Semarang (ANTARA) - Gelegar suara gamelan gendhing sekati pesisiran menandai langkah kaki sembilan penari putri Batak, Endel, Dada, Gulu, Endel Weton, Apit Buri, Apit Ngarep, Apit Meneng, Boncit berbalut busana pesisiran batik Semarangan bernuansa putih memasuki Pagelaran 4 saka penyangga Joglo.
Alunan macapat Pangkur Semarangan bergema mengawali Sajian Tari Bedhayan Endang Sejanila. Hanenggih Putri Bedhayan, Lumampah Manjing Mring Paseban Jati, Kairing Landunging Kidung, Merbag Ungeling Gangsa, Gya Manembah Kunjuk Gusti Maha Agung, Kang Hamurba Hamisesa, Nirbaya Wikara Kalis.
Lantunan kidung tersebut bersama aroma taburan bunga mawar dan semerbak melati membuat suasana Pendhapa Ageng Gendon Humardani Taman Budaya Jawa Tengah terasa sakral.
Reportoar karya Tari Bedhayan Endang Sejanila merupakan salah satu karya terbaru Maestro Tari Yoyok Bambang Priyambodo yang dibawakan oleh para siswa dan anggota Sanggar Greget Semarang dalam Gelar Tari Jawa Tengah yang dilaksanakan pada 4 Maret 2023 di Pendapa Ageng Gendon Humardani Taman Budaya Jawa Tengah.
Kisah sosok Endang Sejanila putri Pandeta Pragota yang dipersunting oleh Ki Ageng Pandanaran Adipati Kabupaten Semarang ke-1.
Kepiawaiannya sebagai sosok prajurit wanita dalam mempertahankan stabilitas keamanan dan ketentraman Kabupaten Semarang saat itu, kini menjadi Kota Semarang dikemas dalam sebuah sajian Tari bertajuk Tari Bedhayan Endang Sejanila.
Gaung tembang gendhing ketawang mengiringi beksan 9 penari. Nalika abad limolas, Ing Kabupaten Semarang Rumiyin, Wewengkon Pragota Nduwur, Sak Menika Bergota, Putri Sang Pandeta Dyah Rara Ayu, Nenggih Endang Sejanila, Sulistya Ning Warna Peni, Sang Pangeran Mande Pandan Syiar Agami Islam Ing Pesisir, Semarang Den Semenanjung, Kautus Sultan Demak, Kang Kawentar Sunan Pandanaran Guru, Nggih Ki Ageng Pandan Arang, Mulang Muruk Para Santri.
Dalam tarian ini, digambarkan kisah cinta Ki Mande Pandan dengan Endang Sejanila dengan latar belakang penari jejer wayang kabedah dua penari dengan sekaran/motif gerak komposisi pesisiran yang ritmis dengan nuansa romantis ditandai tembang pangkur ciri khas Yoyok Bambang Priyambodo.
Rasa Rasaning Asmara, Kenyo Ni Endang Sejanila Putri, Dumateng Ki Ageng Tuhu, Ginigit Tunggal Rasa, Suruh Mlumah Lan Kurebe Ing Pandulu, Kekalih Pun Para Krama, Bebrayan Agung Kang Suci.
Sejenak rampak tepak rebana dalam santi suara laras madya Semarangan mengantar para penari dengan simbol sedulur papat lima pancer.
Sajian Tari Bedhayan Endang Sejanila merupakan bentuk apresiasi generasi muda sebagai penerus tonggak estafet pemerintahan dalam penggalian, perlindungan, pelestarian dan pengembangan seni budaya khususnya tari tradisi pesisiran Kota Semarang, Jawa Tengah, dan Nusantara pada umumnya serta menanamkan jiwa patriotisme dalam menjaga dan mempertahankan NKRI yang di tuangkan menggunakan senjata cundrik/patrem (keris perempuan).
Pertunjukkan ini melibatkan Asisten Koreografer Sangghita Anjali; Penata Iringan Canadian Mahendra dan Sudarsono; Penari Adinda Salsabila, Annastasya Salsabila, Davina Darafrida, Deva Amelia, Fairuz Salma, Hasya Alvinki, Jihan Salsabila, Maria Benita, Ratna Wulan.
Kemudian Penata Rias Busana Trinarimastuti dan Ratu Gayatri; Dokumentasi Veroma Billy, Takim, Adhitio, Retno.
Yoyok Bambang Priyambodo tampilkan karya terbaru Tari Bedhayan Endang Sejanila
Tari Bedhayan Endang Sejanila merupakan salah satu karya terbaru Maestro Tari Yoyok Bambang Priyambodo yang dibawakan oleh para siswa dan anggota Sanggar Greget Semarang dalam Gelar Tari Jawa Tengah. (ANTARA/HO-Sanggar Greget)