Semarang (ANTARA) - Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) terus bergulir di berbagai daerah termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan sasaran 437 desa.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Masmin Afif mengatakan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sangat concern dalam penguatan keluarga maslahat pasalnya, keluarga merupakan pondasi penting dan elemen utama pembangunan masyarakat dan bangsa.
"Untuk membangun keluarga, diperlukan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Hal itu tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah namun perlu bekerja sama dengan berbagai stakeholder di masyarakat," kata Masmim Afif di Yogyakarta, Selasa (21/11).
GKMNU di DI Yogyakarta sudah berlangsung sejak 11 Oktober 2023 dan dalam pelaksanaannya, Kanwil Kemenag Yogyakarta menjalin kerja sama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ada tiga program yang dijalankan yaitu, Bimbingan Perkawinan, Berkah Keluarga, dan Bimbingan Keluarga Maslahat. Bimbingan Perkawinan diberikan kepada para calon pengantin dengan tiga materi utama yaitu pertama, menyiapkan keluarga sakinah.
Calon pengantin antara lain diedukasi tentang tujuan pernikahan, baik secara fisik maupun nonfisik. Tujuan yang tidak semata terkait kenikmatan seksual, tapi juga berkenaan dengan ketenangan jiwa suami istri yang hanya bisa diperoleh jika keduanya membangun relasi atas dasar keluarga.
"Para calon pengantin juga diajak berdiskusi tentang lima pilar pernikahan yaitu, mitsaqan ghalidha (sebagai pasangan yang kokoh), zawaj (berpasangan), mu’asyarah bil maruf (memperlakukan pasangan secara bermartabat), musyawarah (apa pun yang terjadi harus dilaksanakan secara bermusyawarah dengan pasangan), dan taradhin (saling ridha)," jelas Masmim.
Kedua, psikologi keluarga. Para calon pengantin diajarkan tentang pentingnya tiga komponen dalam berumah tangga yaitu: komitmen, kedekatan emosi, dan juga gairah.
Untuk menjaga kedekatan emosi, calon pengantin diminta untuk saling menjaga keterbukaan, saling memahami, tidak terjebak pada sikap menuntut, serta adanya prinsip tabadul atau ketersalingan.
Calon pengantin juga diberi penjelasan tentang sejumlah sikap yang dapat menghancurkan hubungan, antara lain sikap suka menyalahkan, membenci dan merendahkan, membela diri dan mencari alasan, serta mendiamkan dan abai
Ketiga, kesehatan reproduksi. Hal yang tidak kalah penting dalam proses bimbingan perkawinan adalah diskusi tentang kesehatan reproduksi. Para calon pengantin diajak berbagi pengetahuan tentang kesehatan fisik, mental, dan juga kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terhindar dari penyakit.
"Pada sesi ini, calon pengantin belajar tentang keluarga berencana, termasuk juga beragam jenis alat KB. Gerakan Keluarga Maslahat, lanjut Masmim, akan dilakukan secara sistematis, komprehensif dan berkelanjutan," kata Masmin.
Masmin berharap program tersebut dapat berkontribusi optimal dalam membentuk keluarga bahagia, sakinah, mawaddah, warahmah.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Masmin Afif mengatakan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sangat concern dalam penguatan keluarga maslahat pasalnya, keluarga merupakan pondasi penting dan elemen utama pembangunan masyarakat dan bangsa.
"Untuk membangun keluarga, diperlukan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Hal itu tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah namun perlu bekerja sama dengan berbagai stakeholder di masyarakat," kata Masmim Afif di Yogyakarta, Selasa (21/11).
GKMNU di DI Yogyakarta sudah berlangsung sejak 11 Oktober 2023 dan dalam pelaksanaannya, Kanwil Kemenag Yogyakarta menjalin kerja sama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ada tiga program yang dijalankan yaitu, Bimbingan Perkawinan, Berkah Keluarga, dan Bimbingan Keluarga Maslahat. Bimbingan Perkawinan diberikan kepada para calon pengantin dengan tiga materi utama yaitu pertama, menyiapkan keluarga sakinah.
Calon pengantin antara lain diedukasi tentang tujuan pernikahan, baik secara fisik maupun nonfisik. Tujuan yang tidak semata terkait kenikmatan seksual, tapi juga berkenaan dengan ketenangan jiwa suami istri yang hanya bisa diperoleh jika keduanya membangun relasi atas dasar keluarga.
"Para calon pengantin juga diajak berdiskusi tentang lima pilar pernikahan yaitu, mitsaqan ghalidha (sebagai pasangan yang kokoh), zawaj (berpasangan), mu’asyarah bil maruf (memperlakukan pasangan secara bermartabat), musyawarah (apa pun yang terjadi harus dilaksanakan secara bermusyawarah dengan pasangan), dan taradhin (saling ridha)," jelas Masmim.
Kedua, psikologi keluarga. Para calon pengantin diajarkan tentang pentingnya tiga komponen dalam berumah tangga yaitu: komitmen, kedekatan emosi, dan juga gairah.
Untuk menjaga kedekatan emosi, calon pengantin diminta untuk saling menjaga keterbukaan, saling memahami, tidak terjebak pada sikap menuntut, serta adanya prinsip tabadul atau ketersalingan.
Calon pengantin juga diberi penjelasan tentang sejumlah sikap yang dapat menghancurkan hubungan, antara lain sikap suka menyalahkan, membenci dan merendahkan, membela diri dan mencari alasan, serta mendiamkan dan abai
Ketiga, kesehatan reproduksi. Hal yang tidak kalah penting dalam proses bimbingan perkawinan adalah diskusi tentang kesehatan reproduksi. Para calon pengantin diajak berbagi pengetahuan tentang kesehatan fisik, mental, dan juga kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terhindar dari penyakit.
"Pada sesi ini, calon pengantin belajar tentang keluarga berencana, termasuk juga beragam jenis alat KB. Gerakan Keluarga Maslahat, lanjut Masmim, akan dilakukan secara sistematis, komprehensif dan berkelanjutan," kata Masmin.
Masmin berharap program tersebut dapat berkontribusi optimal dalam membentuk keluarga bahagia, sakinah, mawaddah, warahmah.