengenai sikap waspada saat menggunakan media sosial. Ia mengatakan bahwa pengguna media sosial harus berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi di masa menjelang pemilu karena bisa berpotensi untuk memunculkan informasi palsu atau hoaks.
“Sebentar lagi tinggal menghitung hari kita akan melaksanakan Pemilu 2024, jadi kalau bapak ibu mendapatkan informasi di media sosial, silakan untuk disaring sebelum di-sharing dan jangan mudah terpancing dengan berita-berita yang provokatif agar terhindar dari hoaks,” katanya.
Agar terhindar dari hoaks, tambahnya, pengguna media sosial harus mengetahui ciri-ciri hoaks itu sendiri, seperti judul berita yang sensasional dan mengandung unsur provokatif, menggunakan website yang mirip dengan media besar, memakai teori cocoklogi dengan mengambil informasi dari potongan-potongan video yang kemudian dibuat dengan asumsi pribadi lalu disebarkan di media sosial.
“Jadi mulai sekarang kita harus bisa bersikap bijak saat menggunakan media sosial. Selalu
bersikap hati-hati dan bersikap rasional. Kalau dapat berita yang mengandung ciri-ciri unsur hoaks jangan ikut disebar, tapi kalau beritanya informatif boleh untuk dikirim ke teman atau grup keluarga,” katanya.
Tidak hanya berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi, Muhamad Wafa selaku Kepala Suku Komunitas Literasi Digital Purbalingga menambahkan, masyarakat juga harus bisa berpikir terbuka untuk menyikapi diferensiasi informasi yang terjadi di ruang digital.
“Stay open minded. Kita harus terbiasa untuk berpikir terbuka. Karena tanpa pikiran yang
terbuka, akan sulit membayangkan kehidupan demokrasi yang lebih baik,” tambahnya.
Wafa juga mengajak para peserta untuk mengawal pemilu ini agar tetap damai dan lancar, sehingga event yang dilakukan tiap 5 tahun ini tidak memecah belah bangsa hanya dari perbedaan pendapat dengan saling mengirim informasi politik tanpa disaring terlebih dahulu.
“Karena filter yang terbaik adalah diri kita sendiri sebagaimana kita memilah dan memilih informasi yang akan kita cerna untuk diri kita ataupun untuk orang lain,” tutup dia.
Kegiatan Seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah dengan tema “Menjaga Pemilu Aman dan Damai di Ruang Digital” merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
“Sekarang orang-orang kalau mau cari informasi seputar pemilu itu lewat media sosial, makanya literasi digital itu perlu untuk bapak ibu pelajari agar bisa menyikapi perbedaan pendapat dengan teman atau anggota keluarga di dunia nyata maupun dunia maya,” ucap Ketua Komunitas Pemuda Pantang Menyerah Mohamad Irwan.
Hal itu disampaikan Irwan dalam sambutannya pada acara seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah di Wisma Tien Catering, Kabupaten Purbalingga, Senin (15/1).
Irwan menambahkan pentingnya menjaga keharmonisan jelang pemilu agar masyarakat
tidak terpecah belah akibat dari perbedaan pilihan dan sikap toleran juga dapat menjadi solusi untuk mengawal pesta demokrasi agar tetap berjalan dengan damai.
Dalam kesempatan yang sama, Yukendro Pramono selaku Pegiat Literasi Digital mengatakan masyarakat harus dapat menyerap informasi secara bijak di media sosial untuk menghindari hoaks atau disinformasi mengenai informasi tentang Pemilu 2024.
“Kalau bapak ibu dapat informasi di media sosial, harus divalidasi dulu, cek dulu apakah itu berita benar atau tidak. Karena medsos ini kan media yang langsung, dimana semua orang bisa share apa yang dia mau, beda sama wartawan, yang punya kode etik jadi tidak bisa share informasi yang semaunya dia aja,” katanya.
Menurut Yukendro masyarakat harus menerapkan nilai-nilai sosial seperti sopan santun dan saling menghargai di ruang digital. Selain itu, masyarakat juga senantiasa berhati-hati saat menggunakan media sosial agar dapat menjaga ruang digital untuk tetap aman dan damai.
“Menjelang pemilu ini, kita juga harus berhati-hati. Untuk menuju Indonesia Emas 2045, agar
kita bisa berjalan kesana, kita sebagai pengguna media sosial juga harus berhati-hati dalam memanfaatkannya,” tambahnya.
Perwakilan Bawaslu Kabupaten Purbalingga, Setyawati menanggapi pernyataan dari Yukendro mengenai sikap waspada saat menggunakan media sosial. Ia mengatakan bahwa pengguna media sosial harus berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi di masa menjelang pemilu karena bisa berpotensi untuk memunculkan informasi palsu atau hoaks.
“Sebentar lagi tinggal menghitung hari kita akan melaksanakan Pemilu 2024, jadi kalau bapak ibu mendapatkan informasi di media sosial, silakan untuk disaring sebelum di-sharing dan jangan mudah terpancing dengan berita-berita yang provokatif agar terhindar dari hoaks,” katanya.
Agar terhindar dari hoaks, tambahnya, pengguna media sosial harus mengetahui ciri-ciri hoaks itu sendiri, seperti judul berita yang sensasional dan mengandung unsur provokatif, menggunakan website yang mirip dengan media besar, memakai teori cocoklogi dengan mengambil informasi dari potongan-potongan video yang kemudian dibuat dengan asumsi pribadi lalu disebarkan di media sosial.
“Jadi mulai sekarang kita harus bisa bersikap bijak saat menggunakan media sosial. Selalu
bersikap hati-hati dan bersikap rasional. Kalau dapat berita yang mengandung ciri-ciri unsur hoaks jangan ikut disebar, tapi kalau beritanya informatif boleh untuk dikirim ke teman atau grup keluarga,” katanya.
Tidak hanya berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi, Muhamad Wafa selaku Kepala Suku Komunitas Literasi Digital Purbalingga menambahkan, masyarakat juga harus bisa berpikir terbuka untuk menyikapi diferensiasi informasi yang terjadi di ruang digital.
“Stay open minded. Kita harus terbiasa untuk berpikir terbuka. Karena tanpa pikiran yang
terbuka, akan sulit membayangkan kehidupan demokrasi yang lebih baik,” tambahnya.
Wafa juga mengajak para peserta untuk mengawal pemilu ini agar tetap damai dan lancar, sehingga event yang dilakukan tiap 5 tahun ini tidak memecah belah bangsa hanya dari perbedaan pendapat dengan saling mengirim informasi politik tanpa disaring terlebih dahulu.
“Karena filter yang terbaik adalah diri kita sendiri sebagaimana kita memilah dan memilih informasi yang akan kita cerna untuk diri kita ataupun untuk orang lain,” tutup dia.
Kegiatan Seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah dengan tema “Menjaga Pemilu Aman dan Damai di Ruang Digital” merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).