Solo (ANTARA) - Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah resmi membuka Sidang Pleno I muktamar ke-48 yang diselenggarakan di Solo, Sabtu.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Solo, Sabtu mengatakan kali ini sidang dilakukan secara hybrid atau kombinasi antara daring dengan luring.
"Insya Allah kita sudah beradaptasi dengan ini (hybrid), pembahasan dan persidangan akan berjalan lancar. Kalau pun ada kesulitan kami akan mengatasinya dengan baik," katanya.
Ia mengatakan prosesi tersebut merupakan tonggak baru bagi persyarikatan. Meski demikian, ia meminta agar Sidang Pleno I tersebut terus dikawal, bermarwah utama, memberikan uswatun hasanah, dan bermanfaat bagi semesta kehidupan.
Salah satu yang dibahas pada Sidang Pleno I tersebut yakni program Muhammadiyah 2022-2027. Ia mengatakan sebagai organisasi Islam yang progresif, Muhammadiyah harus menyiapkan program-program untuk menyikapi berbagai gelombang masalah di masa depan.
Upaya tersebut penting dilakukan untuk mengetahui tantangan seperti apa yang akan terjadi sehingga dapat dipersiapkan sedini mungkin.
Selain itu, yang juga dibahas yakni Risalah Islam Berkemajuan. Keputusan Muktamar ke-37 tahun 1968 menegaskan salah satu ciri dari masyarakat Islam yang menjadi tujuan Muhammadiyah adalah berkemajuan.
"Keputusan Muktamar tersebut akan lebih disempurnakan lagi pada Muktamar ke-48 tahun 2022, di mana Muhammadiyah telah siap menyusun materi hal-hal yang berkaitan dengan corak pemikiran Risalah Islam Berkemajuan," katanya.
Ia mengatakan Risalah Islam Berkemajuan ini tidak hanya menjadi wacana tetapi juga menjadi wujud pemikiran yang membumi.
"Kami berharap risalah ini menjadi alam pikiran, tindakan, dan gerakan bagi warga dan pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan isu-isu strategis tersebut diserap dari rangkaian masalah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal.
"Problem ini diangkat untuk secara bersama-sama dicari solusinya sehingga pelaksanaan muktamar dengan tema Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta ini menemukan relevansinya," katanya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Solo, Sabtu mengatakan kali ini sidang dilakukan secara hybrid atau kombinasi antara daring dengan luring.
"Insya Allah kita sudah beradaptasi dengan ini (hybrid), pembahasan dan persidangan akan berjalan lancar. Kalau pun ada kesulitan kami akan mengatasinya dengan baik," katanya.
Ia mengatakan prosesi tersebut merupakan tonggak baru bagi persyarikatan. Meski demikian, ia meminta agar Sidang Pleno I tersebut terus dikawal, bermarwah utama, memberikan uswatun hasanah, dan bermanfaat bagi semesta kehidupan.
Salah satu yang dibahas pada Sidang Pleno I tersebut yakni program Muhammadiyah 2022-2027. Ia mengatakan sebagai organisasi Islam yang progresif, Muhammadiyah harus menyiapkan program-program untuk menyikapi berbagai gelombang masalah di masa depan.
Upaya tersebut penting dilakukan untuk mengetahui tantangan seperti apa yang akan terjadi sehingga dapat dipersiapkan sedini mungkin.
Selain itu, yang juga dibahas yakni Risalah Islam Berkemajuan. Keputusan Muktamar ke-37 tahun 1968 menegaskan salah satu ciri dari masyarakat Islam yang menjadi tujuan Muhammadiyah adalah berkemajuan.
"Keputusan Muktamar tersebut akan lebih disempurnakan lagi pada Muktamar ke-48 tahun 2022, di mana Muhammadiyah telah siap menyusun materi hal-hal yang berkaitan dengan corak pemikiran Risalah Islam Berkemajuan," katanya.
Ia mengatakan Risalah Islam Berkemajuan ini tidak hanya menjadi wacana tetapi juga menjadi wujud pemikiran yang membumi.
"Kami berharap risalah ini menjadi alam pikiran, tindakan, dan gerakan bagi warga dan pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan isu-isu strategis tersebut diserap dari rangkaian masalah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal.
"Problem ini diangkat untuk secara bersama-sama dicari solusinya sehingga pelaksanaan muktamar dengan tema Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta ini menemukan relevansinya," katanya.