Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta masyarakat, diawali dari kalangan aparatur sipil negara (ASN) untuk melakukan diversifikasi pangan agar tak tergantung kepada beras sebagai makanan pokok.

"Kami berharap kita bisa mengubah budaya kita. Mari coba makan makanan pokok tidak hanya beras saja. Orang mikirnya kan kalau nasi harus dari beras," kata Hevearita Gunaryanti Rahayu di sela peluncuran Gerakan Pangan Murah di Semarang, Jawa Tengah, Jumat.

Peluncuran Gerakan Pangan Murah berlangsung di halaman Balai Kota Semarang diprakarsai  Badan Pangan Nasional bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang serta pemangku kepentingan terkait.

Ita, sapaan akrab Hevearita mencontohkan adanya beras analog, yakni bahan pokok mirip buliran beras dari padi, tetapi terbuat dari berbagai bahan pangan lainnya, seperti jagung, singkong dan porang.

"Saya mau coba beras analog. Ada yang terbuat dari singkong, jagung. Sebenarnya ada juga dari porang. Memang harganya masih cukup mahal, dimungkinkan karena proses pengolahannya. Tetapi, beras analog ini lebih sehat," katanya.

Karena itu, ia mengajak kalangan pegawai negeri sipil (PNS) dan ASN terlebih dulu yang dirasa mampu membelinya, mengingat harga beras analog yang masih lebih mahal ketimbang beras dari padi.

"Dicoba dari PNS dulu yang masih mampu untuk membeli. Kami coba sosialisasikan kepada PNS dan ASN ya, harganya kan agak lebih tinggi (dari beras padi). Tetapi mereka masih bisa membeli, dan lebih sehat," katanya.

Sementara itu, Marketing PT Gita Food Kartasura Reni Sulistiowati menjelaskan bahwa beras analog menggunakan bahan dasar jagung dan singkong yang dicetak menjadi butiran beras seperti biasa.

Namun, kata dia, nasi putih yang dihasilkan dari beras analog lebih baik untuk kesehatan karena bisa menstabilkan gula dan cocok untuk yang sedang menjalani program diet.

"Ini (beras analog) memiliki kadar gula nol, serat tinggi, dan sudah diuji di laboratorium. Cara masak seperti beras putih biasa. Bisa pakai 'rice cooker' maupun kukusan. Teksturnya sama kaya beras putih biasa, pulen," jelasnya.

Untuk harga, ia menyebutkan satu bungkus beras analog dengan ukuran 700 gram seharga Rp15.000 baik dari jagung maupun singkong, sedangkan mi yang terbuat dari jagung juga ada seharga Rp10.000 per bungkus.

Beras analog dari jagung dan singkong tersebut, kata Reni, bisa dikonsumsi juga oleh anak-anak, bahkan balita, dan saat ini peminatnya cukup banyak karena masyarakat semakin sadar menjaga kesehatan.


 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024