Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Surakarta berupaya memperkuat jalinan antar-komunitas pelaku usaha melalui program Kenduren UMKM, yakni Berkembang dan Berinovasi Menjadi UMKM Keren.
Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo pada acara Kenduren UMKM di Mal Solo Square, Jumat, mengatakan BI berupaya menyatukan pegiat UMKM se-Solo Raya sehingga komunitas dapat terbentuk tanpa dibedakan daerah.
"Biasanya yang dipamerkan adalah binaannya BI maupun mitra binaan BI. Kali ini juga binaan komunitas UMKM se-Solo Raya. Menyatukan UMKM dalam satu wadah agar pengembangan lebih efektif dan efisien," katanya.
Dengan demikian, diharapkan ke depan dapat terbangun kolaborasi baik untuk pelatihan maupun pemasaran. Selain itu, pelaku usaha bisa saling menukar informasi untuk pengembangan usaha mereka.
"Kalau dulu kan misalnya Sragen sendiri, Sukoharjo sendiri. Sekarang tinggal menghubungi komunitas, dan produk ketemu, cocok dan memenuhi syarat," katanya.
Dengan demikian, seluruh pihak bisa bersama-sama membuat UMKM di Solo Raya naik kelas.
"Misalnya komunitas Surakarta ada beberapa, mereka kan punya anggota, akan dipilih mana yang sudah siap. Justru nanti kolaborasi. Misalnya produk abon, bagaimana abon di Solo Raya terstandar. Jangan abon Sukoharjo, abon Boyolali, abon Solo beda-beda," katanya.
Dengan demikian, pelaku usaha dapat saling menunjang.
"Karena biasanya ada masalah, begitu UMKM diajak pameran begitu ada pembelian partai besar mereka tidak kuat. Nggak mampu memenuhinya, kalau begini kan bisa bagi-bagi, saling menunjang tapi standar sama," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi produk UMKM dari Solo Raya. Meski demikian, ia melihat ada beberapa produk yang kemasannya masih kurang standar.
"Nggak semua, ada beberapa yang masih polosan. Nanti biar didampingi BI dan bank-bank yang ada di sini," katanya.
Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo pada acara Kenduren UMKM di Mal Solo Square, Jumat, mengatakan BI berupaya menyatukan pegiat UMKM se-Solo Raya sehingga komunitas dapat terbentuk tanpa dibedakan daerah.
"Biasanya yang dipamerkan adalah binaannya BI maupun mitra binaan BI. Kali ini juga binaan komunitas UMKM se-Solo Raya. Menyatukan UMKM dalam satu wadah agar pengembangan lebih efektif dan efisien," katanya.
Dengan demikian, diharapkan ke depan dapat terbangun kolaborasi baik untuk pelatihan maupun pemasaran. Selain itu, pelaku usaha bisa saling menukar informasi untuk pengembangan usaha mereka.
"Kalau dulu kan misalnya Sragen sendiri, Sukoharjo sendiri. Sekarang tinggal menghubungi komunitas, dan produk ketemu, cocok dan memenuhi syarat," katanya.
Dengan demikian, seluruh pihak bisa bersama-sama membuat UMKM di Solo Raya naik kelas.
"Misalnya komunitas Surakarta ada beberapa, mereka kan punya anggota, akan dipilih mana yang sudah siap. Justru nanti kolaborasi. Misalnya produk abon, bagaimana abon di Solo Raya terstandar. Jangan abon Sukoharjo, abon Boyolali, abon Solo beda-beda," katanya.
Dengan demikian, pelaku usaha dapat saling menunjang.
"Karena biasanya ada masalah, begitu UMKM diajak pameran begitu ada pembelian partai besar mereka tidak kuat. Nggak mampu memenuhinya, kalau begini kan bisa bagi-bagi, saling menunjang tapi standar sama," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi produk UMKM dari Solo Raya. Meski demikian, ia melihat ada beberapa produk yang kemasannya masih kurang standar.
"Nggak semua, ada beberapa yang masih polosan. Nanti biar didampingi BI dan bank-bank yang ada di sini," katanya.