Banyumas (ANTARA) - Tim Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto mengembangkan budi daya lebah madu klanceng guna mendukung pemberdayaan perempuan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat Desa Langgongsari, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Saat panen perdana madu klanceng di Desa Langgongsari, Banyumas, Selasa, Ketua Tim Peneliti Prof Imam Widhiono mengatakan kegiatan yang terselenggara atas kerja sama Fakultas Biologi Unsoed dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) tersebut diarahkan untuk pemberdayaan perempuan.
"Kami bekerja sama dengan PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) karena mereka yang punya warga binaan, anggota Mekaar," jelasnya.
Setelah pihaknya berembuk, kata dia, diketahui bahwa PNM Mekaar mempunyai kelompok binaan dan akhirnya disepakati untuk membentuk klaster budi daya lebah yang ditindaklanjuti dengan pemilihan lokasi.
Akan tetapi, lanjut dia, pihaknya hanya bersedia melakukan pengembangan budi daya lebah klanceng itu asalkan lokasinya mendukung.
"Sebenarnya ada dua desa, Langgongsari dan Pageraji. Di Pageraji itu untuk lebah klanceng jenis Tetragonula laeviceps, sedangkan di Langgongsari itu Tetragonula biroi," jelasnya.
Menurut dia, dua jenis lebah klanceng itu dipilih dengan pertimbangan serangga tersebut tidak bersengat (stingless bee honey) mengingat kegiatan yang dilakukan di Langgongsari dan Pageraji dalam rangka pemberdayaan perempuan.
Ketua Paguyuban Lebah Klanceng Desa Langgongsari Siti Yuliana menunjukkan kotak koloni lebah klanceng yang digantung di teras samping rumahnya, Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Selasa (29/8/2023). ANTARA/Sumarwoto
Lebih lanjut, Prof Imam mengatakan budi daya lebah klanceng tersebut dimulai sejak bulan April 2023 dengan memberikan pelatihan, pendampingan, memperbanyak tanaman, dan sebagainya.
"Ketika mahir, kita masukkan (lebah) biroi. Biroi ini masuk sekitar bulan Juli," katanya.
Ia mengakui jika sebenarnya masa panen madu klanceng ditargetkan sekitar bulan September atau tiga bulan setelah biori masuk. Akan tetapi dari hasil pemantauan yang dilakukan setiap minggu, ternyata sudah bisa dipanen pada akhir Agustus.
"Harapan kami, ibu-ibu itu bisa memproduksi. Biar efektif, mungkin nanti lima koloni untuk lima orang ibu-ibu di grumbul yang sama," jelasnya.
Dengan demikian, kata dia, madu klanceng yang dihasilkan itu nantinya bisa dijual dan menghasilkan uang sebagai pendapatan. Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan membantu mengelola penjualan madu klanceng tersebut, mulai dari pengemasan dan seterusnya.
"Kalau ibu-ibu bisa jual sendiri, silakan. Kalau tidak bisa maka kewajiban kami, Fakultas Biologi, untuk memasarkan dan PNM ikut memasarkan juga," katanya.
Terkait madu yang dihasilkan, dia memprediksi satu koloni lebah klanceng dapat menghasilkan sekitar 150 mililiter yang bisa dijual dengan harga Rp150.000. Dengan demikian jika membudidayakan 10 koloni, ibu-ibu rumah tangga itu bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp1.500.000 per bulan.
"Itu target utamanya itu. Kami juga melatih mereka agar bisa membelah koloni dari satu menjadi dua dan seterusnya untuk dikembangkan oleh warga yang belum membudidayakannya," jelas Imam.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga berkewajiban untuk terus melakukan penelitian terkait dengan cara memisahkan koloni yang efektif dan sebagainya. Menurut dia, hasil-hasil penelitian tersebut nantinya akan dibawa ke masyarakat untuk diterapkan dalam budi daya lebah klanceng.
Prof Imam mengatakan setelah berhasil panen dan berproduksi, selanjutnya Andy F Noya selaku founder Yayasan Benihbaik.com juga akan membantu dalam upaya meningkatkan jumlah koloni yang dibudidayakan.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Lebah Klanceng Desa Langgongsari Siti Yuliana mengatakan budi daya lebah klanceng tersebut sangat mudah.
"Kita hanya menyediakan bunga, mencari bibit-bibit bunga. Enggak ribet sih," tegasnya.
Bahkan, kata dia, kotak koloni lebah klanceng tersebut cukup digantungkan di teras rumah dan setiap sore dikontrol untuk mengetahui keberadaan lebah yang dibudidayakan.
Ia mengharapkan budi daya lebah klanceng tersebut dapat membantu perekonomian keluarganya maupun keluarga para anggota paguyuban yang berjumlah 10 orang.
Sementara itu, Kepala Desa Langgongsari Muhammad Zaenurokhman mengaku bersyukur dengan adanya kegiatan budi daya lebah klanceng yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga, khususnya pemberdayaan perempuan.
"Sebelum ada program ini, sebenarnya sudah ada yang membudidayakannya, tapi klanceng biasa. Kebetulan ada Kelompok Mekaar, kemudian ada pelatihan dari PNM, alhamdulillah bukan hanya yang menjadi nasabah, yang bukan nasabah pun ikut dilatih," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, pelatihan budi daya lebah klanceng biroi yang diselenggarakan PNM bersama Unsoed diikuti sekitar 50 nasabah PNM Mekaar dan 50 orang non-nasabah.
