Semarang (ANTARA) - BKKBN Provinsi Jawa Tengah terus menggenjot penurunan stunting salah satunya melalui peran aktif tim penggerak (TP) PKK yang memiliki kader sampai tingkat Dasa Wisma.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih pada acara executive meeting kesatuan gerak PKK Bangga Kencana Tingkat Provinsi Jateng di Semarang, Selasa (24/10) mengatakan pihaknya terus mengoptimalkan pelibatan peran TP PKK dalam program percepatan penurunan stunting di Jateng.
"TP PKK memiliki peran strategis dalam tim percepatan penurunan stunting di semua tingkatan serta menjadi salah satu unsur penting dalam tim pendamping keluarga," katanya.
Bersama bidan dan kader KB, lanjut Eka, kader PKK memiliki tugas melaksanakan pendampingan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan, fasilitasi layanan rujukan, fasilitasi bantuan sosial, dan pengawasan untuk mendeteksi dini faktor risiko stunting.
Penjabat (Pj) Ketua TP-PKK Jateng Shinta Nana Sudjana menyebutkan PKK memiliki kekuatan sampai dengan tingkat Dasa Wisma dimana dari data terakhir ada 505.349 Dasa Wisma dengan jumlah kader 1.325.651 orang kader umum dan 658.657 orang kader khusus yang menjadi kekuatan bagi PKK dalam membantu penurunan stunting.
"Agar semakin optimal dan berhasil menurunkan stunting menjadi 14 persen di tahun 2024, maka saya nyuwun titip kepada Ketua TP PKK Kabupaten/Kota agar dapat menggerakkan dan mengoptimalkan peran Kader PKK di Dasa Wisma dalam penurunan stunting," katanya.
Shinta menyebutkan sejumlah upaya yang telah gencar dilakukan yakni pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin; mendata keluarga yang sedang hamil, memiliki balita, dan sudah ber-KB apa belum.
"Harapannya keluarga yang belum ber-KB bisa diedukasi menggunakan kontrasepsi dalam upaya perencanaan keluarga sehat dan menurunkan Unmetneed atau keluarga yang tidak ingin anak lagi atau ingin anak ditunda tetapi belum ber-KB karena ini rawan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan yang menjadi penyebab tingginya kasus stunting," katanya.
Sementara bagi ibu hamil diedukasi untuk pemilihan KB pasca-persalinannya yang bertujuan selain mengatur jarak kehamilan berikutnya juga dalam upaya mengoptimalkan 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak yang di kandungannya.
"Kader PKK juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemantauan balita agar dapat ditemukan sedini mungkin apabila ada keterlambatan pertumbuhan maupun perkembangan anak. Salah satu penyebab stunting adalah pola asuh yang salah, sehingga pendidikan tentang pola asuh menjadi hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat melalui wadah BKB atau Bina Keluarga Balita," tutupnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih pada acara executive meeting kesatuan gerak PKK Bangga Kencana Tingkat Provinsi Jateng di Semarang, Selasa (24/10) mengatakan pihaknya terus mengoptimalkan pelibatan peran TP PKK dalam program percepatan penurunan stunting di Jateng.
"TP PKK memiliki peran strategis dalam tim percepatan penurunan stunting di semua tingkatan serta menjadi salah satu unsur penting dalam tim pendamping keluarga," katanya.
Bersama bidan dan kader KB, lanjut Eka, kader PKK memiliki tugas melaksanakan pendampingan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan, fasilitasi layanan rujukan, fasilitasi bantuan sosial, dan pengawasan untuk mendeteksi dini faktor risiko stunting.
Penjabat (Pj) Ketua TP-PKK Jateng Shinta Nana Sudjana menyebutkan PKK memiliki kekuatan sampai dengan tingkat Dasa Wisma dimana dari data terakhir ada 505.349 Dasa Wisma dengan jumlah kader 1.325.651 orang kader umum dan 658.657 orang kader khusus yang menjadi kekuatan bagi PKK dalam membantu penurunan stunting.
"Agar semakin optimal dan berhasil menurunkan stunting menjadi 14 persen di tahun 2024, maka saya nyuwun titip kepada Ketua TP PKK Kabupaten/Kota agar dapat menggerakkan dan mengoptimalkan peran Kader PKK di Dasa Wisma dalam penurunan stunting," katanya.
Shinta menyebutkan sejumlah upaya yang telah gencar dilakukan yakni pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin; mendata keluarga yang sedang hamil, memiliki balita, dan sudah ber-KB apa belum.
"Harapannya keluarga yang belum ber-KB bisa diedukasi menggunakan kontrasepsi dalam upaya perencanaan keluarga sehat dan menurunkan Unmetneed atau keluarga yang tidak ingin anak lagi atau ingin anak ditunda tetapi belum ber-KB karena ini rawan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan yang menjadi penyebab tingginya kasus stunting," katanya.
Sementara bagi ibu hamil diedukasi untuk pemilihan KB pasca-persalinannya yang bertujuan selain mengatur jarak kehamilan berikutnya juga dalam upaya mengoptimalkan 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak yang di kandungannya.
"Kader PKK juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemantauan balita agar dapat ditemukan sedini mungkin apabila ada keterlambatan pertumbuhan maupun perkembangan anak. Salah satu penyebab stunting adalah pola asuh yang salah, sehingga pendidikan tentang pola asuh menjadi hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat melalui wadah BKB atau Bina Keluarga Balita," tutupnya.