Semarang (ANTARA) - “Jangan menunggu hebat untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, namun mari bersama-sama kita lakukan sesuatu yang luar biasa agar bisa menjadi hebat,” prinsip Nisfatul Azizah, Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darwata Glempang, Maos (Midagama), Kabupaten Cilacap, ini bukan hanya isapan jempol.
Berawal dari hasil pengamatan rendahnya budaya membaca dan menulis siswa di Indonesia, tidak terkecuali dengan siswanya di madrasah yang ia pimpin, menjadikan Nisfatul Azizah berupaya melakukan perubahan.
Salah satunya dengan menghadirkan Program Literasi bernama Gelisma atau Gerakan Literasi Madrasah yang bertujuan membumikan literasi di tingkat sekolah.
Nisfa menilai program literasi diperlukan karena siswa terlalu terlena dengan kecanggihan teknologi, siswa sudah terbiasa dengan hal yang serba instan, sehingga cenderung kurang berminat untuk membaca dan menulis.
Program Gelisma
Nisfa menjelaskan melalui program literasi tersebut diharapkan bisa menciptakan lingkungan fisik dan sosial yang sadar literasi dengan kegiatan membuat lorong baca di depan kelas, pojok baca di tiap kelas, dan melukis mural dinding yang sarat pesan pentingnya literasi.
Implementasi program berupa literasi religi dilakukan di pagi hari, literasi membaca 15 menit sebelum pembelajaran, dan literasi digital disesuaikan dengan proses belajar mengajar.
Ia menjelaskan untuk mengimplementasikan program, dibutuhkan sejumlah tahapan mulai dari tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Masing-masing tahapan memiliki target yang berbeda.
Pada tahap pembiasaan, targetnya adalah menyediakan bahan literasi seperti buku bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi. Buku-buku tersebut disediakan di dalam pojok baca kelas dengan tujuan untuk mendekatkan buku kepada siswa, sehingga siswa akan terstimulasi untuk membaca.
Dalam tahap pengembangan, kegiatan literasi mulai dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, namun tidak ada tugas yang diberikan dari hasil membaca.
Sementara di tahap pembelajaran, siswa akan diberi tugas hasil proses kegiatan literasi seperti siswa membuat sinopsis yang dituliskan pada buku kendali baca.
Disambut Positif
Program Literasi tersebut mendapatkan sambutan positif dari para wali siswa. Tanpa dikomando, paguyuban wali siswa mengadakan kegiatan donasi buku untuk pojok baca di masing-masing kelas.
Untuk menjalankan program tersebut, Nisfa memulainya dengan perencanaan yaitu, pembuatan Surat Keputusan (SK) tim literasi, pembuatan school planning meeting (SPM), merumuskan jadwal, dan membuat kartu kendali baca.
Tahap akhir adalah evaluasi, tahap tersebut dilakukan kepala madrasah bersama tim literasi untuk mengevaluasi produk literasi yang dihasilkan.
Madrasah mengapresiasi inisiatif yang muncul dari parawali siswa dan untuk meningkatkan peran serta wali siswa juga masyarakat, dikemaslah lomba kelas literasi yang diikuti oleh semua paguyuban kelas dari kelas 1-6.
"Saya mendapatkan inspirasi tentang literasi ini setelah mendapatkan pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation terutama topik materi budaya baca dan peran serta masyarakat,” cerita Nisfa.
Menurut Nisfa kesadaran berliterasi yang ia tanamkan di sekolah sudah menghasilkan beberapa produk karya guru, di antaranya Beranda Midagama, Best Practice: Pembelajaran Masa Pandemi di Midagama, Modul Hafalan Kelas Intensif, dan Parents’ Guide.
Di samping itu, guru-guru madrasah di bawah naungan yayasan LP Ma’arif NU Kabupaten Cilacap ini juga aktif dalam komunitas Gumalis (Guru Madrasah Menulis)-sebuah komunitas guru madrasah yang mempunyai perhatian lebih terhadap literasi di Kabupaten Cilacap.
Sementara untuk karya siswa, lanjut Nisfa, masih dalam proses pengiriman naskah ke penerbit dan berharap dapat lolos proses kurasi dan segera naik cetak.
"Dari beberapa program literasi tersebut, Alhamdulillah, awal tahun 2023 saya mendapatkan penghargaan juara 1 sebagai Kepala Madrasah Berprestasi Tingkat Kabupaten Cilacap dalam rangka Hari Amal Bhakti ke 77 Kementerian Agama Republik Indonesia," tutup Nisfa Azizah.
