Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) setempat mendorong petani di wilayah itu untuk mengikuti asuransi usaha tani padi (AUTP) secara mandiri.
"Anomali cuaca memang sangat berisiko terhadap pertanian karena dapat berdampak terhadap kegagalan panen. Namun alhamdulillah dalam 2-3 bulan terakhir, kami tidak menerima laporan puso atau kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit tanaman, kekeringan, maupun banjir," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Menurut dia, kegagalan puso terbesar terjadi pada bulan Maret 2022 karena saat itu terdapat ratusan hektare tanaman padi siap panen yang terendam banjir dengan nilai kerugian sekitar Rp30 miliar dan telah diselesaikan oleh Dinpertan KP.
Terkait dengan hal itu, Jaka mengimbau petani untuk ikut serta dalam program AUTP sebagai perlindungan terhadap risiko banjir, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
"Sampai saat ini masih banyak petani yang belum mengikuti AUTP, termasuk petani yang sawahnya terkena banjir beberapa waktu lalu. Padahal, AUTP bermanfaat bagi petani," katanya.
Ia mengakui terkena "refocusing" anggaran untuk mendukung program asuransi pertanian yang bersumber dari APBN, sehingga untuk sementara baru tanaman padi yang diikutsertakan dalam program asuransi tersebut.
Anggaran tersebut berupa subsidi premi sebesar 80 persen atau senilai Rp144 ribu per hektare per musim tanam, sehingga petani cukup membayar Rp36 ribu per hektare per musim tanam dari total premi yang mencapai Rp180 ribu per hektare per musim tanam.
Kendati demikian, pihaknya mendorong petani di Banyumas untuk mengikuti program AUTP secara mandiri.
"Kemarin saya mengumpulkan seluruh UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian) untuk diberi bimbingan teknis, salah satunya teman-teman petani yang menggunakan UPJA dalam menggarap lahan sawahnya harus mengikuti program asuransi secara mandiri dan ini sudah jalan," katanya.
Dengan demikian, petani tidak merasa berat karena mereka membayar ongkos untuk menggarap lahan sawah sekaligus premi asuransi melalui UPJA.
Menurut dia, hingga saat ini luas tanaman padi di Banyumas yang diikutsertakan dalam program AUTP melalui UPJA mencapai 816 hektare.
"Dalam program AUTP melalui UPJA ini, Banyumas menempati peringkat kedua di Jateng. Peringkat pertama Kabupaten Sukoharjo dengan luasan sekitar 1.200 hektare," kata Jaka.
Baca juga: Kudus asuransikan 400 hektare lahan pertanian antisipasi gagal panen
Baca juga: Pemkab Banyumas imbau petani ikuti asuransi usaha tani padi
"Anomali cuaca memang sangat berisiko terhadap pertanian karena dapat berdampak terhadap kegagalan panen. Namun alhamdulillah dalam 2-3 bulan terakhir, kami tidak menerima laporan puso atau kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit tanaman, kekeringan, maupun banjir," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Menurut dia, kegagalan puso terbesar terjadi pada bulan Maret 2022 karena saat itu terdapat ratusan hektare tanaman padi siap panen yang terendam banjir dengan nilai kerugian sekitar Rp30 miliar dan telah diselesaikan oleh Dinpertan KP.
Terkait dengan hal itu, Jaka mengimbau petani untuk ikut serta dalam program AUTP sebagai perlindungan terhadap risiko banjir, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
"Sampai saat ini masih banyak petani yang belum mengikuti AUTP, termasuk petani yang sawahnya terkena banjir beberapa waktu lalu. Padahal, AUTP bermanfaat bagi petani," katanya.
Ia mengakui terkena "refocusing" anggaran untuk mendukung program asuransi pertanian yang bersumber dari APBN, sehingga untuk sementara baru tanaman padi yang diikutsertakan dalam program asuransi tersebut.
Anggaran tersebut berupa subsidi premi sebesar 80 persen atau senilai Rp144 ribu per hektare per musim tanam, sehingga petani cukup membayar Rp36 ribu per hektare per musim tanam dari total premi yang mencapai Rp180 ribu per hektare per musim tanam.
Kendati demikian, pihaknya mendorong petani di Banyumas untuk mengikuti program AUTP secara mandiri.
"Kemarin saya mengumpulkan seluruh UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian) untuk diberi bimbingan teknis, salah satunya teman-teman petani yang menggunakan UPJA dalam menggarap lahan sawahnya harus mengikuti program asuransi secara mandiri dan ini sudah jalan," katanya.
Dengan demikian, petani tidak merasa berat karena mereka membayar ongkos untuk menggarap lahan sawah sekaligus premi asuransi melalui UPJA.
Menurut dia, hingga saat ini luas tanaman padi di Banyumas yang diikutsertakan dalam program AUTP melalui UPJA mencapai 816 hektare.
"Dalam program AUTP melalui UPJA ini, Banyumas menempati peringkat kedua di Jateng. Peringkat pertama Kabupaten Sukoharjo dengan luasan sekitar 1.200 hektare," kata Jaka.
Baca juga: Kudus asuransikan 400 hektare lahan pertanian antisipasi gagal panen
Baca juga: Pemkab Banyumas imbau petani ikuti asuransi usaha tani padi