Semarang (ANTARA) - Perum Jasa Tirta I menggelar sosialisasi pemanfaatan eceng gondok yang banyak terdapat di Rawa Pening, Kabupaten Semarang, menjadi biogas, pupuk kompos, pupuk organik, pakan ternak, briket, dan kerajinan tangan.
Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I Milfan Rantawi melalui keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Rabu, mengatakan bahwa dengan pengelolaan yang tepat maka eceng gondok dapat berubah menjadi benda yang bernilai jual ekonomis serta bermanfaat.
“Untuk itu, Perum Jasa Tirta I sebagai BUMN pengelola sumber daya air melihat eceng gondok yang kerap dianggap sebagai sampah atau masalah, ternyata bisa membawa berkah,” katanya.
Dirinya menyebut Rawa Pening memiliki keunikan sekaligus persoalan yang kompleks sehingga banyak penelitian yang dilakukan dan kebijakan yang diterapkan untuk menangani permasalahan di danau alami tersebut seperti program pengangkutan atau pemanenan eceng gondok, pelarangan alat tangkap, pengerukan danau, konsep co-management hingga proyek pembuatan master plan Rawa Pening yang menelan biaya cukup besar.
Untuk memberi hasil yang signifikan, lanjut dia, maka penanganan konservasi dan pengelolaan Rawa Pening harus dilakukan secara terpadu.
“Perum Jasa Tirta I tidak bisa bekerja sendiri, harus sinergi bersama masyarakat, pemerintah dan stakeholder terkait. Jadi perlu dukungan seluruh pihak agar keberlangsungan Rawa Pening dapat terjaga," ujarnya.
Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran serta menjadi hulu bagi Sungai Tuntang yang merupakan tempat bermuaranya 14 sungai yang membawa sedimentasi.
Adanya tanaman eceng gondok tumbuh tanpa kendali mengakibatkan pendangkalan sehingga volume Rawa Pening berkurang yang juga berdampak pada pasokan air ke PLTA Jelok yang mengambil air melalui Bendung Jelok.
Pertumbuhan eceng gondok di Rawa Pening menyebabkan penurunan kualitas air dan penyusutan luas permukaan air sebesar 30 persen.
Dampak negatif lain adanya eceng gondok adalah berpotensi meningkatkan evapotranspirasi dan menurunnya jumlah kelarutan oksigen dalam air.
“Bahkan, eceng gondok juga mempercepat proses pendangkalan, mengganggu lalu lintas air, menurunkan nilai estetika, dan meningkatkan vektor penyakit,” ujarnya.
Kegiatan sosialisasi yang dikerjasamakan bersama PT PLN Indonesia Power itu dihadiri Kepala Sub Divisi Jasa ASA IV/1 PJT I Arief Setiawan dan Asisten Manajer PLTA Jelok sebagai perwakilan dari PT. PLN IP.
Selain itu, tamu undangan yang juga hadir dari Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, jajaran Muspika, perwakilan masyarakat dan nelayan Rawa Pening, serta kalangan akademisi dari Fakultas Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.
Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I Milfan Rantawi melalui keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Rabu, mengatakan bahwa dengan pengelolaan yang tepat maka eceng gondok dapat berubah menjadi benda yang bernilai jual ekonomis serta bermanfaat.
“Untuk itu, Perum Jasa Tirta I sebagai BUMN pengelola sumber daya air melihat eceng gondok yang kerap dianggap sebagai sampah atau masalah, ternyata bisa membawa berkah,” katanya.
Dirinya menyebut Rawa Pening memiliki keunikan sekaligus persoalan yang kompleks sehingga banyak penelitian yang dilakukan dan kebijakan yang diterapkan untuk menangani permasalahan di danau alami tersebut seperti program pengangkutan atau pemanenan eceng gondok, pelarangan alat tangkap, pengerukan danau, konsep co-management hingga proyek pembuatan master plan Rawa Pening yang menelan biaya cukup besar.
Untuk memberi hasil yang signifikan, lanjut dia, maka penanganan konservasi dan pengelolaan Rawa Pening harus dilakukan secara terpadu.
“Perum Jasa Tirta I tidak bisa bekerja sendiri, harus sinergi bersama masyarakat, pemerintah dan stakeholder terkait. Jadi perlu dukungan seluruh pihak agar keberlangsungan Rawa Pening dapat terjaga," ujarnya.
Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran serta menjadi hulu bagi Sungai Tuntang yang merupakan tempat bermuaranya 14 sungai yang membawa sedimentasi.
Adanya tanaman eceng gondok tumbuh tanpa kendali mengakibatkan pendangkalan sehingga volume Rawa Pening berkurang yang juga berdampak pada pasokan air ke PLTA Jelok yang mengambil air melalui Bendung Jelok.
Pertumbuhan eceng gondok di Rawa Pening menyebabkan penurunan kualitas air dan penyusutan luas permukaan air sebesar 30 persen.
Dampak negatif lain adanya eceng gondok adalah berpotensi meningkatkan evapotranspirasi dan menurunnya jumlah kelarutan oksigen dalam air.
“Bahkan, eceng gondok juga mempercepat proses pendangkalan, mengganggu lalu lintas air, menurunkan nilai estetika, dan meningkatkan vektor penyakit,” ujarnya.
Kegiatan sosialisasi yang dikerjasamakan bersama PT PLN Indonesia Power itu dihadiri Kepala Sub Divisi Jasa ASA IV/1 PJT I Arief Setiawan dan Asisten Manajer PLTA Jelok sebagai perwakilan dari PT. PLN IP.
Selain itu, tamu undangan yang juga hadir dari Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, jajaran Muspika, perwakilan masyarakat dan nelayan Rawa Pening, serta kalangan akademisi dari Fakultas Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.