Menurut dia, madu yang dihasilkan lebah klanceng biasa sebenarnya bagus namun tidak sebagus biroi.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed olah limbah kulit durian jadi tablet kumur
Saat panen perdana madu klanceng di Desa Langgongsari, Banyumas, Selasa, Ketua Tim Peneliti Prof Imam Widhiono mengatakan kegiatan yang terselenggara atas kerja sama Fakultas Biologi Unsoed dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) tersebut diarahkan untuk pemberdayaan perempuan.
"Kami bekerja sama dengan PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) karena mereka yang punya warga binaan, anggota Mekaar," jelasnya.
Setelah pihaknya berembuk, kata dia, diketahui bahwa PNM Mekaar mempunyai kelompok binaan dan akhirnya disepakati untuk membentuk klaster budi daya lebah yang ditindaklanjuti dengan pemilihan lokasi.
Akan tetapi, lanjut dia, pihaknya hanya bersedia melakukan pengembangan budi daya lebah klanceng itu asalkan lokasinya mendukung.
"Sebenarnya ada dua desa, Langgongsari dan Pageraji. Di Pageraji itu untuk lebah klanceng jenis Tetragonula laeviceps, sedangkan di Langgongsari itu Tetragonula biroi," jelasnya.
Menurut dia, dua jenis lebah klanceng itu dipilih dengan pertimbangan serangga tersebut tidak bersengat (stingless bee honey) mengingat kegiatan yang dilakukan di Langgongsari dan Pageraji dalam rangka pemberdayaan perempuan.
Lebih lanjut, Prof Imam mengatakan budi daya lebah klanceng tersebut dimulai sejak bulan April 2023 dengan memberikan pelatihan, pendampingan, memperbanyak tanaman, dan sebagainya.
"Ketika mahir, kita masukkan (lebah) biroi. Biroi ini masuk sekitar bulan Juli," katanya.
Ia mengakui jika sebenarnya masa panen madu klanceng ditargetkan sekitar bulan September atau tiga bulan setelah biori masuk. Akan tetapi dari hasil pemantauan yang dilakukan setiap minggu, ternyata sudah bisa dipanen pada akhir Agustus.
"Harapan kami, ibu-ibu itu bisa memproduksi. Biar efektif, mungkin nanti lima koloni untuk lima orang ibu-ibu di grumbul yang sama," jelasnya.
Dengan demikian, kata dia, madu klanceng yang dihasilkan itu nantinya bisa dijual dan menghasilkan uang sebagai pendapatan. Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan membantu mengelola penjualan madu klanceng tersebut, mulai dari pengemasan dan seterusnya.
"Kalau ibu-ibu bisa jual sendiri, silakan. Kalau tidak bisa maka kewajiban kami, Fakultas Biologi, untuk memasarkan dan PNM ikut memasarkan juga," katanya.
Terkait madu yang dihasilkan, dia memprediksi satu koloni lebah klanceng dapat menghasilkan sekitar 150 mililiter yang bisa dijual dengan harga Rp150.000. Dengan demikian jika membudidayakan 10 koloni, ibu-ibu rumah tangga itu bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp1.500.000 per bulan.
"Itu target utamanya itu. Kami juga melatih mereka agar bisa membelah koloni dari satu menjadi dua dan seterusnya untuk dikembangkan oleh warga yang belum membudidayakannya," jelas Imam.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga berkewajiban untuk terus melakukan penelitian terkait dengan cara memisahkan koloni yang efektif dan sebagainya. Menurut dia, hasil-hasil penelitian tersebut nantinya akan dibawa ke masyarakat untuk diterapkan dalam budi daya lebah klanceng.
Prof Imam mengatakan setelah berhasil panen dan berproduksi, selanjutnya Andy F Noya selaku founder Yayasan Benihbaik.com juga akan membantu dalam upaya meningkatkan jumlah koloni yang dibudidayakan.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Lebah Klanceng Desa Langgongsari Siti Yuliana mengatakan budi daya lebah klanceng tersebut sangat mudah.
"Kita hanya menyediakan bunga, mencari bibit-bibit bunga. Enggak ribet sih," tegasnya.
Bahkan, kata dia, kotak koloni lebah klanceng tersebut cukup digantungkan di teras rumah dan setiap sore dikontrol untuk mengetahui keberadaan lebah yang dibudidayakan.
Ia mengharapkan budi daya lebah klanceng tersebut dapat membantu perekonomian keluarganya maupun keluarga para anggota paguyuban yang berjumlah 10 orang.
Sementara itu, Kepala Desa Langgongsari Muhammad Zaenurokhman mengaku bersyukur dengan adanya kegiatan budi daya lebah klanceng yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga, khususnya pemberdayaan perempuan.
"Sebelum ada program ini, sebenarnya sudah ada yang membudidayakannya, tapi klanceng biasa. Kebetulan ada Kelompok Mekaar, kemudian ada pelatihan dari PNM, alhamdulillah bukan hanya yang menjadi nasabah, yang bukan nasabah pun ikut dilatih," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, pelatihan budi daya lebah klanceng biroi yang diselenggarakan PNM bersama Unsoed diikuti sekitar 50 nasabah PNM Mekaar dan 50 orang non-nasabah.
Menurut dia, madu yang dihasilkan lebah klanceng biasa sebenarnya bagus namun tidak sebagus biroi.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed olah limbah kulit durian jadi tablet kumur