Magelang (ANTARA) - Sebanyak 12.338 orang menari sluku-sluku bathok untuk memeriahkan HUT Ke-77 Bhayangkara di Alun-Alun Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu.
Para penari dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa ini mengenakan berbagai kostum kesenian maupun pakaian adat dengan kedua tangan memegang bathok (tempurung kelapa dibelah) menari bersama.
Kapolres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang menyampaikan bahwa tarian massal ini masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (Muri).
Menurut dia, rekor Muri hanya untuk melegalkan saja, tetapi tujuan utama kegiatan ini untuk menggerakkan banyak orang guna melestarikan budaya.
Ia menyampaikan bahwa filosofi dari tarian ini adalah hidup tidak hanya bekerja, ada saatnya untuk istirahat.
"Tarian sluku-sluku bathok ini filosofinya beristirahat sejenak untuk memusatkan pikiran dan tenaga guna menghadapi sesuatu yang besar di depan," katanya.
Pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Tegalrejo Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) menyampaikan kegiatan dalam upaya melestarikan kebudayaan ini luar biasa, karena dilakukan oleh Polri.
"Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan bisa menjadi bahasa untuk kamtibmas, bahasa untuk penegakan hukum, dan lainnya," kata dia.
Menurut dia, pendekatan-pendekatan seperti inilah yang harus dilakukan oleh Polri agar semakin dekat dan dicintai masyarakat, dan menjadi wahana sosialisasi kamtibmas.
Senior Manajer Muri Sri Widayati menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 12.338 penari.
"Awal mula akan melibatkan 3.000 penari, tetapi dari verifikasi kami ternyata ada 12.338 penari," katanya.
Ia menyampaikan bahwa pergelaran tari sluku-sluku bathok oleh 12.338 penari ini resmi tercatat di Muri sebagai rekor ke 11.037.
Baca juga: Tarian "Tiba Meka" siap sambut 11 kepala negara dan delegasi KTT ke-42 ASEAN
Para penari dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa ini mengenakan berbagai kostum kesenian maupun pakaian adat dengan kedua tangan memegang bathok (tempurung kelapa dibelah) menari bersama.
Kapolres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang menyampaikan bahwa tarian massal ini masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (Muri).
Menurut dia, rekor Muri hanya untuk melegalkan saja, tetapi tujuan utama kegiatan ini untuk menggerakkan banyak orang guna melestarikan budaya.
Ia menyampaikan bahwa filosofi dari tarian ini adalah hidup tidak hanya bekerja, ada saatnya untuk istirahat.
"Tarian sluku-sluku bathok ini filosofinya beristirahat sejenak untuk memusatkan pikiran dan tenaga guna menghadapi sesuatu yang besar di depan," katanya.
Pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Tegalrejo Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) menyampaikan kegiatan dalam upaya melestarikan kebudayaan ini luar biasa, karena dilakukan oleh Polri.
"Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan bisa menjadi bahasa untuk kamtibmas, bahasa untuk penegakan hukum, dan lainnya," kata dia.
Menurut dia, pendekatan-pendekatan seperti inilah yang harus dilakukan oleh Polri agar semakin dekat dan dicintai masyarakat, dan menjadi wahana sosialisasi kamtibmas.
Senior Manajer Muri Sri Widayati menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 12.338 penari.
"Awal mula akan melibatkan 3.000 penari, tetapi dari verifikasi kami ternyata ada 12.338 penari," katanya.
Ia menyampaikan bahwa pergelaran tari sluku-sluku bathok oleh 12.338 penari ini resmi tercatat di Muri sebagai rekor ke 11.037.
Baca juga: Tarian "Tiba Meka" siap sambut 11 kepala negara dan delegasi KTT ke-42 ASEAN