Semarang (ANTARA) - Budidaya perikanan menjadi salah satu program pembinaan kemandirian di Lapas Terbuka Kendal, karena ikan mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan, tidak bisa lepas dari kebutuhan sehari-hari, pemberian pakan ikan juga cukup mudah yaitu bisa dalam bentuk pelet, sehingga tidak begitu sulit untuk pemenuhannya.
Pelet ikan sendiri adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa, sehingga mudah dimakan dan dicerna sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang dapat menghasilkan energi untuk aktivitas hidup.
Akan tetapi seiring dengan kebutuhan pelet ikan yang semakin meningkat, harga pelet ikan pun kian melonjak di pasaran.
Baca juga: Ajari WBP baca Al Quran, Lapas terbuka Kendal laksanakan pembinaan kepribadian
Hal inilah yang melandasi Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah mendorong Lapas Terbuka Kendal berinovasi membuat pelet ikan organik, sehingga dapat menekan biaya pembelian pakan ikan.
Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah A. Yuspahruddin melalui Kepala Lapas Terbuka Kendal Rusdedi mengatakan Lapas Terbuka Kendal telah memiliki sarana pendukung yang lengkap untuk membuat pelet ikan organik, sehingga mampu memproduksi pelet ikan organik secara mandiri.
“Bisa kita lihat sarana pendukung berupa alat pengolah pelet ini sudah tersedia lengkap, sehingga kita tinggal olah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menjadi produk pelet ikan organik,” kata Rusdedi saat ditemui pada Sabtu (28/1/2023).
Baca juga: Dirjenpas dukung dan apresiasi Pipas
Kasubsi Kegiatan Kerja Puji Raharjo menambahkan jika komposisi bahan dasar dari pelet ikan organik tersebut merupakan tepung terigu sebanyak 30 persen, bekatul halus sebanyak 50 persen, tepung ikan sebanyak 20 persen serta ditambah dengan minyak ikan dan vitamin.
"Untuk prosesnya sendiri pun cukup mudah karena dukungan peralatan yang memadai. Dimulai dari proses pencampuran yang kemudian dimasukkan ke dalam mesin pelet untuk digiling kemudian dipanaskan hingga 80°C dan sekaligus dicacah sehingga menghasilkan produk berbentuk butiran pelet ikan," jelas Puji.
Sedangkan Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Kegiatan Kerja Ari Rahmanto menyampaikan secara bertahap pelet ikan organik akan terus diproduksi guna memenuhi kebutuhan pakan ikan di Lapas Terbuka Kendal, serta tidak lupa memberikan edukasi kepada Warga Binaan tentang pembuatan pelet ikan organik.
“Kami akan terus memproduksi pelet ikan organik ini, selain untuk menekan biaya pakan ikan juga untuk mengedukasi Warga Binaan agar mampu dan terampil membuat pelet ikan organik,” tutup Ari.
Baca juga: Puncak HUT Ke-19 Pipas, Pemasyarakatan bangkit dan berdaya
Pelet ikan sendiri adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa, sehingga mudah dimakan dan dicerna sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang dapat menghasilkan energi untuk aktivitas hidup.
Akan tetapi seiring dengan kebutuhan pelet ikan yang semakin meningkat, harga pelet ikan pun kian melonjak di pasaran.
Baca juga: Ajari WBP baca Al Quran, Lapas terbuka Kendal laksanakan pembinaan kepribadian
Hal inilah yang melandasi Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah mendorong Lapas Terbuka Kendal berinovasi membuat pelet ikan organik, sehingga dapat menekan biaya pembelian pakan ikan.
Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah A. Yuspahruddin melalui Kepala Lapas Terbuka Kendal Rusdedi mengatakan Lapas Terbuka Kendal telah memiliki sarana pendukung yang lengkap untuk membuat pelet ikan organik, sehingga mampu memproduksi pelet ikan organik secara mandiri.
“Bisa kita lihat sarana pendukung berupa alat pengolah pelet ini sudah tersedia lengkap, sehingga kita tinggal olah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menjadi produk pelet ikan organik,” kata Rusdedi saat ditemui pada Sabtu (28/1/2023).
Baca juga: Dirjenpas dukung dan apresiasi Pipas
Kasubsi Kegiatan Kerja Puji Raharjo menambahkan jika komposisi bahan dasar dari pelet ikan organik tersebut merupakan tepung terigu sebanyak 30 persen, bekatul halus sebanyak 50 persen, tepung ikan sebanyak 20 persen serta ditambah dengan minyak ikan dan vitamin.
"Untuk prosesnya sendiri pun cukup mudah karena dukungan peralatan yang memadai. Dimulai dari proses pencampuran yang kemudian dimasukkan ke dalam mesin pelet untuk digiling kemudian dipanaskan hingga 80°C dan sekaligus dicacah sehingga menghasilkan produk berbentuk butiran pelet ikan," jelas Puji.
Sedangkan Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Kegiatan Kerja Ari Rahmanto menyampaikan secara bertahap pelet ikan organik akan terus diproduksi guna memenuhi kebutuhan pakan ikan di Lapas Terbuka Kendal, serta tidak lupa memberikan edukasi kepada Warga Binaan tentang pembuatan pelet ikan organik.
“Kami akan terus memproduksi pelet ikan organik ini, selain untuk menekan biaya pakan ikan juga untuk mengedukasi Warga Binaan agar mampu dan terampil membuat pelet ikan organik,” tutup Ari.
Baca juga: Puncak HUT Ke-19 Pipas, Pemasyarakatan bangkit dan berdaya