Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menekankan pentingnya penanaman secara baik nilai-nilai toleransi dalam lingkungan pendidikan sekolah di daerah tersebut.

"Di sekolah pemerintah sebenarnya sudah menerapkan ini, menaungi semua pemeluk agama. Toleransi harus diterapkan betul di lingkungan sekolah, jangan sampai muncul kembali kesan intoleransi di sekolah, seperti Tahun 2022 pada saat PPDB yang sebetulnya kesan itu tidak benar adanya," katanya dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Senin.

Ia mengatakan hal itu ketika berkunjung ke Sekolah Bhakti Tunas Harapan Kota Magelang untuk memberikan ceramah kebangsaan tentang toleransi kepada para siswa dan guru sekolah itu, serta melihat secara langsung kegiatan belajar mengajar di sekolah nasional tiga bahasa itu.

Sekolah Bhakti Tunas Harapan (SBHT) di Jalan Jenderal Sudirman 68A Kota Magelang, dikenal sebagai sekolah tiga bahasa karena proses belajar mengajar menggunakan tiga bahasa pengantar, yakni Indonesia, Inggris, dan Mandarin, dengan para murid berasal dari berbagai latar belakang, seperti suku, agama, dan etnik. 

Ia mengapresiasi sekolah itu karena menanamkan nilai-nilai toleransi antarsesama, tanpa memandang suku, agama, dan golongan tertentu.

Dia mengaku ingin memberi contoh kepada sekolah lain, terutama sekolah negeri, agar betul-betul menerapkan moderasi beragama secara baik. 

Di SBTH, katanya, semua pemeluk agama mendapat perlindungan dan pendidikan yang sama.

Menurut dia, toleransi memang harus ditegakkan untuk membangun Bangsa Indonesia. Toleransi sudah tumbuh sejak masa Kerajaan Majapahit.

"Toleransi tidak hanya masalah agama, tapi dalam kehidupan sehari-hari harus toleransi. Tidak sempit. Saling menghormati, tidak ada merasa bahwa diri kita lebih baik dan hebat," katanya.

Dia menyebutkan salah satu program Pemerintah Kota Magelang, yakni Program Magelang Agamis (Progamis), yang terus dilakukan secara intensif untuk meningkatkan Indeks Kota Toleran (IKT) Kota Magelang secara nasional.

"Kita ingin mencapai Progamis, salah satunya dengan menguatkan toleransi antarsesama dan antarumat beragama. Wujud toleransi itu berupa Kampung Religi yang isinya bukan hanya urusan agama semata, tapi juga sosial dan budaya antarsesama manusia," ujarnya.

Kepala SBTH Kota Magelang Gerardus Edi Prasetyo menjelaskan pihak sekolah memberikan fasilitas bagi semua agama yang dianut siswa, guru, dan civitas akademika, antara lain fasilitas pendidikan dan beribadah.

Bahkan, katanya, setiap perayaan hari besar keagamaan semua civitas akademika turut merayakan dengan tujuan setiap siswa memahami dan menghormati agama yang dianut oleh siswa lainnya.

"Setiap agama difasilitasi. Kalau Ramadhan kami ada kegiatan bagi-bagi takjil dan halalbihalal, lalu Natal, Waisak, Tahun Baru Imlek, dan lainnya. Selain itu, kami juga ajarkan sejarah kebudayaan misalnya dengan wayang potehi, sejarah kue bulan, dan sebagainya," katanya.

Ketua Satuan Tugas IKT Kota Magelang Catur Adi Subagio mengatakan toleransi di daerah itu terjaga, yang dibuktikan di kawasan alun-alun setempat, berdiri tempat-tempat ibadah yang besar, yakni Masjid Agung Kauman, Kelenteng Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio, gereja Kristen dan gereja Katolik.

Fokus tugas Satgas IKT meningkatkan indeks penilaian Kota Magelang. Pada 2022, IKT Kota Magelang turun sehingga peringkatnya melorot dari sebelumnya posisi 6 Kota Toleran di Indonesia menjadi posisi 10 secara nasional.

"Kita sudah bekerja sesuai dengan tahapan-tahapan. Di awal kita sudah klarifikasi ke sejumlah pihak soal anggapan adanya unsur intoleransi pada PPDB tingkat SMP Tahun 2022 lalu dan hasilnya tidak ada indikasi itu,” katanya.

Ia mengoordinasikan banyak hal agar tidak muncul pernyataan yang membuat indeks toleransi Kota Magelang turun, termasuk berkoordinasi dengan wakil rakyat agar bersama-sama mewujudkan tujuan tersebut.

 

Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024