Berawal dari hasil pengamatan rendahnya budaya membaca dan menulis siswa di Indonesia, tidak terkecuali dengan siswanya di madrasah yang ia pimpin, menjadikan Nisfatul Azizah berupaya melakukan perubahan.
Salah satunya dengan menghadirkan Program Literasi bernama Gelisma atau Gerakan Literasi Madrasah yang bertujuan membumikan literasi di tingkat sekolah.
Nisfa menilai program literasi diperlukan karena siswa terlalu terlena dengan kecanggihan teknologi, siswa sudah terbiasa dengan hal yang serba instan, sehingga cenderung kurang berminat untuk membaca dan menulis.
Program Gelisma
Nisfa menjelaskan melalui program literasi tersebut diharapkan bisa menciptakan lingkungan fisik dan sosial yang sadar literasi dengan kegiatan membuat lorong baca di depan kelas, pojok baca di tiap kelas, dan melukis mural dinding yang sarat pesan pentingnya literasi.
Implementasi program berupa literasi religi dilakukan di pagi hari, literasi membaca 15 menit sebelum pembelajaran, dan literasi digital disesuaikan dengan proses belajar mengajar.
Ia menjelaskan untuk mengimplementasikan program, dibutuhkan sejumlah tahapan mulai dari tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Masing-masing tahapan memiliki target yang berbeda.
Pada tahap pembiasaan, targetnya adalah menyediakan bahan literasi seperti buku bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi. Buku-buku tersebut disediakan di dalam pojok baca kelas dengan tujuan untuk mendekatkan buku kepada siswa, sehingga siswa akan terstimulasi untuk membaca.
Dalam tahap pengembangan, kegiatan literasi mulai dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, namun tidak ada tugas yang diberikan dari hasil membaca.
Sementara di tahap pembelajaran, siswa akan diberi tugas hasil proses kegiatan literasi seperti siswa membuat sinopsis yang dituliskan pada buku kendali baca.
Disambut Positif
Program Literasi tersebut mendapatkan sambutan positif dari para wali siswa. Tanpa dikomando, paguyuban wali siswa mengadakan kegiatan donasi buku untuk pojok baca di masing-masing kelas.
Untuk menjalankan program tersebut, Nisfa memulainya dengan perencanaan yaitu, pembuatan Surat Keputusan (SK) tim literasi, pembuatan school planning meeting (SPM), merumuskan jadwal, dan membuat kartu kendali baca.
Tahap akhir adalah evaluasi, tahap tersebut dilakukan kepala madrasah bersama tim literasi untuk mengevaluasi produk literasi yang dihasilkan.
Madrasah mengapresiasi inisiatif yang muncul dari parawali siswa dan untuk meningkatkan peran serta wali siswa juga masyarakat, dikemaslah lomba kelas literasi yang diikuti oleh semua paguyuban kelas dari kelas 1-6.
"Saya mendapatkan inspirasi tentang literasi ini setelah mendapatkan pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation terutama topik materi budaya baca dan peran serta masyarakat,” cerita Nisfa.
Menurut Nisfa kesadaran berliterasi yang ia tanamkan di sekolah sudah menghasilkan beberapa produk karya guru, di antaranya Beranda Midagama, Best Practice: Pembelajaran Masa Pandemi di Midagama, Modul Hafalan Kelas Intensif, dan Parents’ Guide.
Di samping itu, guru-guru madrasah di bawah naungan yayasan LP Ma’arif NU Kabupaten Cilacap ini juga aktif dalam komunitas Gumalis (Guru Madrasah Menulis)-sebuah komunitas guru madrasah yang mempunyai perhatian lebih terhadap literasi di Kabupaten Cilacap.
Sementara untuk karya siswa, lanjut Nisfa, masih dalam proses pengiriman naskah ke penerbit dan berharap dapat lolos proses kurasi dan segera naik cetak.
"Dari beberapa program literasi tersebut, Alhamdulillah, awal tahun 2023 saya mendapatkan penghargaan juara 1 sebagai Kepala Madrasah Berprestasi Tingkat Kabupaten Cilacap dalam rangka Hari Amal Bhakti ke 77 Kementerian Agama Republik Indonesia," tutup Nisfa Azizah.