Purwokerto (ANTARA) - Pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Talirasa, Rasatali mewarnai malam resepsi Hari Pendidikan Nasional dan Hari Lahir Pancasila dengan penyelenggara Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Pagelaran wayang kulit di halaman Kantor Dindik Kabupaten Banyumas, Purwokerto, Banyumas, Rabu (31/5) malam hingga Kamis dini hari, ditandai dengan penyerahan tokoh wayang Batara Guru dari Bupati Banyumas Achmad Husein kepada dalang Ki Panji Laksono Among Carito.

Selain wayang kulit dengan lakon Talirasa, Rasatali yang menggambarkan perjalanan Batara Guru dan Batara Narada turun ke Bumi dengan menjelma menjadi sosok Talirasa dan Rasatali, dalam malam resepsi Hari Pendidikan Nasional dan Hari Lahir Pancasila itu juga diisi dengan penampilan seorang dalang cilik Dhimas Kartiko dengan lakon Anoman Kridha serta tausiah oleh dai cilik Malfino.

Saat memberi sambutan, Bupati Banyumas Achmad Husein memberikan apresiasi atas sejumlah prestasi yang diraih Kabupaten Banyumas dalam bidang pendidikan.

Kendati demikian, dia mengharapkan meningkatkan prestasi-prestasi tersebut serta meraih prestasi lain yang terbaik demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Banyumas.

"Saya tidak jemu-jemu mengatakan bahwa kunci menyelesaikan masalah dari akarnya, menyelesaikan masalah yang setuntas-tuntasnya, persoalan utama adalah pendidikan, daya nalar," jelasnya. Dalang cilik Dhimas Kartiko (kiri) memainkan wayang kulit dengan lakon "Anoman Kridha" di halaman Kantor Dindik Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023) malam. ANTARA/Sumarwoto

Jika daya nalarnya bagus, menurut dia, kehidupan orang tersebut akan maju, dihormati, dan berprestasi.

Ia menuturkan bahwa seseorang dapat memiliki daya nalar yang bagus karena mengenyam pendidikan

Bagi orang yang tidak mengenyam pendidikan, lanjut dia, bagaimana bisa memiliki nalar yang bagus karena tidak berlatih dan tidak punya ilmunya.

Oleh sebab itu, untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dan masalah pengangguran, menurut Bupati Banyumas Achmad Husein, kunci utamanya adalah harus menyelesaikan dahulu pendidikannya karena ada hubungan langsung berbanding lurus antara kemiskinan dan tingkat pendidikan.

Terkait dengan Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, Bupati mengharapkan seluruh yang hadir dalam kegiatan dalam pergelaran wayang kulit tersebut menjadi manusia-manusia Pancasila yang sejatinya.

"Bukan hanya setiap upacara, kita hafalkan, kita bacakan, tetapi tanpa mengetahui maknanya, apalagi melakukannya. Marilah kita laksanakan nilai-nilai, butir-butir Pancasila itu untuk kehidupan kita sehari-hari," katanya.

Saat ditemui di sela acara, Kepala Dindik Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan bahwa pergelaran wayang kulit tersebut merupakan puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional yang bersamaan dengan malam resepsi Hari Lahir Pancasila.

Menurut dia, hal itu dilakukan karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penguatan ideologi Pancasila.

"Maka, malam hari ini, kami sandingkan dua kegiatan dalam satu malam resepsi Hari Pendidikan Nasional dan Hari Lahir Pancasila," tegasnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa substansi kegiatan tersebut berupa seni karena wayang kulit mengandung tontonan sekaligus tuntunan.

Oleh karena itu, kata dia, pergelaran wayang kulit semalam suntuk tersebut menampilkan lakon Talirasa, Rasatali.

"Substansinya adalah Batara Guru ngejawantah (menampakkan diri). Artinya Batara Guru itu ingin menunjukkan bahwa dia adalah dewa yang tidak bisa disaingi ataupun ditiru oleh dewa yang lain," jelasnya.

Menurut dia, pergelaran wayang kulit semalam suntuk itu diawali dengan penampilan dalang cilik Dhimas Kartiko sebagai untuk menggambarkan adanya regenerasi dalam dunia pedalangan.

Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024