Boyolali (ANTARA) - Ratusan warga lereng Gunung Merapi dan Merbabu melaksanakan kirab budaya Temu Tirta yang digelar pada hari kedua Sura atau 2 Muharam 1445 Hijriah di Desa Samiran Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (20/7) hingga Jumat dini hari.
Pada proses kirab budaya Temu Tirta yang digelar setiap tahun Sura tersebut dengan menyatukan air dari dua sumber mata air yakni Babon di lereng Gunung Merbabu dan Muncar di lereng Gunung Merapi untuk kemakmuran masyarakat Desa Samiran Selo dan sekitarnya dalam mengelola lahan pertanian di wilayahnya.
Selain itu, menurut keyakinan masyarakat lereng Gunung Merapi Merbabu dengan ritual kirab budaya Temu Tirta tersebut juga tanda bersyukur atas diberikan keselamatan dari bencana erupsi Gunung Merapi sehingga warga hidup aman dan tentram di lereng gunung.
Menurut Sukarjo Hadinagoro selaku tokoh masyarakat di Desa Samiran Selo Boyolali kegiatan ritual Kirab Temu Tirta tersebut yakni menyatukan air dari mata air Babon di lereng Merbabu dengan mata air Muncar di lereng Merapi. Menyatukan air dari dua mata air tersebut kepercayaan masyarakat setempat agar tidak terjadi kelangkaan air pada musim kekeringan saat ini, sehingga masyarakat kebutuhan air untuk sehari-hari tercukupi.
Kegiatan kirab Temu Tirta ini, sudah dilakukan turun-temurun setiap tahun pada hari kedua Sura dan terbukti warga Selo khususnya Desa Samiran hingga sekarang tidak kekurangan air.
Selain kirab Temu Tirta juga tanda syukur dengan gunungan nasi gunung (jagung) dan gunungan hasil bumi yang dikirab keliling kampung dengan jarak sejauh sekitar 2 kilometer.
"Di daerah Samiran ini, dulunya pesanggrahan Sinuwun Paku Buwono VI. Petilasannya masih ada namanya Bukit Ngedromarto. Yang dikirab selain air dari dua gunung, juga nasi Gunung (Jagung), gunungan tumpeng buah-buahan, palawija, dan sayuran," katanya.
Kegiatan ini, harapan masyarakat memohon keselamatan dari bencana jika Merapi terjadi erupsi atau mengeluarkan lahar panas warga di lereng gunung aman dan terlindungi dari bencana. Gunungan itu, setelah dikirab langsung dibagikan untuk masyarakat yang hadir.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Supana mengatakan pihaknya mengapresiasi dan mendukung kegiatan kirab Temu Tirta yang digelar setiap tahun oleh warga di Desa Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Kegiatan Temu Tirta ini, mengandung makna dan diyakini masyarakat Selo agar selalu makmur dalam mengelola pertanian karena harapannya dengan temu tirta atau menemukan air dari dua mata air di Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sehingga di daerah ini, tidak ada kekurangan air dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan kirab Temu Tirta sangat meriah karena diikuti oleh ratusan orang dari kelompok kesenian, prajurit Keraton Kasunanan Surakarta, Kesenian Turonggo seto, Anggok, Tari Topeng Ireng. Kirab dilakukan sejauh sekitar 2 kilometer dimulai dari Simpang Paku Buwono VI menuju ke Guo Raja dan kembali ke Simpang PB VI.
Disporabud Kabupaten Boyolali dengan kegiatan kirab Temu Tirto dan gunungan tumpeng tersebut sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah daerah untuk melestarikan sejarah dan nilai tradisi atau kearifan lokal di lereng Gunung Merapi dan Merbabu yang sangat luar biasa.
"Kami berharap kegiatan ini, selain untuk melestarikan kebudayaan juga akan dikenali oleh generasi penerus dan masyarakat luas untuk tetap ikut nguri-uri budaya lokal peninggalan leluhurnya itu. Bahkan, kegiatan ini, selain menarik pengunjung untuk hadir, juga dapat menggeliatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Selo," katanya.
