Solo (ANTARA) -
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berupaya mendukung pengembangan pariwisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah melalui pergelaran wayang pada Minggu (6/8).
 
Anggota peneliti dari ISI Surakarta Esha Karwinarno di Solo, Jumat mengatakan pertunjukan wayang kulit yang akan digelar di Pendapa Candi Sukuh, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar ini merupakan salah satu hasil dari Penelitian Terapan Kompetitif 2022-2023.
 
Tujuan penelitian yang berjudul Perancangan Wayang Garudeya Sebagai Pendukung Objek Wisata Candi Sukuh di Jawa Tengah dan Candi Kidal Serta Candi Kedaton di Jawa Timur ini untuk merancang pertunjukan wayang Garudeya sebagai pendukung objek wisata Candi Sukuh di Jawa Tengah dan Candi Kidal serta Candi Kedaton di Jawa Timur.
 
"Pertunjukan wayang Garudeya merupakan kreasi dan inovasi seni pewayangan dengan menafsirkan pahatan relief candi menjadi lakon wayang," katanya.
 
Menurut dia, kerja kreasi artistik ini memiliki urgensi bagi upaya revitalisasi, pelestarian, dan pengembangan kearifan lokal, khususnya wayang dan candi untuk mendukung pariwisata Indonesia.
 
"Metode kekaryaan seni dilakukan dengan penelitian artistik, memuat langkah-langkah eksplorasi, perancangan, kreasi inovasi, dan presentasi," katanya.
 
Ia mengatakan tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan eksplorasi untuk mengkaji data dan menemukan materi utama sebagai bahan penciptaan karya seni wayang. Selanjutnya, pada tahap kedua dilakukan perancangan konsep pertunjukan wayang Garudeya dengan aspek kebaharuan.
 
"Tahap ketiga melakukan kreasi seni pertunjukan wayang Garudeya yang berkualitas dan menarik masyarakat. Sedangkan tahap keempat adalah mempresentasikan hasil kreasi seni pertunjukan wayang Garudeya kepada masyarakat melalui live pertunjukan di destinasi candi maupun channel youtube," katanya.
 
Ia mengatakan untuk relief Garudeya dapat ditemukan pada dinding Candi Sukuh di Karanganyar, Jawa Tengah serta Candi Kidal di Malang dan Candi Kedaton di Probolinggo, Jawa Timur.
 
"Ketiga candi ini mengisahkan Garudeya dalam membebaskan ibunya bernama Winata dari perbudakan Kadru. Garudeya berjuang untuk mendapatkan tirta amerta sebagai sarana memerdekakan ibunya. Intinya, cerita Garudeya memuat ajaran mengenai bakti seorang anak terhadap orang tua," katanya.
 
Sementara itu, selain Esha beberapa anggota lain yang juga terlibat dalam penelitian tersebut yakni Sunardi, Sarwanto, dan I Nyoman Murtana.

Baca juga: Walubi bangga Candi Borobudur jadi pusat wisata religi

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024