Magelang (ANTARA) - SMA Negeri 2 Kota Magelang, Jawa Tengah, mendeklarasikan "Sekolah Ramah Anak Tanpa Bullying" sebagai wujud komitmen untuk mencegah terjadinya perundungan atau kekerasan di lingkungan sekolah.
Kepala SMAN 2 Kota Magelang Joko Tri Haryanto di Magelang, Senin, menjelaskan sekolah adalah rumah kedua siswa maka sekolah harus mampu memberikan keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan sehingga siswa di sekolah senang tanpa tekanan apa pun.
Deklarasi diikuti oleh seluruh siswa dan civitas sekolah tersebut.
"Ini komitmen kami untuk melakukan itu, yakni memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi warga sekolah maupun di luar sekolah," katanya.
Joko menegaskan SMAN 2 Sekolah ramah anak bukan sekadar slogan, tetapi akan berkelanjutan mengingat belakangan ini marak terjadi 'bullying' atau kekerasan di lingkungan satuan pendidikan di berbagai daerah.
"Harapannya di SMAN 2 tidak akan ada itu semua (kekerasan). Anak-anak saling gandeng tangan, anak-anak menganggap semua adalah saudara sehingga tidak ada lagi perundungan, baik yang dilakukan guru terhadap siswa, siswa terhadap guru, maupun sesama siswa," katanya.
Pada waktu yang sama, SMAN 2 Kota Magelang juga menerima bantuan fasilitas air siap minum dari PDAM Kota Magelang. Fasilitas tersebut memperkuat SMAN 2 sebagai sekolah sehat dan memberi manfaat bagi kesehatan civitas sekolah.
"Sekolah kami ditunjuk pemerintah sebagai sekolah sehat sehingga kehadiran air minum langsung ini sangat bermanfaat bagi warga sekolah. Ada 859 siswa yang akan memanfaatkannya," katanya.
Kehadiran fasilitas air minum tersebut berdampak positif terhadap lingkungan karena akan mengurangi sampah plastik yang biasa dipakai siswa dan warga sekolah, katanya.
Wali Kota Magelang M. Nur Aziz saat menghadiri kegiatan deklarasi memberikan apresiasi dan dukungan SMAN 2 Kota Magelang sebagai salah satu satuan pendidikan tanpa kekerasan.
"Saya sangat setuju, SMAN 2 menjadi sekolah sehat tanpa 'bullying', tanpa kekerasan, dan narkoba," katanya.
Dia berpesan kepada seluruh siswa untuk bisa menjaga diri karena zaman sekarang sangat bebas, media sosial, dan sebagainya. Menurut Aziz, kekerasan antara siswa/guru bisa diatasi dengan pemahaman terhadap agama masing-masing.
Kepala SMAN 2 Kota Magelang Joko Tri Haryanto di Magelang, Senin, menjelaskan sekolah adalah rumah kedua siswa maka sekolah harus mampu memberikan keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan sehingga siswa di sekolah senang tanpa tekanan apa pun.
Deklarasi diikuti oleh seluruh siswa dan civitas sekolah tersebut.
"Ini komitmen kami untuk melakukan itu, yakni memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi warga sekolah maupun di luar sekolah," katanya.
Joko menegaskan SMAN 2 Sekolah ramah anak bukan sekadar slogan, tetapi akan berkelanjutan mengingat belakangan ini marak terjadi 'bullying' atau kekerasan di lingkungan satuan pendidikan di berbagai daerah.
"Harapannya di SMAN 2 tidak akan ada itu semua (kekerasan). Anak-anak saling gandeng tangan, anak-anak menganggap semua adalah saudara sehingga tidak ada lagi perundungan, baik yang dilakukan guru terhadap siswa, siswa terhadap guru, maupun sesama siswa," katanya.
Pada waktu yang sama, SMAN 2 Kota Magelang juga menerima bantuan fasilitas air siap minum dari PDAM Kota Magelang. Fasilitas tersebut memperkuat SMAN 2 sebagai sekolah sehat dan memberi manfaat bagi kesehatan civitas sekolah.
"Sekolah kami ditunjuk pemerintah sebagai sekolah sehat sehingga kehadiran air minum langsung ini sangat bermanfaat bagi warga sekolah. Ada 859 siswa yang akan memanfaatkannya," katanya.
Kehadiran fasilitas air minum tersebut berdampak positif terhadap lingkungan karena akan mengurangi sampah plastik yang biasa dipakai siswa dan warga sekolah, katanya.
Wali Kota Magelang M. Nur Aziz saat menghadiri kegiatan deklarasi memberikan apresiasi dan dukungan SMAN 2 Kota Magelang sebagai salah satu satuan pendidikan tanpa kekerasan.
"Saya sangat setuju, SMAN 2 menjadi sekolah sehat tanpa 'bullying', tanpa kekerasan, dan narkoba," katanya.
Dia berpesan kepada seluruh siswa untuk bisa menjaga diri karena zaman sekarang sangat bebas, media sosial, dan sebagainya. Menurut Aziz, kekerasan antara siswa/guru bisa diatasi dengan pemahaman terhadap agama masing-masing.