Semarang (ANTARA) - Strategi Mento Leto atau mentoring and learning together berhasil mengatasi kegalauan para guru di sekolah yang melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) jalur mandiri difasilitasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk memahami kurikulum merdeka. 

Stategi Mento Leto diterapkan SMP Negeri 1 Semarang karena penguasaan teknologinya kurang, sehingga dalam melaksanakan pelatihan mandiri PMM yang berbasis teknologi mengalami kesulitan. 

"Guru-guru muda yang mempunyai kemampuan teknologinya relatif lebih baik diberikan peran menjadi mentor untuk belajar bersama mendalami topik-topik PMM sebelum berdiskusi di forum MGMPS," kata Nining Sulistyaningsih, Kepala SMP Negeri 1 Semarang, di Semarang, Jumat (8/12).

Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation ini menjelaskan Strategi Mento Leto menekankan kolaborasi, belajar bersama dan saling berbagi yang bertujuan untuk membangun kesadaran dan komitmen bersama mempelajari PMM demi pelaksanaan IKM yang lebih baik.

Kepala Sekolah membuat SK Mentor untuk memperkuat peran guru yang usianya masih muda untuk melakukan mentoring kepada guru yang sudah senior dan mentor yang sudah ditunjuk diberi kewajiban untuk mempelajari topik yang menjadi tanggung jawabnya sampai tuntas dan mempersiapkan hasil belajarnya untuk sharing ilmu.

Guru-guru dibagi menjadi dua kelas, masing-masing 13 orang guru. Kelas A belajar topik 1-6 dan kelas B belajar topik 7-11. Setelah belajar bersama mentornya, guru-guru belajar bersama (learning together) di MGMPS masing-masing terkait materi, tugas, dan penyelesaian masing-masing topik. 

Dalam hal ini, kepala sekolah melakukan observasi keterlaksanaan kegiatan di setiap MGMPS dan memberikan bantuan dan mencari solusi jika ada kesulitan. 

Langkah berikutnya dilakukan refleksi, evaluasi, dan tindak lanjut untuk menginventarisir kesulitan dan kegagalan guru dalam posttest dan unggah aksi nyata. MGMPS didampingi mentor kemudian menyelesaikan masalah dan menindaklanjutinya pada bulan berikutnya. 

Hasil dari penerapan Strategi Mento Leto, kata Nining, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan senang, karena guru memahami kurikulum merdeka, dapat melaksanakan pembelajaran berdeferensiasi yang berpihak pada murid dan assesmen awal yang dilakukan guru dapat memberikan fasilitas belajar untuk murid sesuai kebutuhan mereka. 

"Ada perubahan mencolok juga nampak pada relasi antarguru lintas umur dan senioritas yang menjadi lebih dinamis. Dari sisi proses belajar di kelas, guru menjadi lebih terampil mengembangkan pembelajaran yang membantu peserta didik membangun pemahamannya," tutup Nining.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024