Semarang (ANTARA) -
Menteri ESDM Arifin Tasrif melalui keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Minggu, mengatakan program konversi BBM ke BBG dapat menciptakan kemandirian energi karena gas yang digunakan berasal dari dalam negeri sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada impor BBM.
"Gas kita juga cukup besar dan itukan lebih bagus, mandiri dengan kemampuan yang kita miliki sendiri daripada BBM," kata Arifin.
Menteri ESDM mengakui untuk menerapkan konversi BBM ke BBG harus menghadapi sejumlah tantangan, diantaranya adalah pemasangan converter kit pada kendaraan yang berfungsi untuk mengubah konsumsi bahan bakar atau dual fuel BBM BBG.
"Harus mengubah memodifikasi, nah salah satu itu," ujarnya.
Arifin melanjutkan, penerapan konversi BBM ke BBG juga tergantung pada minat pengguna kendaraan sehingga perlu adanya sinergi antara kebijakan pemerintah hingga masyarakat.
"Dalam arti kata artian berjenjang mulai dari unsur pemerintahannya sampai ke masyarakat," katanya.
Menurut dia, untuk mendorong minat masyarakat menerapkan konversi BBM ke BBG perlu sosialisasi lebih intensif agar masyarakat mengetahui manfaat yang didapat yaitu penghematan biaya karena harga BBG lebih murah dibanding BBM dan dapat menciptakan kemandirian energi sebab gasnya berasal dari dalam negeri.
Menteri ESDM menyebut, Pemkot Semarang menjadi salah satu pemerintah daerah yang telah mengimplementasikan program konversi BBM ke BBG sehingga dirinya ingin pemerintah daerah lain mengikuti jejak tersebut.
"Contohnya yang sudah jalan di Semarang BBG ini sebaiknya bisa diikuti oleh daerah-daerah lain, " ujarnya.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pelaksanaan program konversi dari bahan bakar gas (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk kemandirian energi di tengah kondisi energi saat ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif melalui keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Minggu, mengatakan program konversi BBM ke BBG dapat menciptakan kemandirian energi karena gas yang digunakan berasal dari dalam negeri sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada impor BBM.
"Gas kita juga cukup besar dan itukan lebih bagus, mandiri dengan kemampuan yang kita miliki sendiri daripada BBM," kata Arifin.
Menteri ESDM mengakui untuk menerapkan konversi BBM ke BBG harus menghadapi sejumlah tantangan, diantaranya adalah pemasangan converter kit pada kendaraan yang berfungsi untuk mengubah konsumsi bahan bakar atau dual fuel BBM BBG.
"Harus mengubah memodifikasi, nah salah satu itu," ujarnya.
Arifin melanjutkan, penerapan konversi BBM ke BBG juga tergantung pada minat pengguna kendaraan sehingga perlu adanya sinergi antara kebijakan pemerintah hingga masyarakat.
"Dalam arti kata artian berjenjang mulai dari unsur pemerintahannya sampai ke masyarakat," katanya.
Menurut dia, untuk mendorong minat masyarakat menerapkan konversi BBM ke BBG perlu sosialisasi lebih intensif agar masyarakat mengetahui manfaat yang didapat yaitu penghematan biaya karena harga BBG lebih murah dibanding BBM dan dapat menciptakan kemandirian energi sebab gasnya berasal dari dalam negeri.
Menteri ESDM menyebut, Pemkot Semarang menjadi salah satu pemerintah daerah yang telah mengimplementasikan program konversi BBM ke BBG sehingga dirinya ingin pemerintah daerah lain mengikuti jejak tersebut.
"Contohnya yang sudah jalan di Semarang BBG ini sebaiknya bisa diikuti oleh daerah-daerah lain, " ujarnya.