Baca juga: Keraton Surakarta gelar kirab tujuh pusaka pada malam 1 Sura
Pada proses kirab budaya Temu Tirta yang digelar setiap tahun Sura tersebut dengan menyatukan air dari dua sumber mata air yakni Babon di lereng Gunung Merbabu dan Muncar di lereng Gunung Merapi untuk kemakmuran masyarakat Desa Samiran Selo dan sekitarnya dalam mengelola lahan pertanian di wilayahnya.
Selain itu, menurut keyakinan masyarakat lereng Gunung Merapi Merbabu dengan ritual kirab budaya Temu Tirta tersebut juga tanda bersyukur atas diberikan keselamatan dari bencana erupsi Gunung Merapi sehingga warga hidup aman dan tentram di lereng gunung.
Menurut Sukarjo Hadinagoro selaku tokoh masyarakat di Desa Samiran Selo Boyolali kegiatan ritual Kirab Temu Tirta tersebut yakni menyatukan air dari mata air Babon di lereng Merbabu dengan mata air Muncar di lereng Merapi. Menyatukan air dari dua mata air tersebut kepercayaan masyarakat setempat agar tidak terjadi kelangkaan air pada musim kekeringan saat ini, sehingga masyarakat kebutuhan air untuk sehari-hari tercukupi.
Kegiatan kirab Temu Tirta ini, sudah dilakukan turun-temurun setiap tahun pada hari kedua Sura dan terbukti warga Selo khususnya Desa Samiran hingga sekarang tidak kekurangan air.
Selain kirab Temu Tirta juga tanda syukur dengan gunungan nasi gunung (jagung) dan gunungan hasil bumi yang dikirab keliling kampung dengan jarak sejauh sekitar 2 kilometer.
"Di daerah Samiran ini, dulunya pesanggrahan Sinuwun Paku Buwono VI. Petilasannya masih ada namanya Bukit Ngedromarto. Yang dikirab selain air dari dua gunung, juga nasi Gunung (Jagung), gunungan tumpeng buah-buahan, palawija, dan sayuran," katanya.
Kegiatan ini, harapan masyarakat memohon keselamatan dari bencana jika Merapi terjadi erupsi atau mengeluarkan lahar panas warga di lereng gunung aman dan terlindungi dari bencana. Gunungan itu, setelah dikirab langsung dibagikan untuk masyarakat yang hadir.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Supana mengatakan pihaknya mengapresiasi dan mendukung kegiatan kirab Temu Tirta yang digelar setiap tahun oleh warga di Desa Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Kegiatan Temu Tirta ini, mengandung makna dan diyakini masyarakat Selo agar selalu makmur dalam mengelola pertanian karena harapannya dengan temu tirta atau menemukan air dari dua mata air di Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sehingga di daerah ini, tidak ada kekurangan air dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan kirab Temu Tirta sangat meriah karena diikuti oleh ratusan orang dari kelompok kesenian, prajurit Keraton Kasunanan Surakarta, Kesenian Turonggo seto, Anggok, Tari Topeng Ireng. Kirab dilakukan sejauh sekitar 2 kilometer dimulai dari Simpang Paku Buwono VI menuju ke Guo Raja dan kembali ke Simpang PB VI.
Disporabud Kabupaten Boyolali dengan kegiatan kirab Temu Tirto dan gunungan tumpeng tersebut sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah daerah untuk melestarikan sejarah dan nilai tradisi atau kearifan lokal di lereng Gunung Merapi dan Merbabu yang sangat luar biasa.
"Kami berharap kegiatan ini, selain untuk melestarikan kebudayaan juga akan dikenali oleh generasi penerus dan masyarakat luas untuk tetap ikut nguri-uri budaya lokal peninggalan leluhurnya itu. Bahkan, kegiatan ini, selain menarik pengunjung untuk hadir, juga dapat menggeliatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Selo," katanya.
Baca juga: Keraton Surakarta gelar kirab tujuh pusaka pada malam 1 Sura